Ibunda Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri Bantah Dalih Tersangka

Ibunda Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri Bantah Dalih Tersangka

Eka Rimawati - detikJatim
Kamis, 29 Feb 2024 13:19 WIB
Suyanti, ibu Bintang Balqis Maulana, santri asal Banywuangi yang tewas dianiaya di Kediri.
Ibunda Bintang membantah anaknya tak nurut sampai dihajar hingga tewas (Foto: Eka Rimawati/detikJatim)
Banyuwangi - Ibunda Bintang Balqis Maulana (14), santri di Ponpes Al Hanifiyah Kediri membantah keterangan pelaku yang menyebut Bintang tak menurut sehingga dipukuli sampai tewas. Suyanti, ibu korban menegaskan, Bintang merupakan anak yang penurut.

Diketahui, Bintang tewas dianiaya dengan keji oleh empat seniornya. Empat kakak kelas korban kini sudah ditetapkan sebagai tersangka. Keempatnya berinisial MN (18) asal Sidorjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar, dan AK (17) asal Surabaya.

"Bintang anak yang lembut, tidak pernah membantah, dia penurut," kata Suyanti sambil terisak kepada detikJatim, Kamis (29/2/2024).

Untuk itu, Suyanti tak percaya dengan keterangan empat pelaku.

"Jadi kami nggak percaya, kalau dibilang Bintang nakal, nggak mau nurut," tambahnya.

Suyanti juga menuturkan bagaimana anaknya dianiaya dengan brutal oleh empat seniornya. Ironisnya, satu dari empat tersangka masih merupakan sepupu Bintang sendiri.

Suyanti mengatakan, penganiayaan yang dialami Bintang terjadi pada Rabu (21/2). Saat itu, Bintang dipukuli hingga dibanting. Ia tak mampu melanjutkan lebih jauh cerita saat Bintang dihajar oleh seniornya. Yanti hanya tidak menyangka bahwa keponakan dan teman-temannya bisa setega itu.

"Saya tidak tahu kenapa setega itu, ini brutal sekali. Bahkan mereka masih bisa bilang anak saya sakit karena jatuh dari kamar mandi," pungkas Suyanti dengan mata berkaca-kaca.

Sebelumnya, para pelaku berdalih memukul Bintang karena jengkel hingga frustasi. Pengakuan ini diungkapkan pada kuasa hukumnya. Penganiayaan dilakukan sebab, Bintang susah dinasihati, terutama soal kewajiban salat berjemaah.

Kuasa hukum keempat pelaku, Rini Puspitasari menjelaskan, para pelaku merasa frustasi karena Bintang sulit untuk diajak komunikasi, terutama dalam hal ketaatan beragama.

Para pelaku dan korban ini tinggal dalam satu kamar di pondok pesantren yang diasuh oleh Gus Fatihunnada alias Gus Fatih. Awalnya, pelaku mengetahui bahwa Bintang tidak melaksanakan ibadah wajib salat 5 waktu. Akhirnya, para pelaku mencoba menasihati, namun tidak direspons dengan baik.

"Keterangan anak-anak mengakui memukul dan tidak niat biar Bintang sampai gimana. Itu benar-benar emosi sesaat, karena Bintang diomongi tidak manut," beber Rini Puspitasari membela para pelaku, Rabu (28/2/2024).

Diberitakan, korban meninggal pada Jumat (23/2) siang. Kasus ini terkuak ke publik setelah video kemarahan keluarga korban kepada pria yang mengantarkan jenazah Bintang, viral. Di video itu, tampak darah masih berceceran dari kain kafan korban. Video tersebut beredar di media sosial hingga grup WhatsApp.

Sebelum meninggal, Bintang juga sempat mengirim pesan kepada keluarganya di Afdeling Kampunganyar, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi melalui WhatsApp (WA). Pesan itu berisi permintaannya untuk dipulangkan dari pondok yang berada di Kecamatan Mojo, Kota Kediri. Bintang mengaku sudah tidak kuat berada di sana.

Dalam pesannya kepada keluarga, Bintang sempat mengaku ketakutan. Namun, dia tidak menjelaskan apa yang membuatnya takut.

"Cpet sini. Aku takut maaa. Maaa tolonggh. Sini cpettt jemput," ujar Bintang dalam pesan WhatsApp.

Keluarga tak menduga ternyata itu adalah pesan terakhir dari Bintang. Pada Sabtu (24/2), Bintang benar-benar pulang. Akan tetapi, ia pulang dalam keadaan kaku tak bernyawa. Kepulangan Bintang menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga.


(hil/dte)


Hide Ads