Cerita Tak Terungkap di Balik Penangkapan Mas Bechi hingga Menyerah ke Polisi

Cerita Tak Terungkap di Balik Penangkapan Mas Bechi hingga Menyerah ke Polisi

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Minggu, 10 Jul 2022 18:58 WIB
Mas Bechi saat tiba di Rutan Medaeng
Mas Bechi tiba di Rutan Medaeng (Foto: Istimewa)
Jombang -

Penangkapan Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi (42) DPO kasus pencabulan masih menyisakan sejumlah pertanyaan. Antara lain kronologi penyerahan keluarga ke pihak polisi dan tempat persembunyian Mas Bechi selama penggerebakan.

Hingga hari ini, proses penyerahan dan tempat sembunyi Mas Bechi masih simpang siur. Koordinator Jaringan Islam Anti-Diskriminasi (JIAD) Jatim, Aan Anshori lantas membeberkan bagaimana proses pencarian Mas Bechi.

Saat penggerebekan itu, kebetulan Aan turut serta dalam proses pencarian karena diminta Polda Jatim. Aan mengaku mengikuti penyisiran hanya sekitar 5 jam mulai pukul 07.00 WIB hingga 12.00 WIB. Keesokan harinya, ia kemudian mendapat cerita dari anggota Intel yang ikut mencari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari penuturan itu, Mas Bechi diketahui bersembunyi di rumah adik ibunya sekitar 1 Km dari Ponpes Majma'al Bachroin Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah di Desa Losari, Ploso, Jombang.

Menurut Aan, kemungkinan anak mursyid Tarekat Shiddiqiyyah KH Muhammad Muchtar Mu'thi itu menyelinap keluar dari pesantren sebelum polisi tiba menggeledah kamar pribadinya pada Kamis pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Polisi bahkan menyita laptop milik Mas Bechi dari kamar tersebut.

ADVERTISEMENT

"Apakah memang sejak awal MSAT tidak di situ, atau dia di situ tapi keluar melalui jalan tikus? Menurut sumberku MSAT sampai jam 9 pagi masih di situ dugaannya. Karena ada jejak-jejak di kamar MSAT yang mengindikasikan dia masih di sana pada saat itu. Saya tidak tanya jejak itu apa saja. Saya juga tidak ikut masuk ke kamar MSAT," kata Aan kepada detikJatim, Minggu (10/7/2022).

Sejumlah isu mistis lantas disangkutpautkan dengan keberhasilan Mas Bechi yang mampu keluar dari ponpes saat penggerebekan. Namun Aan mempunyai pendapat bahwa kemungkinan Mas Bechi keluar dengan menyamar sangat memungkinkan. Ini karena luas pesantren mencapai 50 hektar.

"Saya sempat masuk ke bangunan rumah baru yang kosong kemudian masuk ke jalan tikus di antara rumah warga. Ada jalan tikus memang yang keluar dari pondok ke jalan raya. Ada anak-anak kampung perempuan nongkrong di situ. Sangat mungkin kalau MSAT dengan menyamar sedikit bisa keluar lewat situ. Belum lagi ditambah faktor tidak semua orang mengetahui wajahnya," cetusnya.

Saat itu penyisiran yang dilakukan ratusan pasukan gabungan Polda Jatim dan Polres Jombang di Ponpes Shiddiqiyyah tidak menemukan Mas Bechi. Di lain sisi, negosiasi polisi dengan keluarga Kiai Muchtar berjalan alot sampai Kamis malam.

Aan juga menceritakan faktor Mas Bechi mau menyerah dan pihak keluarga dalam hal ini ayahnya Kiai Muchtar mau menyerahkan anaknya ke polisi. Menurutnya, keluarga saat itu mau menyerahkan anaknya dengan persyaratan agar dihadirkan seorang perwira menengah polisi yang bisa dipercaya. Perwira itu akhirnya menjadi mediator.

"Keluarga akhirnya bersedia menyerahkan MSAT dengan syarat harus menghadirkan seorang perwira menengah polisi. Keluarga mempercayai perwira tersebut. Banyak orang yang kaget saat itu. Akhirnya terbuka untuk beberapa penafsiran," ungkapnya.

