Pemkab Jombang Didesak Peduli dengan Fenomena Penjaga Angkringan

Pemkab Jombang Didesak Peduli dengan Fenomena Penjaga Angkringan

Amir Baihaqi - detikJatim
Kamis, 08 Mei 2025 19:33 WIB
Tiga pelaku pemerkosaan penjaga angkringan di Jombang
Tiga pelaku pemerkosaan penjaga angkringan di Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Fenomena penjaga warung angkringan yang mempekerjakan anak dan perempuan disoroti Women's Crisis Center (WCC) Jombang. Pasalnya, tak jarang, para perempuan muda itu kerap jadi korban eksploitasi seksual.

WCC lantas menyoroti Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang yang dinilai tak serius menyikapi fenomena yang ada. Jika pun ada, langkah Pemkab Jombang hanya formalitas saja tanpa ada langkah lanjutan seperti pengawasan.

"Walaupun Bupati Jombang sudah mengimbau jam buka angkringan maksimal jam 11 malam, faktanya sampai dini hari. Belum lagi di wilayah kecamatan lain. Sudah menjadi hal biasa bahwa pekerjanya anak-anak usia sekolah," terang Direktur WCC Jombang Ana Abdillah kepada detikJatim, Rabu (7/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena ini, lanjut Ana, sudah sepatutnya menjadi perhatian serius Pemkab Jombang. Terlebih lagi apabila gadis-gadis cantik yang dipekerjakan di angkringan masih berusia di bawah umur.

"Ini isu pekerja anak, mereka tidak boleh dipekerjakan. Anak mempunyai hak rekreatif atau bermain. Mereka rentan berlapis terhadap semua bentuk eksploitasi anak," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Ana, dua kasus pemerkosaan yang terjadi sudah menjadi peringatan bahaya, betapa rentannya para gadis penjaga angkringan mendapat kekerasan seksual baik dari pelanggan maupun pemilik angkringan.

"Kedua korban sama-sama dieksploitasi secara seksual. Ini fenomena pekerja anak dan fenomena eksploitasi seksual anak di lingkungan kerja informal," ungkapnya.

"Jadi, bukan karena mereka gadis gampangan, tidak ada (persetubuhan) suka sama suka, mereka sangat trauma. Keduanya kami upayakan bisa melanjutkan sekolah," tandasnya.

WCC sendiri telah melakukan pendampingan kepada kedua korban kekerasan seksual yang ada di Jombang. Pada korban pertama, bahkan telah hamil hingga 8 bulan.

Tak kalah miris, korban kedua harus jadi korban pemerkosaan bergilir yang dilakukan pemilik angkringan dan dua kerabatnya. Kedua korban pula mempunyai kemiripan kondisi.

Mereka sama-sama putus sekolah karena faktor perceraian orang tua dan kondisi ekonomi yang tergolong miskin. Karena hal ini, mereka terpaksa bekerja untuk menyambung hidup.




(dpe/abq)


Hide Ads