Sebanyak 6 jemaah umrah asal Jember mempolisikan agen travel yang memberangkatkan mereka ke Arab Saudi. Para jemaah merasa ditelantarkan saat berada di Madinah.
"Kami melaporkan travel PT Berkah Zam-Zam Wisata ini atas kerugian yang telah diderita. Secara formal ini kita membuat laporan agar kasusnya bisa diproses," kata Kuasa Hukum para pelapor, Hadi Eko Yuchdi Yuchendi, Jumat (2/11/2023).
Menurut Hadi, laporan itu sudah dilakukan ke Polres Jember pada Rabu (31/10). Untuk saat ini, ada 6 orang yang melaporkan dugaan penelantaran tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara ada 6 orang yang membuat laporan ini, dari Puger dan Ambulu. Untuk korbannya satu rombongan itu kurang lebih 101 orang, nanti kita akan saling koordinasi," ujarnya.
Salah seorang jemaah, Muhammad Eko menceritakan bagaimana dia telah ditelantarkan saat beribadah di Arab Saudi. Pria asal Desa Sumber Kejayan, Kecamatan Mayang, Jember itu berangkat beribadah umrah dengan istri dan neneknya. Untuk berangkat umrah itu, dirinya sudah merogoh kocek ratusan juta rupiah.
"Saya baru pulang sekitar 4 hari yang lalu. Ceritanya itu saya bersama istri Nur Indah sari dan nenek Supani berangkat bersama-sama lewat agen travel. Per orang biayanya Rp 35,9 juta. Total saya bayar Rp 107,1 juta. Sesuai brosur saya nanti di Tanah Suci itu 16 hari," kata Eko saat dikonfirmasi sejumlah wartawan.
Saat berangkat dari rumahnya di Desa Sumber Kejayan, kata Eko, tidak ada yang mencurigakan. Semuanya berjalan sesuai yang direncanakan.
"Berangkat dari rumah, lalu naik pesawat, sampai di Tanah Suci Mekkah semua aman. Satu rombongan saya lupa pastinya berapa, kira-kira puluhan orang. Kami ditempatkan dalam satu hotel di Mekkah. Kami beribadah umrah lancar, dan alhamdulillah sampai di Ka'bah," kenangnya.
Persoalan mulai muncul saat rombongan jemaah umrah menuju Madinah. Diawali dengan jatah makan yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
"Itu hari ke berapa saya di Arab itu mulai ada masalah saat ke Madinah. Satu rombongan itu ditelantarkan, bahkan satu hari itu hanya makan satu kali," ungkapnya.
Selama seharian penuh, kata Eko, dirinya dinaikkan bus dan hanya berputar-putar di sekitar Madinah. Akhirnya dari situlah mulai terjadi konflik.
"Akhirnya kami memaksa pulang, kondisi panik dan bingung. Mau pulang tidak bisa, karena kita semua (satu rombongan) tidak pegang tiket. Akhirnya saya menelepon rumah, saya bersama istri dan nenek beli tiket sendiri harganya total kurang lebih Rp 32,6 juta. Alhamdulillah saat itu akhirnya saya sekeluarga bisa pulang," tuturnya.
"Tapi masih ada puluhan jemaah yang ada di Arab sana. Seingat saya, dari pihak travel itu hanya membelikan 14 orang jemaah untuk tiket pesawat pulang, lainnya beli sendiri, yang lain juga masih ada di Arab sana," jelasnya.
Para jemaah yang berhasil pulang ke Jember itu kemudian melapor ke polisi. Mereka mendesak polisi mengungkap dan menindak tegas oknum agen travel itu.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Jember AKP Abid Uais Al-Qarni mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan tersebut. Saat ini polisi masih mengumpulkan bahan dan keterangan (Pulbaket).
"Saat ini masih kami lakukan pulbaket dari korban. langsung kami kerahkan anggota untuk proses lidik," beber Abid.
"Kami sejak beberapa hari yang lalu juga sudah membuat pos pengaduan di Polres Jember. Kami akan terima laporan dari masyarakat dan mendalami kasus ini," imbuhnya.
(hil/fat)