Dua Siswa SMP di Pasuruan Luka-luka Diduga Dianiaya Senior

Dua Siswa SMP di Pasuruan Luka-luka Diduga Dianiaya Senior

Muhajir Arifin - detikJatim
Kamis, 24 Mar 2022 10:06 WIB
Siswa SMP Advent dianiaya
SMP Advent Pasuruan (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)
Pasuruan -

Dua siswa SMP Advent Purwodadi, Pasuruan, diduga menjadi korban penganiayaan seniornya. Orang tua keduanya pun tidak terima anaknya menjadi korban penganiayaan.

Dua siswa ini berinisial DLH dan FG. Dua orang tua siswa kelas 9 itu tidak terima atas apa yang dialami anaknya. Mereka menuntut pelaku bertanggung jawab.

"Anak saya dianiaya di asrama oleh empat orang senior. Anak saya dijemput jam 11 malam dari kamarnya, dibawa ke satu tempat untuk dianiaya 4 orang seniornya dia," kata Toriana Simatupang, ibu dari DLH, Kamis (24/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan asal Bogor ini mengatakan, selain dianiaya, anaknya juga dipaksa mencuci dan menggosok baju pelaku. Dia sama sekali tak menyangka atas apa yang menimpa anaknya.

"Sekolah ini sudah bermasalah besar. Karena di sini sudah terjadi penganiayaan, di sekolah yang kita dambakan sangat bagus karena ini sekolah Tuhan. Saya tidak menyangka. Seandainya pun anak saya nakal, wajib guru yang menghukum anak saya. Tapi kan kenakalan anak saya tidak seberapa, sampai anak saya dianiaya, sampai diculik jam 11 malam," geramnya.

ADVERTISEMENT

Toriana heran tidak ada guru yang mengetahui kejadian itu. Ia menduga peristiwa itu sengaja ditutupi.

"Sampai seorang guru tidak ada yang tahu penganiayaan ini di sekolah Tuhan, tidak ada seorang guru yang tahu. Jadi tolonglah ini diselesaikan, jangan ditutup-tutupin masalah ini. Ini harus berjalan dengan hukum. Saya tidak mau cuman di antara kekeluargaan, secara keluargaan. Saya tidak terima," tandasnya.

Sementara Tio Lina Aritonang, ibu dari FG tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. Jauh-jauh ia menyekolahkan anaknya dengan harapan terbaik, katanya, malah mendapatkan perlakuan kejam para seniornya.

"Saya tidak terima anak saya dianiaya begitu kejamnya di sekolah Purwodadi, Pasuruan. Anak saya kami sekolahkan biar nyaman, biar sekolahnya bagus, biar cita-citanya tercapai, biar anak ini pintar, anak didik, anak Tuhan, ternyata begini. Saya tidak terima," kata Tio, warga Jakarta ini.




(hil/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads