Pembully Siswa SMAN Pasuruan Minta Maaf, Jalur Hukum Tetap Ditempuh

Pembully Siswa SMAN Pasuruan Minta Maaf, Jalur Hukum Tetap Ditempuh

Muhajir Arifin - detikJatim
Selasa, 27 Agu 2024 11:55 WIB
Keluarga siswa SMAN di Pasuruan saat melapor ke polisi
Keluarga siswa SMAN di Pasuruan saat melapor ke polisi (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)
Pasuruan -

Siswa kelas 2 SMAN 4 Kota Pasuruan, NS (17), dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dr Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Malang, karena mengalami depresi berat akibat dibully oleh teman-temannya. Para terduga pelaku sempat meminta maaf, tapi keluarga korban tetap menempuh jalur hukum.

"Setelah tahu adik saya dibawa ke RSJ, para terduga pelaku bersama salah satu orang tuanya datang ke rumah mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf," kata Fariz Rohman Maulana (23), kakak kandung korban, Selasa (27/8/2024).

Fariz mengatakan, sebagai sesama makhluk Tuhan, keluarga sudah memaafkan. Tapi, demi mendapat keadilan, maka pihak keluarga menyatakan tetap melanjutkan perkara pembullyan ke jalur hukum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami memaafkan, tapi tetap melaporkan demi keadilan," tegas Fariz.

NS ternyata dibully bertahun-tahun sejak SMP. Ia menyebut, adiknya dibully sejak masih menjadi siswa di SMPN 2 Pasuruan, kemudian berlanjut hingga adiknya menjadi siswa di SMAN 4 Pasuruan.

ADVERTISEMENT

"Sejak SMP berlanjut ke SMA puncaknya tanggal 17 Agustus kemarin. Sebagian terduga pelaku teman adik saya sejak SMP, masuk SMA sama dan dilanjutkan (mem-bully)," kata Fariz.

Menurut Fariz, jenis perundungan yang dilakukan oleh teman-temannya kepada NS mulai dari olok-olok, hingga dipukul dan dicakar. Selain itu, sang kakak menyebut adiknya juga sering diperas.

"Misal adik saya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan temannya, difoto mau dilaporkan dengan bukti foto. Kalau nggak kasih uang langsung dihajar. Sering diperas Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu," jelas Fariz.

Puncaknya pada 17 Agustus 2024, sekitar pukul 11.00 WIB usai upacara HUT RI di sekolah SMAN 4 Kota Pasuruan. Pada hari peringatan Kemerdekaan RI itu, korban diadang di depan pintu gerbang sekolah oleh para terduga pelaku. Korban dikepung dan diancam hingga akhirnya kabur.

"Setelah sampai di rumah wajahnya pucat, nafasnya terengah-engah kayak orang ketakutan," jelasnya.

Selang beberapa hari sejak peristiwa tersebut, korban dihantui rasa takut dan cemas. Adiknya mengalami depresi berat, sering mengamuk hingga memukuli tembok.

Parahnya lagi, terduga pelaku hingga 15 anak. "Adik saya dibully sejak SMP. Terduga pelaku 8-15 orang," kata Fariz.

Faiz menegaskan, para terduga pelaku harus bertanggungjawab agar di depan hukum. Mereka harus dihukum sesuai tindakannya. "Adik saya mengalami hal fatal," tegasnya.




(hil/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads