Abdul Wahed lebih banyak menunduk saat mengikut persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Senin lalu (13/6). Ini bukan pertama kalinya dia harus berurusan dengan hukum. Residivis itu bahkan baru saja keluar dari penjara.
Namun, namanya harga diri memang tidak bisa ditawar. Wahed tak terima Maimuna, istrinya, diselingkuhi pria lain hingga hamil. Apalagi perselingkuhan itu terjadi saat dirinya mendekam di balik jeruji besi.
"Saya tanya ke istri, siapa yang melakukan. Saya diberi tahu ciri-ciri fisiknya," aku Wahed kepada Majelis Hakim PN Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok yang menghamili Maimuna adalah Abdul Halim. Abdul Halim dan Maimuna sendiri berkenalan di Facebook. Selama suaminya dipenjara, Maimuna main serong dengan Abdul Halim.
Setelah berkenalan di Facebook, Maimuna dan Abdul Halim kopi darat di sebuah warkop yang terletak di kawasan Suramadu, Kenjeran, Surabaya. Mereka pertama kali bertemu pada Desember 2020. Setelah pertemuan itu, hubungan terlarang itu berlanjut lebih dalam.
Maimuna dan Abdul Halim 3 kali melakukan hubungan badan di sebuah hotel sekitaran Kenjeran. Hingga akhirnya, Maimuna berbadan dua.
Saat Wahed bebas dari penjara 16 Juni 2021, betapa kagetnya dia mengetahui belahan jiwanya sedang hamil. Dia kemudian mendesak istrinya untuk menyebut sosok pria yang mengahamilinya.
"Istri saya juga memberi tahu motor dan pelat nomor (milik Abdul Halim)," kata Wahed.
Pada Sabtu 18 Desember 2021 lalu, Wahed bersama temannya berinisial S mencari Abdul Halim di Jalan Bibis, Surabaya. S sendiri saat ini masih jadi buronan polisi. Wahed dan S kemudian menemukan Abdul Halim yang saat itu menunggangi Yamaha Jupiter bernopol L 3810 MU. Ciri-ciri motor itu persis seperti yang diungkapkan Maimuna.
Abdul Halim pun dibuntuti terus. Hingga akhirnya dia tiba di pertigaan Jalan Stasiun Kota, Kecamatan Pabean Cantian, Surabaya. Di situ lah, Wahed membacok Abdul Halim.
"Awalnya saya bacok bagian tangan, punggung di bagian belakang, lalu bagian dada dengan celurit saya," beber Wahed.
Setelah ditebas celurit, Abdul Halim sempat mencoba bertahan. Dia berlari dengan konsisi tubuh bersimbah darah. Abdul Halim juga berusaha meminta tolong ke warga sekitar.
Namun, Wahed terus mengejarnya. Hingga akhirnya Abdul Halim tersungkur. Tahu lawannya tak berdaya, amarah Wahed makin menjadi. Alhasil, Abdul Halim menjadi bulan-bulanan hingga akhirnya dia tewas.
Wahed tak menampik bahwa dirinya naik pitam. Terbakar api cemburu, Wahed sudah merencanakan untuk balas dendam. Dia sudah siap celurit.
"Keluar rumah (memang) selalu membawa celurit," ungkapnya.
Saat persidangan itu, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Tanjung Perak Surabaya juga menghadirkan dua teman Wahed. Yakni Zainal Arifin dan Atep.
Saat dimintai kesaksian, Atep sedikit menjelaskan motif pembacokan yang menewaskan Abdul Halim tersebut.
"Mungkin, karena gengsi, karena istrinya dihamili korban," kata Atep.
(hil/dte)