Penyidikan kasus penganiayaan santri berinisial BT (16) warga Desa Buluk Agung, Kecamatan Klampis di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Geger, Bangkalan masih bergulir. Orang tua (ortu) korban membantah bila anaknya dituduh mencuri.
Ayah korban, Moh Nasip mengatakan korban merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ia mulai masuk pondok sekitar 8 bulan yang lalu saat mulai memasuki kelas 1 SMA.
"BT anak kedua kami, dia mulai masuk ke pondok sejak sekolah SMA. Tahun ajaran baru kemarin dia mulai masuk pondok," ujarnya, Jumat (10/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan ketika berada di rumah BT sopan kepada orang tua dan tetangga. Ia juga membantah tudingan bahwa anaknya mencuri barang temannya di pondok.
"Jangankan ambil barang orang, ya, ada makanan di meja atau pun di kulkas saja selalu ia tanyakan itu punya siapa. Jadi tidak asal ambil," katanya.
Bahkan, BT juga sosok anak yang tidak terlalu suka jajan dan menghabiskan uang. Ia mengaku, setiap BT diberi uang kerabatnya, ia selalu memberikan uang itu ke ibunya.
"Dia kalau dapat sangu dari saudara atau pun kerabat itu selalu dikasih ke ibunya. Oleh ibunya disimpan. Sampai sekarang uangnya masih ada," katanya sembari terisak.
Nasip juga mengatakan setiap ada sumbangan di sekolah maupun di pondok, ia juga jarang meminta uang ke orang tuanya. Ia selalu membayar dengan uang jajan yang didapat.
"Dia itu selalu nabung uang jajannya. Bahkan kalau ada sumbangan dia bayar pakai uang tabungannya sendiri," imbuhnya.
Ayah BT pun tidak mendapat keluhan apa pun sebelum anak keduanya itu meninggal. Ia bahkan tidak pernah mendapatkan cerita buruk dari anaknya saat berada di pondok.
"Selama ini dia selau baik-baik saja, tidak pernah mengeluh. Dia juga tidak pernah bilang tidak betah di pondok. Kami juga tidak ada firasat apa pun dan tidak menyangka ini terjadi pada anak kami," katanya.
(dpe/fat)