Saat mengarungi bahtera pernikahan, Fitriani disebut telah berselingkuh. Suami Fitriani, Suprio Handono, lalu menyerahkan Fitriani ke seorang pria yang diduga menjadi selingkuhannya.
Subagyo, kakak ipar Handono mengatakan pascakepergian Fitriani, Handono melakukan aktivitas seperti biasanya. Masih membuka warung kopi di Desa Sidorejo, Ponggok. Hingga akhirnya Handono memutuskan untuk menjual rumah yang biasa ditempatinya.
Subagyo mengatakan Handono menjual rumahnya karena berencana meninggalkan Desa Bacem. Sempat ada beberapa orang yang hendak membeli maupun mengontrak rumah itu, namun gagal. Akhirnya, dua bulan lalu rumah itu dibeli oleh kakak kelima Handono yaitu, Domiratun Qusna. Domiratun tak tahu jika rumah itu berisi mayat Fitriani yang telah dibunuh dan dikubur Handono di salah satu kamarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya minta dibeli Rp 150 juta, kemudian setelah dinegosiasi sepakat dijual dengan harga Rp 105 juta. Alasan dijual katanya mau pergi (meninggalkan) desa ini," ujar Subagyo kepada detikJatim, Jumat (24/11/2023).
Setelah dibeli oleh Domiratun, Handono tak pernah kembali ke rumah tersebut. Handono juga menitipkan anaknya ke Subagyo. Hanya sesekali menemui anaknya saat sekolah untuk diberikan uang saku.
Handono keluar dari desa tersebut. Handono disebut membuka usaha warung kopi baru di Kecamatan Wates, Kediri.
"Tidak pernah ke sini (pulang), tapi katanya pernah kasih uang saku ke anaknya. Dia katanya buka usaha di Kediri, tapi tidak tahu pastinya," terang Subagyo.
Handono ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Fitriani yang ditemukan sudah jadi kerangka setelah ditemukan dua alat bukti dalam proses penyelidikan. Sebelumnya kerangka Fitriani ditemukan di rumah yang telah dijual Handono di Desa Bacem, Ponggok, Blitar.
Rumah itu dijual Handoni kepada kakaknya sendiri, Domiratun Qusna. Domiratun curiga dengan gundukan tanah dicor di dalam kamar. Setelah digali pada kedalaman 1,5 meter, ditemukan kerangka manusia yang akhirnya diketahui sebagai kerangka Fitriani.
(abq/iwd)