Santri di Mojokerto Ngaku Dipukul Teman hingga Pendarahan Rongga Perut

Santri di Mojokerto Ngaku Dipukul Teman hingga Pendarahan Rongga Perut

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 26 Sep 2024 16:16 WIB
Ilustrasi pengeroyokan sejoli usai nobar
Ilustrasi (Foto: Dok.Detikcom)
Mojokerto -

Santri Ponpes Amanatul Ummah di Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto berinisial MAS (15) mengalami pendarahan di rongga perut. Santri asal Medan, Sumut ini mengaku dipukuli sejumlah temannya.

Kepala Seksi Pelayanan Medis (Kasi Yanmed) RS Sumberglagah dr Praviko Rahmadho menjelaskan, MAS masuk IGD pada Sabtu (21/9) sekitar pukul 13.00 WIB. Santri Ponpes Amanatul Ummah itu menjalani operasi hari itu juga sekitar pukul 17.00 WIB.

"Pasien mengalami pendarahan rongga perut dan harus dilakukan tindakan operasi untuk menghentikan pendarahannya," jelasnya kepada detikJatim, Kamis (26/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasca menjalani operasi, lanjut dr Praviko, saat ini kondisi MAS sudah membaik. Korban dirawat di ruang rawat inap RS Sumberglagah.

"Pasien sudah bisa mobilisasi dan sudah makan dan minum, secara keseluruhan kondisi stabil dan membaik," terangnya.

ADVERTISEMENT

Cedera yang dialami MAS diduga karena penganiayaan. Ketika datang ke IGD RS Sumberglagah, korban mengaku dipukuli temannya.

"Laporan teman-teman (nakes) yang menerima pasien, pasien datang mengaku dipukul temannya di pondok, terus mengeluh perutnya sakit," ungkap dr Praviko.

Kapolsek Pacet AKP Agus Setiawan ketika dikonfirmasi menyatakan tidak tahu adanya insiden di Ponpes Amanatul Ummah yang menimpa MAS. Sebab pihaknya tidak menerima laporan.

"Tidak ada laporan, saya juga tidak tahu, tidak mengecek. Makanya saya tidak berani memberikan statemen," cetusnya.

Ketua Yayasan Amanatul Ummah Muhammad Albarraa atau Gus Barra mengaku tidak mengetahui persis kronologi dugaan penganiayaan yang menimpa MAS. Sebab setiap lembaga mempunyai penanggungjawab. Sebagai ketua yayasan ia tak mungkin mengetahui semua kejadian di pondok.

"Katanya anak ini (MAS) tidak apa-apa, tidak ada bonyok, lalu merasa sakit, minta tolong ke dokter. Di dokter, kalau ingin tahu harus operasi, ya sudah dioperasi. Kami tahunya dari situ, ditanyai, baru dia ngomong," jelasnya.

Gus Barra memastikan kondisi santri yang kini duduk di bangku kelas X SMA itu sudah membaik. Ia menerima informasi kalau hari ini orang tua korban dengan orang tua sejumlah pelaku sedang dimediasi. Namun, ia belum mengetahui lokasi mediasi.

"Informasinya hari ini sedang mediasi antara orang tua korban dengan orang tua masing-masing pelaku. Saya kurang tahu di mana, tadi belum tanya. (Pelaku lebih dari satu?) Saya kurang tahu jelasnya berapa orang," terangnya.

Terkait kebijakan dari pesantren, tambah Gus Barra, menunggu hasil mediasi. "Kalau peraturan kami, seperti itu (kasus penganiayaan) biasanya dikeluarkan dari pesantren. Tapi tergantung kesepakatan keluarga, kalau saling memaafkan, tidak ada masalah, bisa belajar lagi di pondok," tandasnya.




(abq/iwd)


Hide Ads