Sejumlah kejadian kriminalitas kian marak terjadi di Surabaya. Salah satu yang paling dominan adalah gangster dan begal.
Ahli pidana Universitas Bhayangkara (Ubara) Surabaya Prof.Dr Solahudin buka suara terkait hal itu. Menurut Solahudin, penegakan hukum akhir-akhir ini di Surabaya tertatih-tatih.
"Ya mungkin akibat banyaknya kasus-kasus, kemudian banyak faktor pengaruh dari kemajuan pesat informasi ya, jadi keterbukaan informasi dan teknologi serta kesadaran sebagian besar masyarakat ini menjadi faktor yang sangat mendorong juga," kata Solahudin saat dikonfirmasi detikJatim, Rabu (4/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Solahudin menilai keterbukaan dan kemajuan informasi menekan kinerja dari aparat penegak hukum (APH) itu sendiri. Menurut Solahudin, sebelumnya tidak ada pendorong dari luar atau masyarakat. Sehingga, APH terkesan santai dalam menangani suatu perkara, terutama yang tak mendapat perhatian publik.
"Makanya ya santai-santai saja, makanya timbul istilah no viral no justice," imbuhnya.
Solahudin menegaskan apabila tidak ada dorongan dari media sosial dan perhatian masyarakat, maka penegakan hukum dan keadilan akan jalan di tempat. Sehingga, ia menilai penegakkan hukum seolah tertatih-tatih.
(pfr/iwd)