"Settong (satu), duwa' (dua), tello' (tiga). Iyeh empa' se mateh (iya empat yang mati)," demikian suara perekam menghitung mayat yang tewas akibat carok maut melibatkan 6 orang di Bangkalan yang viral di media sosial. Malam ketika pertarungan itu terjadi sangat mencekam.
Dalam video lain yang beredar viral di media sosial terlihat bagaimana 6 orang yang terdiri dari 2 kubu yang sedang berseteru itu saling mengayunkan celurit. Beberapa kali terdengar suara denting dari benturan senjata tajam berbahan logam tersebut.
Pertarungan yang terjadi di halaman sebuah tempat yang dikenal Juk Korong, di Jalan Raya Tanjung Bumi, Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan itu sebenarnya tak imbang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu kubu terdiri dari 2 orang melawan 4 pria di kubu lawan. Tapi pertarungan sengit itu berujung 4 korban meregang nyawa dan mengembuskan napas terakhir di tangan 2 orang kakak beradik warga desa setempat.
"Mereka ini merupakan saudara adik kakak," kata Kapolres Bangkalan AKBP Febri Isman Jaya saat menghadirkan kedua pelaku carok yang telah membunuh 4 korban dalam konferensi pers di halaman Mapolres Bangkalan, Minggu (14/1).
Baca juga: Apa Itu Carok? Ini Asal-usulnya |
Kedua pelaku adalah H (39) dan M (30) yang merupakan warga Desa Bumi Anyar. Sedangkan 4 korban tewas yakni Matterdam, Mattanjar, dan Najehri merupakan warga Desa Larangan Timur. Namun 1 korban tewas lainnya yang bernama Hafid berdomisili di Desa Bumi Anyar.
Kepada polisi, kakak beradik pelaku pembunuhan yang terancam pidana pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup itu mengaku hanya mengenal 1 korban bernama Hafid. Kedua pelaku dan Hafid masih memiliki hubungan keluarga.
"Dari empat orang korban, hanya satu orang yang memiliki hubungan keluarga dengan pelaku. Sementara tiga korban lainnya tidak mereka kenal," kata Febri.
![]() |
Carok yang Tak Imbang
Berdasarkan pengakuan pelaku, peristiwa mencekam itu bermula saat pelaku H dalam perjalanan untuk mengikuti tahlilan. Di tepi jalan dia bertemu salah satu korban berboncengan naik motor dengan temannya kemudian bleyer-bleyer motor.
"Motifnya karena tersinggung. Jadi pelaku menegur korban, namun korban tidak terima dan menantang balik pelaku," imbuhnya.
Pelaku H menegur korban karena mengendarai motor dengan kencang dan lampu motornya menyorot ke arah pelaku. Korban yang berboncengan dan membawa celurit langsung berhenti dan memaki pelaku. Bahkan, korban sempat memukul dan menantang pelaku untuk carok.
"Merasa tertantang, pulang lah pelaku mengambil celurit, di perjalanan bertemu lah saudaranya. Pelaku mengajak saudaranya mengambil 2 buah celurit untuk kembali ke TKP," ujarnya.
Niat kedua pelaku bertarung dalam carok yang tak imbang itu sudah bulat. Kedua pelaku bahkan mengaku kepada polisi mereka sempat berpamitan kepada orang tuanya.
"Sempat pamit juga mereka ke orang tuanya sehingga dilarang, tapi mereka tetap berangkat," imbuhnya.
Begitu tiba di lokasi yang dijanjikan sebagai tempat pertarungan, kedua pelaku mengaku mendapati ada 10 orang dari kubu korban atau kubu lawannya yang bersiaga di lokasi. Tetapi hanya 4 orang yang memutuskan untuk bertarung.
"Menurut keterangan pelaku, di TKP sudah ada sekitar 10 orang dari kubu korban. Namun yang turun ke arena hanya 4 orang," kata Febri.
Polisi Tak Temkan Motif Rebutan Lahan Parkir. Baca halaman selanjutnya.