Drama pengepungan dan upaya jemput paksa Moch Subchi Azal Tsani atau Mas Bechi (42) di Ponpes Shiddiqiyyah, Desa Losari, Ploso, Jombang selama 16 jam pada Kamis (9/7/2022) lalu melibatkan sebanyak 600 personel polisi. 250 personel di antaranya adalah personel Polres Jombang.
Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat blak-blakan menyampaikan sejumlah strategi yang ia terapkan di lapangan saat memimpin anak buahnya melakukan operasi penangkapan itu. Meski sempat terjadi ketegangan, tapi situasi setelahnya relatif terkendali.
1. Memetakan Potensi Kerawanan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada detikJatim Nurhidayat mengatakan, langkah pertama yang ia lakukan adalah memetakan potensi kerawanan saat operasi penangkapan Subchi di Ponpes Shiddiqiyyah dilakukan. Hasil pemetaan itu kemudian ia sampaikan kepada Polda Jatim yang memutuskan kapan operasi akan dilakukan.
"Karena saya sebagai pemangku wilayah yang dianggap tahu dinamika di lapangan. Kemudian kami apel konsolidasi level polres sebagai persiapan sewaktu-waktu kalau ada penindakan. Karena saat itu belum diputuskan waktu penindakan," katanya, Sabtu (9/7/2022).
Setelah pemaparan tentang kerawanan ke Polda Jatim pada Rabu (6/7/2022) malam itu, Polda Jatim memutuskan operasi penangkapan Mas Bechi yang merupakan DPO pencabulan santriwati itu dilakukan pada Kamis pagi. Persiapan operasi sudah dilakukan sejak pagi buta pukul 06.00 WIB.
2. Memilih dan Mengerahkan Pasukan
Nurhidayat menyiapkan sekitar 250 personel Polres Jombang. Tidak hanya tim sergap ia juga menyiapkan polwan dan juga Pleton Asmaul Husna dengan harapan pasukan itu mampu menghadapi berbagai kemungkinan yang ada di lapangan. Selain itu ia juga menyiapkan kekuatan cadangan di Mapolres Jombang.
Tidak hanya itu, ia juga mengerahkan kendaraan taktis watercanon dan juga mobil komando dengan pengeras suara yang sewaktu-waktu bisa mengantisipasi perlawanan dan mengendalikan massa.
Personel Polres Jombang ini menjadi semacam pioner yang kemudian melakukan penyiapan pengepungan dan upaya penangkapan di lokasi sebelum bergabung dengan Satbrimob, Dalmas, dan Ditreskrimum Polda Jatim dengan total kekuatan hingga 600 orang personel.
3. Menyiapkan Pengepungan
Nurhidayat yang menentukan akses masuk utama pasukan ke Ponpes Shiddiqiyyah melalui gapura pondok di sebelah minimarket. Gapura itu dipilih karena lokasinya tidak terlalu jauh dari kediaman pengasuh ponpes Kiai Muhammad Muchtar Mu'thi. Sedangkan pintu masuk sisi terhalang kendaraan simpatisan Mas Bechi.
"Polres Jombang mendahului ke lokasi, sejak jam 6 pagi kami sudah penyekatan, jalur sudah kami sterilkan dilapisi serse melakukan penutupan jalan," terangnya.
Selain menutup jalur menuju Ponpes Majma'al Bachroin Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, polisi juga menutup semua akses masuk ke pondok itu sebelum melakukan patroli sekitar pesantren dengan sirene dan lampu rotator. "Ibaratnya supaya ikan tidak keluar dari kolamnya," ujar Nurhidayat.
4. Mengedepankan Persuasi
Saat hendak masuk melalui gapura Ponpes Shiddiqiyyah di sebelah minimarket, Nurhidayat disambut jemaah Shiddiqiyyah yang berjumlah sekitar 200 orang yang berpencar sembari melantunkan asmaul husna untuk menghindari negosiasi dengan polisi.
"Saya tidak kehabisan akal, saya ucapkan salam agak kencang mereka berhenti untuk menjawab salam. Saya sampaikan saya mewakili Polda bahwa hari ini ada upaya penegakan hukum. Tolong disampaikan ke pak kiai (Mukhtar), saya beri waktu satu jam," jelasnya.
Sambil menunggu jawaban dari pimpinan pesantren, Nurhidayat mengontrol penyekatan yang dilakukan anggotanya. Ia menugaskan para polwan untuk mendekati jemaah perempuan serta menyampaikan imbauan tidak menghalang-halangi polisi atau akan terjerat sanksi pidana pasal 19 UU 12/2022 TPKS.
"Agar mereka sadar kalau ada tindakan hukum yang berimplikasi bagi mereka. Saya dari pintu masuk menyapa warga sebagai teknik komunikasi bahwa tindakan kami untuk warga juga. Saya sebagai negosiator juga memprofil lingkungan, SDM berapa, dan tipenya," terangnya.
5. Terukur Saat Mengendalikan Massa
Saat pasukan gabungan merangsek masuk ke Ponpes Shiddiqiyyah menuju ke ring 2 pesantren terjadi gesekan dengan kurang lebih 50 orang pria yang berupaya menghalang-halangi. Saat itu Nurhidayat bermaksud membacakan surat perintah penggeledahan pondok untuk menangkap Mas Bechi.
"Ketika terjadi benturan, menurut saya tidak terjadi perlawanan. Mereka hanya menghambat penyampaian pesan kepada inti (Kiai Mukhtar). Saat pasukan masuk mereka menyiram air panas. Itu dinamika di lapangan yang membuat kami melakukan tindakan tegas," ungkapnya.
Kericuhan itu, kata Nurhidayat, terjadi hanya sekitar 15 menit saja hingga ia diizinkan masuk bertemu Kiai Muchtar sekitar pukul 07.45 WIB. Pada saat itulah negosiasi terjadi dan Kiai Muchtar kembali berjanji mengantar putranya ke Polda Jatim sore itu juga. Hingga akhirnya Mas Bechi menyerah pukul 23.00 WIB dan Kiai Muchtar memenuhi janji mengantar puteranya meski berada di mobil terpisah.
(dpe/sun)