Murid laki-laki sebuah TPQ di Kecamatan Sooko, Mojokerto yang diduga menjadi korban pencabulan Ustaz RD (40), masih banyak yang bungkam. Pemerintah dan kepolisian diminta melacak semua korban agar trauma yang mereka alami segera bisa dipulihkan.
Women's Crisis Center (WCC) bersama Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) NU Kabupaten Mojokerto menginvestigasi dugaan pencabulan yang terjadi di sebuah TPQ di salah satu desa wilayah Kecamatan Sooko.
Sejauh ini, mereka baru menemukan 3 murid di TPQ tersebut yang berani buka mulut dan melapor ke polisi. Yaitu dua remaja laki-laki berusia 12 tahun dan satu remaja laki-laki berusia 15 tahun. Mereka tinggal satu desa dengan Ustaz RD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiga korban ini awalnya tidak berani menceritakan ke orang lain karena sudah mendapat tekanan dari pelaku. Juga muncul opini di masyarakat setempat agar masalah ini ditutupi saja. Padahal, mereka generasi bangsa, ke depan moral mereka seperti apa kalau dirusak seperti itu. Maka cara satu-satunya saya lakukan hipnoterapi sehingga mereka bisa menceritakan semuanya apa adanya," kata Psikolog WCC Mojokerto R Dewi Novita Kurniawati kepada detikJatim, Minggu (26/6/2022).
Berdasarkan keterangan tiga remaja laki-laki tersebut, lanjut Dewi, murid TPQ yang menjadi korban dugaan pencabulan Ustaz RD lebih dari 10 orang. "Korban 10 lebih, bukan termasuk 3 anak itu. Katanya ustaz ini mengajar di TPQ itu sejak 2008. Menurut saya sangat mengerikan ini terjadi di lembaga pendidikan dan dilakukan tenaga pendidik," ujarnya.
Sayangnya, sampai ini para korban lainnya masih bungkam. Menurut Dewi, Ustaz RD diduga menekan semua murid laki-laki yang telah ia cabuli agar tetap tutup mulut. Salah satunya dengan mengancam akan mengeluarkan mereka dari TPQ.
"Dia (Ustaz RD) mendoktrin para korban agar tidak bilang ke siapa-siapa agar tidak dosa. Karena ustaz berdalih melakukan pencabulan itu untuk mengajari para korban mencapai balig. Anak-anak itu merasa dosa kalau tidak taat dengan ustaz karena filter mereka juga belum jalan," jelasnya.
Perempuan yang juga menjadi pendiri dan penasihat WCC Mojokerto ini berpendapat, semua korban dugaan pencabulan Ustaz RD harus segera diselamatkan. Menurut Dewi, para remaja laki-laki itu tentu saja mengalami trauma setelah mendapat perlakuan cabul berulang kali dari terduga pelaku. Seperti yang dialami tiga korban yang sudah berani buka mulut.
"Anak-anak itu secara psikisnya mengalami penurunan prestasi belajar. Ada yang sampai kurus tidak doyan makan. Mereka takut keluar rumah karena pasti ada justifikasi dari lingkungan. Mereka juga merasa malu karena sudah menjadi omongan orang," ungkapnya.
Tidak hanya itu, kata Dewi, para korban dugaan pencabulan Ustaz RD juga berisiko mengidap penyimpangan orientasi seksual. Seperti yang saat ini disinyalir terjadi pada diri Ustaz RD. Guru TPQ itu terindikasi mengidap biseksual dan pedofilia. Oleh sebab itu, pemerintah dan kepolisian harus segera mendeteksi dan menyelamatkan semua korban.
"Di usia mereka saat ini, mereka mempunyai ingatan sangat panjang. Jadi, mereka tidak akan mungkin lupa kejadian itu. Jika dibiarkan mereka bisa mengalami disorientasi seksual juga, bisa menjadi biseksual, bisa menjadi LGBT saat dewasa nanti. Apalagi pencabulan terjadi dalam waktu yang lama. Oleh sebab itu, masalah ini sangat-sangat mendesak untuk ditangani sampai tuntas," jelasnya.
Untuk sementara waktu, tambah Dewi, WCC Mojokerto fokus membantu pemulihan trauma tiga korban yang berani buka mulut. Trauma healing kepada tiga remaja laki-laki itu bakal membutuhkan waktu yang panjang.
"Orang tua harus benar-benar intensif memperhatikan anak-anak mereka. Beberapa terapi akan saya lakukan ke para korban. Karena saya harus menghapus memori itu supaya mereka survive ke depan. Untuk awal-awal terapi minimal satu minggu sekali," jelasnya.
Ketua LPBH NU Kabupaten Mojokerto Ansorul Huda berharap polisi segera menuntaskan kasus ini dan meringkus Ustaz RD agar tidak jatuh korban pencabulan lainnya. Ia juga meminta polisi bersama instansi terkait melacak semua korban perbuatan asusila guru TPQ tersebut. Karena ia menduga korban lebih dari tiga remaja.
"Kelainan seksual pelaku ini bisa menjadi semacam penyakit menular bagi anak-anak. Kami berharap penyidik melakukan tracing korban lainnya. Sehingga para korban segera mendapatkan penyembuhan secara psikologi," tandasnya.
Pencabulan tersebut diduga dilakukan Ustaz RD terhadap 3 murid laki-lakinya berulang kali di kantor TPQ di salah satu desa di Kecamatan Sooko, Mojokerto. Ustaz yang sudah beristri dan mempunyai dua anak itu tinggal di sebelah TPQ tersebut.
Perbuatan asusila itu diduga dilakukan RD pada jam istirahat mengaji, yakni pukul 17.00 WIB. Untuk memuluskan aksinya, Ustaz RD berdalih pencabulan yang diduga ia lakukan untuk membuat para korban mencapai akil balig atau cukup umur.
Selanjutnya agar korban terangsang, ia diduga mencekoki mereka video porno menggunakan ponsel miliknya. Terduga pelaku lantas mengulum dan mengocok kemaluan korban sembari menjelaskan adegan film dewasa tersebut. Bahkan, Ustaz RD diduga menelan sperma korban.
Tiga korban mengalami dugaan pencabulan bergantian. Salah seorang korban mengaku 4 kali dicabuli Ustaz RD sejak Desember 2021 sampai Februari 2022. Bahkan, ada pula korban yang diduga dicabuli sang ustaz hingga 25 kali.
Mereka akhirnya melaporkan Ustaz RD ke Polres Mojokerto pada 10 Mei lalu. Polisi telah menaikkan penanganan kasus ini ke tahap penyidikan. Namun, terduga pelaku belum ditahan.
Simak Video "Video: Nikmati Sensasi Pantai Buatan di Ketinggian 1.300 Mdpl Mojokerto"
[Gambas:Video 20detik]
(iwd/iwd)