Anak 9 Tahun Itu Kini Sudah Tak Merasakan Sakit Lagi Akibat Siksaan Ibu

Anak 9 Tahun Itu Kini Sudah Tak Merasakan Sakit Lagi Akibat Siksaan Ibu

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 24 Jan 2024 09:00 WIB
Ilustrasi Kekerasan Anak
Foto: Getty Images/iStockphoto/evgenyatamanenko
Surabaya -

GEL (9), anak yang jadi korban penganiayaan ibunya ACA kembali dibawa ke shelter Rumah Aman milik Pemkot Surabaya. Sebelumnya, korban juga sempat menghuni shelter dengan kasus yang sama.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Surabaya Ida Widayati GEL sebelumnya pernah menghuni shelter selama 6 bulan sejak Mei 2023.

Saat itu, pihaknya mendapat laporan adanya kekerasan yang dilakukan seorang ibu kepada anak kandungnya. Saat didatangi ke rumahnya, ibu korban sempat melawan dan mengatakan kekerasan yang dilakukan tak masalah karena dilakukan terhadap anaknya sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rentetannya, sebenarnya anak ini sudah lama dilakukan kekerasan oleh ibunya. Saya dapat laporan dari Camat Tambaksari, bahwa ada ibu melakukan kekerasan pada anaknya. Saya sendiri waktu itu ke rumah korban, sempat ramai dengan ibunya, ibunya bersikeras 'itu anak saya sendiri, mau saya pukul, saya apain, itu anak saya sendiri' sempat bilang gitu. Kalau gitu yang sakit ibunya," kata Ida, Rabu (24/1/2024).

Akhirnya, DP3A berhasil membawa anak tersebut, tapi dengan perjanjian sesuai yang diminta ibunya. Setelah itu GEL tinggal di Rumah Aman, bisa sekolah lagi dan beraktifitas seperti anak pada umumnya yang ceria.

ADVERTISEMENT

Pihaknya juga tidak bisa membatasi ibunya ketika ingin menengok anaknya, bahkan sudah bertemu beberapa kali ketemu. GEL pun akhirnya ingin pergi dan tinggal dengan ibunya lagi.

"Sekitar 5-6 bulan anaknya tinggal di Rumah Aman, si ibu minta anak diasuh lagi. Kita tidak bisa menghalangi karena hak ibu mengasuh anak. Tapi ada perjanjian tidak melakukan kekerasan lagi, dan lainnya, kita lepas anaknya dengan janji tetap disekolahkan," jelasnya.

Saat GEL tidak lagi di Rumah Aman, DP3A tetap memantau perkembangannya. Meski tidak langsung mendatangi rumahnya secara langsung, tapi melalui sekolah.

Ida menambahkan ketika anak-anak sudah dititipkan ke Rumah Aman akan disekolahkan ke lokasi terdekat. Guru maupun kepala sekolah akan menilai perubahan siswa dan disampaikan ke DP3A.

Karena GEL disekolahkan dekat Ruman Aman, dia tetap dipantau guru meski sudah tinggal dengan ibu kandungnya. Pekan lalu, guru dan kepala sekolah menyampaikan ke DP3A, bahwa ada yang tidak beres dengan GEL.

"Dia sekolah pakai masker, setelah dibuka bibirnya penuh luka. Ditanya sekolah kenapa? Katanya disuruh ibunya kumur pakai air panas," ujarnya.

Keesokan harinya, GEL masih datang ke sekolah sekolah. Tapi cara berjalannya seperti menahan sakit. Lalu bercerita ke guru dan menunjukkan luka di pundaknya.

"Penuh luka semua kulitnya. Dia cerita kalau tangannya diikat dan disiram air panas sama mamanya, karena telat membersihkan kandang," ceritanya.

Akhirnya Ida meminta UPTD untuk segera membawa anak tersebut ke Polrestabes agar penyidik mengetahui kondisi GEL seperti apa. Di waktu yang sama, UPTD mengurus laporan ke SPKT, penyidik langsung mengambil ibunya dan langsung ditahan.

Ida menyebut GEL selalu mendapat kekerasan sejak lama. Setiap melakukan sedikit kesalahan, anak tersebut harus menerima siksaan dari ibunya.

"Pokoknya kalau salah sedikit pasti dapat hukuman. Telat bangun, disuruh apa telah dikit pasti dihukum dan hukumannya ya seperti itu," kata dia.

"Sejak kecil. Telat bangun dinyunyuk (disudut) rokok, salah apa ditusuk gunting, kulitnya dinyunyuk catokan. Ibunya agak nggak nggenah, ibunya pemandu karaoke, punya tatto, lidahnya ditindik," sebutnya.

Kini, GEL sudah aman di shelter. Dia tak lagi merasakan kekerasan dari ibunya. Bisa kembali bersekolah, bermain layaknya anak seusianya dan ceria lagi.

Terkait psikologi GEL, DP3A akan terus mendampingi. Meski kondisi saat ini terlihat baik-baik saja, tetapi pihaknya mengantisipasi ketika sudah besar atau trauma tertunda, dimana dendam muncul di kemudian hari.

"Kalau sekarang dia sudah merasa nyaman di tempat baru, seperti anak pada umumnya, seperti tidak terjadi apa-apa. Saya pernah tanya "bisa tidur?" Dijawab bisa. Awal ga bisa tidur, ternyata pundaknya sakit. Secara fisik yang dia rasakan. Kalau usia besar sedikit sudah terlihat. Kalau anak kecil ga bisa. Butuh trik dari psikolog," bebernya.




(esw/iwd)


Hide Ads