Sebuah video yang menampilkan tangis histeris Ronald beredar di media sosial. Video ini disebut terjadi di rumah sakit, sesaat setelah Dini dinyatakan tewas usai dianiaya Ronald. Ronald juga menangis saat digelandang polisi usai konferensi pers di Polrestabes Surabaya.
Tangisan ini berbanding terbalik dengan aksi Ronald yang tertawa saat disebut merekam kejadian kala Dini terkapar di basement. Saat itu, tubuh Dini tengah meregang nyawa usai diseret dan dilindas menggunakan mobil Ronald hingga sejauh 5 meter.
Psikolog klinis dan forensik Surabaya Riza Wahyuni SPsi MSi menjelaskan aksi tangis dan kebengisan Ronald tak bisa disebut serta merta sebagai seorang psikopat. Sebab hal itu harus dilakukan melalui pemeriksaan yang mendalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak bisa melihat (psikopat atau tidak) karena saya tidak memeriksa, belum ada panggilan untuk pemeriksaan. Apakah dia psikopat, ya harus dilihat terlebih dulu," kata Riza saat dihubungi detikJatim, Sabtu (7/10/2023).
Riza mengatakan bisa saja anak Edward Tannur, anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKB itu melakukannya dengan sadar. Sebab meski dalam kondisi mabuk usai mengonsumsi alkohol bukan menjadi alasan menganiaya Dini hingga tewas.
"Tapi kan bukan berarti dia boleh melakukan hal seperti itu. Kan infonya mabuk, ini perlu pemeriksaan lebih detail untuk melakukan pemeriksaannya," ujarnya.
"Tapi apakah kemungkinan (psikopat), ya bisa mungkin. Bisa iya, bisa tidak. Apakah betul di bawah pengaruh miras, apa dia memang bagian personality yang bermasalah. Bagi saya butuh pemeriksaan yang lebih lengkap," jelasnya.
Riza lalu menyinggung hubungan antara Ronald dan Dini selama 5 bulan bisa dibilang toxic relationship. Sebab, saat bertengkar, Dini sempat menceritakan kelakuan Ronald ke temannya bahkan sudah diperingatkan.
"Artinya, dia (Ronald) sebenarnya sudah punya perilaku agresif yang kita gak tahu sama pasangan sebelumnya. Kalau Bu Riza lihat umurnya sudah 31 tahun, artinya di dalam dirinya ada agresifitas tinggi," katanya.
Riza juga melihat ada potensi masalah pada masa kecil atau masa lalunya di dalam keluarganya. Sehingga pengalaman masa lalunya itu juga dilakukan kepada pasangan kekasihnya.
"Bisa saja dia kehilangan kasih sayang, merasa sendiri, merasa tidak dihargai. Itu kan bisa membentuk kepada perilaku orang sekarang. Artinya, kalau kita melihat seperti itu, dia memiliki kepribadian seperti apa, kita ga bisa nebak, karena kita harus mengetahui kepribadian harus berhadapan langsung. Tapi apakah bibit melakukan kekerasan itu ada kalau dilihat dengan 5 bulan kenal kayaknya bibitnya ga ada," urainya.
"Kasus Ronald itu sampai akhirnya melakukan. Kita tidak tahu, karena tidak memeriksa lebih rinci. Apakah dijatuhkan atau jatuh sendiri. Problemnya Ronald tidak melakukan pertolongan secepat mungkin, bahkan setahu saya di video, di video itu lucunya satpam tidak menolong, itu aneh. Malah yang ngevideoin ketawa-ketawa, itu aneh. Memang perlu pemeriksaan lebih lanjut," pungkasnya.
(abq/iwd)