Keluarga Santri Al Hanifiyah Dapat Trauma Healing dari Polresta Banyuwangi

Keluarga Santri Al Hanifiyah Dapat Trauma Healing dari Polresta Banyuwangi

Eka Rimawati - detikJatim
Sabtu, 02 Mar 2024 20:55 WIB
Tim konselor psikologi Polresta Banyuwangi berbincang dengan Suyanti, ibu kandung santri yang dianiaya senior hingga tewas di Kediri.
Tim konselor Polresta Banyuwangi memberikan trauma healing kepada Suyanti, ibu kandung Bintang. (Foto: Istimewa/Dok. Polresta Banyuwangi)
Banyuwangi -

Penyidikan kasus kematian Bintang Balqis Maulana dianiaya seniornya di Ponpes Al Hanifiyyah, Kediri terus bergulir. Kasus itu memberikan tekanan psikologis bagi keluarga, terutama bagi sang Ibu, Suyanti.

Sebagai orang tua tunggal dengan enam orang anak, Suyanti yang telah berpisah dengan ayah Bintang pun merasa gagal dan tidak mampu menjaga anak lelakinya. Untuk menjaga kondisi kesehatan mental sang Ibu, Polresta Banyuwangi menerjunkan tim konselor untuk memberikan trauma healing.

Didampingi Bhabinkamtibmas Desa Karangharjo Bripka Widodo, Briptu Rossy Oktavia, dan Ipda Oky Prasetyo, tim konselor Polresta Banyuwangi berbincang dan mendengarkan keluh kesah keluarga korban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai bentuk empati dan pendampingan psikologi kami mendengarkan keluh kesah keluarga dan melakukan connecting keluarga dengan hal-hal yang diperlukan dalam menghadapi permasalahan," kata Rossy kepada wartawan, Sabtu (2/3/2024).

Pendampingan itu akan dilakukan selama proses hukum kasus kematian Bintang berlangsung dan selama keluarga dinilai membutuhkan pendampingan oleh tim konselor.

ADVERTISEMENT
Tim konselor psikologi Polresta Banyuwangi berbincang dengan Suyanti, ibu kandung santri yang dianiaya senior hingga tewas di Kediri.Tim konselor psikologi Polresta Banyuwangi berbincang dengan Suyanti, ibu kandung santri yang dianiaya senior hingga tewas di Kediri. (Foto: Istimewa/Dok. Polresta Banyuwangi)

Suyanti, ibunda Bintang mengaku lega dengan kehadiran pihak kepolisian ke kediaman mereka. Dia berharap proses hukum anaknya berjalan lancar dan keadilan ditegakkan.

"Lega, dan terima kasih sudah peduli kepada kami. Semoga proses hukum juga dikawal dan keadilan ditegakkan," kata Yanti.

Yanti dan keluarganya berkomitmen untuk mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Namun dia tetap berharap kasus anaknya diungkap dengan gamblang dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

"Kami akan patuh sama hukum, tapi tetap berharap semua berjalan dengan terbuka dan adil," katanya.

Yanti mengungkapkan pihak ponpes juga telah mengucapkan belasungkawa secara langsung kepada keluarga. Namun ia merasa ada kelalaian dari pihak pesantren yang juga harus diungkap.

"Pesantren didampingi Gus Muh sudah datang ucapkan belasungkawa dan memberi uang duka cita, tapi ini bukan berarti kami tidak menuntut pertanggungjawaban pihak pesantren," kata Yanti.




(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads