Pilu! 2 Gadis Penjaga Angkringan di Jombang Jadi Korban Perkosaan

Pilu! 2 Gadis Penjaga Angkringan di Jombang Jadi Korban Perkosaan

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 08 Mei 2025 13:15 WIB
Tiga pelaku pemerkosaan penjaga angkringan di Jombang
Pemerkosaan penjaga angkringan di Jombang. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Women's Crisis Center (WCC) Jombang saat ini tengah mendampingi dua gadis penjaga angkringan yang menjadi korban pemerkosaan. Mirisnya lagi, salah satu korban kini hamil 8 bulan.

Direktur Women's Crisis Center (WCC) Jombang Ana Abdillah mengatakan, saat ini pihaknya mendampingi 2 anak gadis korban eksploitasi seksual. Keduanya sama-sama berprofesi sebagai penjaga angkringan di Kota Santri.

Menurut Ana, gadis berusia 17 tahun baru dalam minggu ini mengadu ke WCC Jombang. Sebab, ayah korban baru sekitar satu pekan yang lalu mengetahui kehamilan putrinya. Ternyata, usia kehamilan korban sudah sekitar 8 bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama hamil, korban tetap bekerja, memakai korset di perutnya untuk menyembunyikan kehamilannya," kata Ana kepada detikJatim, Kamis (8/5/2025).

Kepada Ana, korban mengaku diperkosa pengunjung angkringan. Namun, hingga kini korban kesulitan mengidentifikasi pelakunya. Sehingga kasus ini belum dilaporkan ke Polres Jombang.

ADVERTISEMENT

"Dia trauma luar biasa berat, kami upayakan diperiksa kehamilannya karena belum tersentuh pemeriksaan medis sama sekali," jelasnya.

Korban kedua yang saat ini didampingi WCC adalah gadis berusia 15 tahun asal Kecamatan Tembelang, Jombang. Korban diperkosa 3 pria secara bergilir di gubuk sawah Desa Kepuhdoko, Tembelang pada Minggu (6/4) sekitar pukul 04.00 WIB.

Ketiga pelaku telah diringkus Satreskrim Polres Jombang. Yaitu Khoirul Anam (51), Khomsun (24) dan Jarot (22), ketiganya mempunyai hubungan saudara dan sama-sama warga Desa Kepuhdoko. Mereka dijerat dengan Pasal 81 junto Pasal 76D UU RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak.

Menurut Ana, kedua korban mempunyai profil yang mirip. Mereka sama-sama putus sekolah karena faktor perceraian orang tua dan kondisi ekonomi yang tergolong miskin. Oleh sebab itu, dua gadis ini terpaksa bekerja menjaga angkringan untuk menyambung hidup.

"Kedua korban yang kami dampingi mengaku tak pernah punya keinginan bekerja di angkringan. Mereka masih ingin sekolah," tandasnya.




(auh/hil)


Hide Ads