Sepatu Gratis untuk Pelajar SMP di Blitar Diduga Palsu

Sepatu Gratis untuk Pelajar SMP di Blitar Diduga Palsu

Erliana Riady - detikJatim
Sabtu, 05 Mar 2022 17:11 WIB
sepatu palsu blitar
Sepatu palsu (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Blitar -

Sepatu merek Gradial yang dibagikan gratis kepada siswa SMP di Kota Blitar diduga palsu. Pemilik hak paten dari Surabaya telah melaporkannya ke Polresta Blitar.

Kasat Reskrim Polresta Blitar, AKP Momon Suwito Pratomo membenarkan hal itu. Pengaduan dugaan tindak pidana pemalsuan merek telah diterimanya pada 27 Januari lalu dan proses penyelidikan sedang berjalan.

"Iya benar kami telah menerima pengaduan dari Hartono Sutanto (67) warga Surabaya, selaku produsen sepatu bermerek Gradial. Perusahaannya ada Pasuruan. Dia merasa tidak pernah menjual produknya untuk pengadaan sepatu," jelas Momon, Sabtu (5/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Hartono juga mendeskripsikan spesifikasi produknya yang tidak sama dengan sepatu gratis yang memasang merek Gradial.

Momon menambahkan, sepatu yang diduga menggunakan merek palsu Gradial itu berjumlah 2.135 pasang. Dalam nilai kontrak dengan 3 CV yang melakukan pengadaan, sepasang sepatu itu harganya Rp 150 ribu. Semua sepatu telah didistribusikan kepada sembilan SMP Negeri di Kota Blitar.

ADVERTISEMENT

"Kami telah meminta keterangan dari 9 kepala sekolah SMPN di Kota Blitar dan 3 CV selaku pihak pengadaan. Mereka mengaku, membelinya dari sebuah toko di Tulungagung," ungkapnya.

Pengadaan sepatu bagi siswa baru SMP negeri di Kota Blitar ini, merupakan bagian dari program pendidikan gratis Pemkot Blitar sejak tahun 2010 lalu. Tak hanya sepatu, namun siswa baru juga gratis biaya sekolah, tas dan sepeda atau bus sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar, Samsul Hadi mengatakan, pengadaan sepatu gratis itu dilakukan oleh pihak sekolah. Mereka kemudian menunjuk pihak ketiga sebagai kontraktor penyedia.

"Jadi pihak sekolah yang menjadi kuasa pengguna anggaran. Setiap sekolah bebas menentukan jenis dan merek sepatu yang akan diberikan kepada siswa baru dari masing-masing sekolah. Mungkin kesembilan sekolah ini saling komunikasi sehingga menunjuk tiga CV yang sama untuk pengadaannya," jawabnya saat dikonfirmasi.

Menurut dia, tiap sekolah bebas menentukan jenis dan merek sepatu yang akan diberikan kepada siswa baru dari masing-masing sekolah. Kemungkinan, kesembilan sekolah ini saling komunikasi sehingga menunjuk tiga CV yang sama untuk pengadaannya.

Dengan adanya dugaan pemalsuan merek ini, Samsul merasa sebagai pihak yang dirugikan bersama pihak sekolah. Pihaknya pun mengaku telah menghubungi ketiga CV penyedia untuk meminta pertanggung-jawaban mereka.

"Kalau memang ada masalah lisensi itu, pihak penyedia sudah menyatakan siap mengganti," pungkasnya.




(hse/fat)


Hide Ads