Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-P2KB), Surabaya menyebut kondisi psikologi siswa korban pencabulan guru stabil. Korban bisa bercerita dan tidak menarik diri dari lingkungan dan tetap bersekolah.
Menurut Praktisi psikolog klinis dan forensik Surabaya, Riza Wahyuni SPsi MSi, trauma itu tidak harus kepada korban. Tetapi bagaimana berinteraksi dengan lingkungannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin di dalam dirinya tidak kelihatan trauma, bisa saja trauma kepada orang tua , ketakutan apalagi menjadi korban adalah anak-anak. Nah jadi tidak berani mengatakan bahwa bagaimana hasil pemeriksaanya karena saya tidak melakukan pemeriksaan," kata Riza saat dihubungi wartawan, Jumat (24/2/2023).
Selain psikologi korban sudah stabil, Riza mengatakan korban juga harus dilakukan pemeriksaan lebih mendalam yang tidak terlihat.
"Pengalaman saya bahwa stabil atau tidak stabil dalam konteks kapasitas activity, tapi kan belum tentu inner-nya itu harus dilakukan pemeriksaan mendalam. Inner dari dalam yang tidak muncul," ujarnya.
Reza yang pernah menangani kasus serupa mengatakan dirinya pernah memerika salah satu korban yang terlihat baik-baik saja, santai. Namun saat dilakukan pemeriksaan psikologi mendalam, rupanya terdapat trauma.
"Dia jijik dengan pengalaman pelecehan terhadap diri dia di masa lampau. Dia punya ide bunuh diri. Padahal kalau dilihat dari kenyataan real-nyanya tidak ada masalah. Tapi ada gejala, nah ini yang tidak dipahami. Bahwa untuk bisa melakukan ini harus dilakukan pemeriksaan mendalam," jelasnya.
Kemudian, psikologi korban juga tidak hanya dilihat dari aktivitasnya saja. Karena apa yang ditunjukkan di depan banyak orang bukan berarti sesungguhnya apa yang sedang dirasakan.
"Aktivitas itu kadang-kadang bisa saja ketika saya marah, saya ketawa. Kamu sedih belum tentu nangis, bisa saja belanja ke mana-mana sebagai bentuk pengalihan," ujarnya.
"Jadi, artinya untuk melihat seseorang itu harus betul-betul trauma itu ada data mendukung tidak bisa berdasarkan observasi," tambahnya.
Untuk memulihkan trauma psikologi anak yang menjadi korban pelecehan juga tergantung pada tingkat ringan, sedang dan parah. Jika ringan tentunya akan lebih cepat.
"Kadang-kadang di layanan psikologi psiko edukasi, bagaimana kita melakukan edukasi kepada anak-anak itu untuk tidak menjadi korban pada berikutnya. Berapa lama, ya tergantung dari tingkat keparahan levelnya. Semakin ringan semakin cepat," pungkasnya.
Seorang guru kelas 4 Madrasah Ibtidaiah (MI) di Surabaya berinisial A (32) mencabuli 7 siswinya. Alibinya pun memberikan pembelajaran indra perasa sayur untuk mengelabuhi siswa.
Guru tersebut telah dipecat dari pekerjaannya. Pelaku juga telah ditetapkan sebagai tersangka. Pelaku ditahan.
(esw/iwd)