Ponpes di Blitar Buka Suara soal Santrinya Tewas Jadi Korban Pengeroyokan

Ponpes di Blitar Buka Suara soal Santrinya Tewas Jadi Korban Pengeroyokan

Fima Purwanti - detikJatim
Selasa, 09 Jan 2024 18:49 WIB
Pengurus Ponpes, Wafa Bahrul Amin
Salah satu pengurus ponpes di Blitar, Wafa Bahrul Amin (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)
Blitar -

Pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar buka suara soal salah satu santrinya tewas usai dikeroyok belasan temannya. Ponpes berjanji akan bersikap adil dalam menangani kasus pengeroyokan itu.

Salah satu Pengurus Ponpes, Wafa Bahrul Amin mengaku pihaknya tak mengetahui persis peristiwa pengeroyokan karena terjadi saat malam dan pengurus sedang istirahat. Meski demikian pihak ponpes sempat mengevakuasi korban ke rumah sakit setelah mengetahui adanya laporan tersebut.

"Kejadian saat malam hari, kami (pengurus) juga sedang istirahat. Setelah mendapat laporan kejadian itu kamu menghubungi keluarga dan mendampingi korban di Rumah Sakit," ujar salah satu Pengurus Ponpes, Wafa Bahrul Amin kepada awak media, Selasa (9/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Wafa, para santri yang telah menjadi tersangka itu diduga berniat untuk memberikan efek jera kepada korban. Itu karena korban diduga mencuri uang milik rekannya. Namun, saat kejadian mereka tidak menyangka apabila pengeroyokan itu membuat korban tak sadarkan diri hingga meninggal dunia.

"Mungkin anak-anak (sekarang tersangka), tidak mengetahui kalau korban (MAR) telah mengakui telah mencuri dan sedang diproses pengurus pondok. Jadi kemungkinan ada tindakan seperti itu dengan motifnya membuat jera," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Wafa menerangkan para santri (17 tersangka) langsung syok saat korban tak sadarkan diri. Mereka menyesali tindakan mereka yang di luar perkiraan. Hingga akhirnya korban dibawa ke Rumah Sakit, dan berujung dirawat secara intensif.

"Mereka masih anak-anak, jadi mungkin pikirannya tidak sampai sana dan di luar ekspektasi saat membuat jera. Mereka menyesal setelah mendapati korban lemas, tidak sadar. Bahkan saat korban dirawat," lanjutnya.

Pihaknya juga berjanji akan berlaku adil dalam penyelesaian kasus tersebut. Termasuk akan tetap berkoordinasi dengan pihak keluarga dan pihak para tersangka. Selain itu, ponpes akan meningkatkan keamanan dan pengawasan terhadap para santrinya.

"Kami akan mengikuti proses dari kepolisian. Dan sebagai tuntutan moral, kami akan tetap bersikap adil antar keluarga korban dan keluarga tersangka," imbuh Wafa.

Terpisah, Kepala Kemenag Kabupaten Blitar Baharuddin mengatakan telah koordinasi dengan stakeholder, termasuk DP3AP2KB dan unit perlindungan perempuan dan anak (PPA) untuk melakukan pendampingan untuk melakukan trauma healing.

"Karena ini (kasus pengeroyokan) menimbulkan korban jiwa, tentunya para santri akan mengalami traumatis. Kami berusaha mengembalikan normal seperti semula dengan trauma healing," terangnya.

Baharuddin menyebutkan akan meningkatkan pembinaan pesantren sebagai penyangga karakter para santri. Harapannya, agar pendidikan pesantren dapat menerapkan penyelenggaraan pendidikan yang membangun karakter anak sesuai harapan orang tua.

"Yang jelas kami akan terus meningkatkan pembinaan terhadap seluruh ponpes. Sehingga betul-betul bisa membangun karakter santri, sesuai harapan orang tua dan agama," tandas Baharuddin.




(abq/iwd)


Hide Ads