Aan menyebut perwira polisi itu berpangkat Komisaris Besar (Kombes) itu tidak ikut dalam operasi penangkapan Mas Bechi di Ponpes Shiddiqiyyah. Perwira yang saat ini menjadi kapolres di salah satu daerah di Jatim tersebut pernah menjabat Kapolres Jombang. Malam itu juga si perwira polisi diminta datang ke Jombang.

Kehadiran perwira polisi tersebut disinyalir membuat Kiai Mukhtar akhirnya bersedia menyerahkan putranya ke Polda Jatim. Aan juga mengapresiasi keputusan Kiai Muchtar yang bersedia menyerahkan Mas Bechi meski sempat melalui negosiasi yang alot. Karena keputusan tersebut menuntaskan persoalan pelik yang selama ini terjadi.

"Kalau penafsiran saya mungkin waktu itu keluarga terdesak, butuh orang yang bisa dipercaya yang memahami persoalan. Itu kan hal yang wajar sehingga mereka menyebut satu nama. Kenapa orang tersebut? Saya juga belum tahu," tutur Aan.

"Menurut saya setiap polisi apalagi level kapolres di Jatim sowan ke ponpes sudah pasti untuk permisi, membangun relasi dan sebagainya. Perwira tersebut menurut saya menjadi jalan tengah saat itu. Namun, setiap yang terlibat dalam kesuksesan ini perlu diapresiasi, semua yang terlibat menurut saya sudah berjasa," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Umum Organisasi Shiddiqiyyah (Orshid) Joko Herwanto mengatakan Mas Bechi tidak berada di Ponpes Shiddiqiyyah di Desa Losari, Kecamatan Ploso saat pasukan gabungan Polda Jatim dan Polres Jombang melakukan penggerebekan. Menurutnya, saat itu juga Kiai Muchtar juga tidak mengetahui kalau putranya tersebut sedang tidak di pesantren.

"Mbah Yai (Kiai Muchtar) tidak mengetahui kalau Mas Bechi tidak berada di pesantren pada saat memberikan statemen akan mengantar sendiri setelah selesai acara pelantikan. Dipikir Mas Bechi berada di kediaman," kata Joko.

Saat bernegosiasi dengan Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat sekitar pukul 07.45 WIB, Kiai Muchtar menyatakan akan mengantarkan Mas Bechi ke Polda Jatim paling lambat Kamis sore. Karena saat itu sedang ada acara pelantikan pengurus pusat organisasi Persaudaraan Cinta Tanah Air di Ponpes Shiddiqiyyah.

Joko menjelaskan, saat menyampaikan pernyataan itu ke polisi, Kiai Muchtar belum mengetahui jika Mas Bechi berada di luar pesantren. Namun, ia tidak bersedia menyebutkan posisi DPO pencabulan santriwati tersebut pada hari penggerebekan.

"Mas Bechi berada di luar pesantren sampai malam hari dan baru menghubungi keluarga malam hari. Selanjutnya kami antar ke polda bersama Mbah Yai dan Bu Nyai," jelasnya.

Artinya, lanjut Joko, Kiai Muchtar sudah menepati janjinya kepada polisi untuk mengantar sendiri putranya ke Mapolda Jatim di Surabaya. Yaitu setelah Mas Bechi datang ke Ponpes Shiddiqiyyah pada Kamis malam. Hanya saja pimpinan Tarekat Shiddiqiyyah itu tidak satu mobil dengan putranya yang saat itu dikawal polisi.

"Sesuai pernyataan Mbah Yai beliau akan mengantar sendiri putranya ke Polda dan sudah tersampaikan kami antar ke Polda dan Mbah Yai ikut mengantarkan di belakang," tandasnya.

Menjelang tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB, polisi membawa Mas Bechi ke Rutan Medaeng. Proses penangkapannya sempat diwarnai perlawanan dari ratusan simpatisan, jemaah dan santri Ponpes Shiddiqiyyah. Sehingga 323 orang sempat diamankan ke Mapolres Jombang.

Keesokan harinya, 318 jemaah dan santri Ponpes Shiddiqiyyah dipulangkan. Polisi menetapkan 5 simpatisan Mas Bechi sebagai tersangka. Hari itu juga mereka ditahan di Rutan Polres Jombang. Karena kelima orang tersebut melawan polisi yang berupaya menangkap Subchi.

Halaman 2 dari 3
(abq/iwd)


Hide Ads