Pilu Gadis Angkringan Jombang Hamil 8 Bulan Tak Tahu Siapa Pelakunya

Pilu Gadis Angkringan Jombang Hamil 8 Bulan Tak Tahu Siapa Pelakunya

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 08 Mei 2025 19:21 WIB
Angkringan cantik di Jombang
Ilustrasi angkringan di Jombang. (Foto: dok. Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Fenomena gadis cantik jadi penjaga angkringan di Jombang bikin miris. Terungkap bahwa salah satu korban diperkosa hingga hamil 8 bulan dan tidak tahu siapa pelakunya.

Direktur Women's Crisis Center (WCC) Jombang Ana Abdillah yang menyebutkan hal itu. Hingga kini, korban kesulitan mengidentifikasi pelaku sehingga kasus itu belum dilaporkan.

Ana menyebutkan, ada kemiripan kondisi antara korban berusia 17 tahun itu dengan korban lain berusia 15 tahun yang diperkosa bergiliran oleh 3 pria termasuk pemilik angkringan tempat korban bekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua gadis penjaga angkringan itu menurut Ana sama-sama putus sekolah karena faktor perceraian orang tua dan kondisi ekonomi. Sehingga mereka terpaksa bekerja untuk menyambung hidup.

"Kedua korban sama-sama dieksploitasi secara seksual. Ini fenomena pekerja anak dan fenomena eksploitasi seksual anak di lingkungan kerja informal," ungkap Anak kepada detikJatim, Rabu (7/5/2025).

ADVERTISEMENT

Ana mengambil contoh korban asal Tembelang yang bekerja di angkringan dengan upah hanya Rp 700.000/bulan.

Upah yang sangat kecil ditambah jam kerja yang tidak normal, bukti eksploitasi terhadap anak. Padahal, mereka sama-sama ingin melanjutkan sekolah.

"Jadi, bukan karena mereka gadis gampangan, tidak ada (persetubuhan) suka sama suka, mereka sangat trauma. Keduanya kami upayakan bisa melanjutkan sekolah," tandasnya.

Sebelumnya Ana telah mengungkapkan temuan WWC Jombang bahwa fenomena gadis jadi penjaga angkringan di Jombang itu sudah mulai marak sejak 3 tahun silam atau pada 2022.

Ana mengatakan mempekerjakan gadis muda di angkringan adalah strategi pengusaha untuk menarik minat lebih banyak pelanggan. Terlebih bila gadis muda itu berparas cantik.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela bekerja sampai larut malam di jalanan Kota Santri.

"Walaupun Bupati Jombang sudah mengimbau jam buka angkringan maksimal jam 11 malam, faktanya sampai dini hari. Belum lagi di wilayah kecamatan lain. Sudah menjadi hal biasa bahwa pekerjanya anak-anak usia sekolah," ujar Ana.

Fenomena ini, kata Ana, sudah sepatutnya menjadi perhatian serius Pemkab Jombang. Apalagi bila gadis yang dipekerjakan di angkringan berusia di bawah umur atau masih usia anak.

Mereka sangat rentan menjadi korban eksploitasi, baik dengan dijadikan pekerja maupun eksploitasi secara seksual.

"Ini isu pekerja anak, mereka tidak boleh dipekerjakan. Anak mempunyai hak rekreatif atau bermain. Mereka rentan berlapis terhadap semua bentuk eksploitasi anak," jelasnya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads