Pelapor Robot Trading Wahyu Kenzo Terus Mengalir, Bahkan dari Swiss-Irak

Pelapor Robot Trading Wahyu Kenzo Terus Mengalir, Bahkan dari Swiss-Irak

Muhammad Aminudin - detikJatim
Kamis, 16 Mar 2023 19:38 WIB
Nomor hotline pengaduan korban robot ATG
Nomor Hotline orban Auto Trade Gold (ATG). (Foto: Dokumentasi Polresta Malang Kota)
Kota Malang -

Korban robot trading ATG yang dibesut Crazy Rich Surabaya Wahyu Kenzo terus mengalir. Hingga hari ini sudah ada 1.595 korban yang juga berasal dari sejumlah negara melapor ke nomor hotline yang disediakan polisi.

Bukan hanya dari Amerika Serikat, Rusia maupun Prancis, para korban yang melapor ke nomor hotline 0811-3780-2000 juga berasal dari beberapa negara yang sebelumnya tidak disebut polisi. Yakni dari Jerman, Swiss, Uni Emirat Arab (UEA), hingga dari Irak.

"Korban dari Indonesia kami arahkan melapor ke kepolisian setempat. Sedangkan korban dari luar negeri kami minta untuk melapor ke interpol. Syaratnya dengan membawa bukti transfer dan rekening koran, akun (robot trading) ATG, dan bukti withdraw (penarikan)," kata Kapolresta Malang Kota Kombes Budi Hermanto, Kamis (16/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah korban yang melapor melalui hotline hingga hari ini telah bertambah 231 orang dari jumlah pelapor pada 3 hari yang lalu, yang terdata pada Senin (13/3). Jumlah korban saat itu terdata sebanyak 1.361 orang.

Kapolresta Malang Kota yang akrab disapa Buher menyatakan bahwa hingga saat ini polisi masih menyiapkan payung hukum agar bisa memberikan rasa keadilan terhadap para korban, baik yang sudah melapor maupun yang belum melapor.

ADVERTISEMENT

Konsep keadilan itu, kata dia, dibuat untuk mengembalikan dana para korban penipuan robot trading ATG. Namun, untuk penyempurnaan konsep itu polisi perlu memiliki dasar hukum yang bisa diterima oleh seluruh korban.

"Konsep keadilan itu dibuat agar korban-korban yang menerima pengembalian seluruhnya atau sebagian kerugian dilindungi payung hukum. Kami tidak mau salah dalam mengambil langkah atau mengambil kebijakan," ujar Buher.




(dpe/iwd)


Hide Ads