Kecurigaan Ortu Saat Anaknya yang Jago Renang Tewas di Sungai Brantas

Kecurigaan Ortu Saat Anaknya yang Jago Renang Tewas di Sungai Brantas

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 10 Mei 2025 14:00 WIB
Siswa SMK Mojokerto ditemukan tewas di Sungai Brantas padahal pandai renang
Ortu siswa SMK Mojokerto yang ditemukan tewas di Sungai Brantas padahal pandai renang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Nasib tragis menimpa siswa kelas 2 SMK Raden Rahmat, Mojosari, Mojokerto, Mukhamat Alfan (18). Siswa yang jago berenang ini, ditemukan tewas di Sungai Brantas Desa Bulang, Prambon, Sidoarjo.

Orang tua korban curiga jika pelajar jurusan teknik alat berat (TAB) ini dikeroyok, lalu diceburkan ke sungai.

Alfan merupakan anak bungsu 4 bersaudara dari pasangan Sandono (65) dan Jamik (52), warga Dusun/Desa Kaligoro, Kutorejo, Mojokerto. Siswa kelas 2 jurusan TAB di SMK Raden Rahmat ini dikenal mempunyai kemampuan bela diri dan pandai berenang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jamik mengaku terakhir kali berjumpa putranya dalam kondisi hidup pada Sabtu (3/6). Pagi itu, Alfan berangkat sekolah seperti biasa dijemput temannya warga Desa Kutoporong, Bangsal, Mojokerto. Sebab putranya tak pernah membawa sepeda motor sendiri untuk sekolah.

"Sampai jam 2 (siang) anak saya belum pulang, saya cari ke rumah teman-temannya sampai hampir magrib tidak temu. Ponselnya bisa dihubungi. Saya suruh kakaknya menanyakan ke gurunya, tapi tidak tahu," kata Jamik kepada wartawan di rumahnya, Sabtu (10/5/2025).

ADVERTISEMENT

Keesokan harinya, Minggu (4/6) pagi, Diki Sukono (30) mencari informasi keberadaan Alfan di Desa Kedungmungal, Pungging, Mojokerto. Saat itu, kakak kandung Alfan ini mendapatkan tas dan sepatu sekolah adiknya setelah dibantu ketua RW setempat. Namun, ia belum menuai titik terang keberadaan Alfan.

Jamik tak patah arang. Ditemani putrinya, ia mendatangi SMK Raden Rahmat pada Senin (5/5) sekitar pukul 07.30 WIB. Niat awalnya untuk memintakan izin Alfan tidak masuk sekolah lantaran tak kunjung pulang. Sekitar pukul 10.00 WIB, ia dibawa ke ruangan bimbingan konseling (BK) sekolah kejuruan ini.

Di ruangan BK SMK Raden Rahmat, Jamik dipertemukan dengan adik kelas Alfan berinisial RF, teman sekelas Alfan berinisial SM, orang tua RF dan SM, serta paman RF. Pertemuan ini memberi Jamik banyak informasi ihwal keberadaan putra bungsunya. Ternyata sebelum menghilang, Alfan berada di rumah RF, Dusun Bendomungal, Desa Kedungmungal.

Selanjutnya pada Senin (5/5) malam, kabar duka tiba. Alfan ditemukan sudah tak bernyawa di Sungai Brantas. Jenazahnya lantas dievakuasi ke rumah sakit untuk diautopsi. Jamik dengan tegas membantah kemungkinan putranya mati karena terpeleset, lalu tenggelam. Apalagi soal isu Alfan nekat bunuh diri. Maklum saja, ia belum menerima hasil autopsi korban.

"Tidak mungkin anak saya bunuh diri. Kalau tercebur sungai, dia kan bisa berenang. Perkiraan saya, anak saya pasti dianiaya, setelah tak bisa apa-apa, langsung didorong ke sungai. Intinya saya tidak terima, anak saya berangkat sekolah sehat walafiat, pulang-pulang jadi mayat," terangnya.

Kepala Desa Kedungmungal Sukarto menuturkan, kabar penemuan mayat Alfan ia terima dari warga Dusun Tempel pada Senin (5/5) sekitar pukul 16.00 WIB. Saat ia cek ke lokasi, ternyata posisi mayat di Sungai Brantas sisi utara. Sehingga masuk Desa Bulang, Prambon, Sidoarjo. Sedangkan sisi selatan masuk Dusun Tempel, Desa Kedungmungal.

Artinya, lokasi penemuan mayat tidak jauh dari tempat Alfan terakhir kali terlihat hidup. Yaitu di rumah RF, Dusun Bendomungal, Desa Kedungmungal. Ditambah lagi ayah RF berinisial KR mengaku menemukan tas dan sepatu Alfan di pinggir Sungai Brantas pada Sabtu (3/6) sore.

"KR ini menemukan tas dan sepatu di pinggir Sungai Brantas Sabtu sore. Baru cerita ke saya Senin jam 1 siang. Kata dia ada masalah perkelahian anaknya," tuturnya.

Sedangkan Diki Sukono (30) menceritakan prosesnya menemukan tas dan sepatu sekolah adiknya. Sesuai penuturan Jamik, Diki mencari Alfan di Desa Kedungmungal pada Minggu (4/5) pagi. Saat itu, ia dibantu ketua RW setempat untuk bertemu KR, ayah RF. Dalam pertemuan ini, KR menyerahkan tas dan sepatu Alfan.

"Keterangan orang tua RF, Sepatu dan tas Alfan dia temukan di pinggir Sungai Brantas sekitar 200 meter dari rumahnya Sabtu sore, lalu dibawa pulang, besoknya baru diserahkan ke saya," ungkapnya.

Senada dengan Jamik, Diki juga menganggap Alfan menjadi korban pengeroyokan. Ia mengaku sempat melihat jasad adiknya. Menurutnya terdapat luka lebam warna merah di dada korban. Selain itu, potongan rambut korban berubah lebih pendek, sebagian botak. Namun, ia tidak tahu bagaimana Alfan bisa berakhir di Sungai Brantas.

"Kalau tenggelam tidak mungkin, karena adik saya bisa berenang. Mungkin ada pengeroyokan. Keluarga kami tidak terima dengan kematian adik saya," cetusnya.




(irb/hil)


Hide Ads