Hanis (35) sang istri yang dikenal sebagai instruktur senam di Desa Sirigan dan desa lain di Kecamatan Paron telah dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.
Polisi menganggap keterangan Hanis membingungkan. Ia kerap menyampaikan pernyataan yang tidak konsisten. Karena itu juga polisi memutuskan ekshumasi dan autopsi terhadap jenazah Romdan.
Namun, secara umum, sang instruktur senam sebagai orang pertama yang menemukan Romdan di kamarnya bersikukuh bahwa suaminya tewas bersimbah darah gegara jatuh di kamar mandi.
"Dari pengakuan istri yang saat ini masih di Polres Ngawi, suaminya terpeleset di kamar mandi," ujar Kapolres Ngawi AKBP Dwiasi Wiyatputera kepada detikJatim, Selasa (21/2/2023).
Tidak hanya itu, kepada polisi, Hanis juga mengaku bahwa pada Sabtu Subuh itu dirinya sempat membuatkan suaminya kopi.
"Pengakuan istri sempat membuatkan juga kopi ke korban dan juga menawarkan kopi ke anaknya setelah wudu untuk menjalankan salat Subuh," kata Dwiasi.
Dia menyebutkan bahwa setelah membuat itu sang istri lantas kembali masuk ke kamar dan suaminya sudah bersimbah darah.
Setelah itulah Hanis memanggil kakak korban bernama Suroto dan mengabarkan bahwa suaminya mengalami luka pada bagian kepalanya dan bersimbah darah.
"Saat masuk kamar korban mengantar kopi, kata dia, suaminya dalam keadaan bersimbah darah. Istrinya itu memegang tangan kaki korban sudah dingin, dan dia langsung keluar untuk meminta bantuan kakak korban yang bernama Suroto. Ternyata sudah meninggal," terang Dwiasi.
Meskipun sang istri mengaku bahwa suaminya terjatuh di kamar mandi, Dwiasi menegaskan polisi akan terus melakukan penyidikan. Apalagi polisi telah menemukan barang bukti palu di semak belakang rumah.
"Kami terus melakukan penyidikan. Doakan segera terungkap," ujarnya.
Romdan adalah petani warga Desa Sirigan, Paron, Ngawi. Istrinya Hanis (35) seorang instruktur senam. Romdan ditemukan tewas bersimbah di dalam kamar dengan luka di bagian kepala pada Sabtu (18/2) Subuh.
Hanis yang pertama kali menemukan suaminya tewas di kamar itu. Karena cukup banyak darah di sekitar jenazah suaminya, perempuan itu meminta bantuan keluarga, bukannya melaporkan kejadian itu ke polisi atau perangkat desa setempat.
Kades Sirigan Suyanto yang datang ke rumah itu sempat menyarankan agar keluarganya melapor ke polisi. Sebab, kematian Romdan dinilai tidak wajar. Namun, salah satu anggota keluarga yang merupakan kakak Romdan bernama Suroto menolaknya. Pria itu bahkan melarang Suyanto dan warga lain melapor ke polisi.
Keluarga yang tidak mau kematian Romdan diketahui polisi langsung memakamkan jenazah di TPU setempat pada pukul 10.00 WIB. Meski tidak ada laporan dari keluarga maupun dari perangkat desa, polisi tetap mendengar kasus itu. Hingga ekshumasi dilakukan karena keterangan istri Romdan tidak konsisten.
(dpe/iwd)