Menyusuri Situs Song Terus, Jejak Manusia Purba di Jantung Gunung Sewu

Menyusuri Situs Song Terus, Jejak Manusia Purba di Jantung Gunung Sewu

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Sabtu, 13 Des 2025 22:00 WIB
Menyusuri Situs Song Terus, Jejak Manusia Purba di Jantung Gunung Sewu
Situs Song Pacitan. Foto: Akun Youtube Puslit Arkenas
Pacitan -

Di balik kegelapan liang-liang karst Gunung Sewu, Situs Song Terus menyimpan cerita panjang tentang kehidupan manusia purba yang kini dilindungi dalam bentuk situs terbuka dan museum.

Penemuan kerangka nyaris utuh, artefak batu, hingga sisa-sisa flora dan fauna prasejarah membuat Song Terus menjadi salah satu titik penting untuk memahami jejak peradaban manusia di wilayah selatan Pulau Jawa.

Situs ini tidak hanya kaya bukti arkeologis, tetapi juga menjadi dasar lahirnya Museum Song Terus yang sejak perencanaan hingga peresmian berperan sebagai pusat edukasi dan wisata budaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak-jejaring penelitian yang dimulai panjang sejak awal 1990-an menemukan puluhan gua dan ceruk di kawasan Punung, termasuk Song Terus, Song Gede, Song Keplek, serta Song Dono.

Puncaknya adalah temuan rangka manusia dewasa yang disimpan oleh peneliti sebagai "Mbah Sayem", temuan yang memancing studi lebih lanjut tentang kebudayaan Pacitanian dan dinamika kehidupan prasejarah di kawasan Gunung Sewu.

ADVERTISEMENT

Penemuan-penemuan itu kemudian menjadi koleksi inti Museum Song Terus yang dibangun tepat di depan situs, menjadikan lokasi ini rujukan lapang yang langka, perpaduan antara situs arkeologi yang masih aktif dan museum yang menata warisan tersebut untuk publik.

Song Terus menjadi destinasi ramah kunjungan, dengan akses masuk museum gratis, fasilitas pembelajaran, sampai ruang audio visual untuk presentasi ilmiah. Semua itu ditujukan agar masyarakat luas bisa menyentuh langsung artefak dan memahami konteks sejarah lokal yang seringkali hanya ditemukan di buku teks.

Penemuan Arkeologis

Dilansir dari jurnal berjudul Museum Song Terus Kabupaten Pacitan Tahun 2016-2022 yang ditulis Irfan Ardiansyah, Situs Song Terus pertama kali menarik perhatian arkeolog setelah survei intensif di wilayah Punung menemukan puluhan gua dan ceruk yang memuat jejak aktivitas manusia prasejarah.

Penelitian bersama tim nasional dan kerja sama internasional pada 1990-an membuka tabir gua-gua seperti Song Gede dan Song Keplek yang menyimpan artefak berlapis waktu. Kajian ini memberi bukti bahwa kawasan Gunung Sewu menjadi habitat manusia jauh sebelum sejarah tertulis.

Situs Song PacitanPenemuan Arkeologis di Museum Song Pacitan Foto: Akun Youtube Puslit Arkenas

Momentum terbesar datang pada temuan kerangka manusia yang hampir utuh di dinding utara Goa Song Terus pada 1999. Posisi kerangka yang terkubur dalam keadaan terlipat dan komponen tulang yang masih pada posisi anatominya membuatnya menjadi temuan langka.

Rangka itu dijuluki "Mbah Sayem" oleh peneliti, dan menjadi kunci bagi penafsiran aspek demografi, umur, serta praktik penguburan pada masa itu. Studi terkait juga mengaitkannya dengan kultur alat batu yang dikenal sebagai kebudayaan Pacitanian, memberi gambaran cara hidup yang adaptif terhadap lingkungan karst.

Situs Song PacitanPeneliti Puslit Arkenas di Situs Song Pacitan Foto: Akun Youtube Puslit Arkenas

Temuan lain yang memperkaya pemahaman arkeologis antara lain alat batu, perkutor, serpihan tengkorak, mata panah, serta manik-manik dan perhiasan kecil. Fosil flora dan fauna yang ditemukan membantu rekonstruksi lingkungan purba.

Termasuk jenis tumbuhan dan hewan yang menjadi sumber makanan maupun indikator iklim zaman itu. Kombinasi artefak kultur material dan sisa biotik ini membuat Song Terus menjadi arsip ekologis dan budaya masa lampau.

Museum Song Terus

Museum Song TerusMuseum Song Terus PacitanFoto: (dok. BLU-MCB)

Pendirian museum didanai oleh anggaran negara dengan nilai konstruksi mencapai puluhan miliar rupiah, dan penanganan proyek melibatkan pihak perancang terpilih lewat proses sayembara desain.

Setelah bangunan selesai, tahap penting berikutnya adalah pengumpulan koleksi, sebagian besar koleksi diperoleh melalui hibah dari lembaga negara seperti BPK Wilayah XI dan BRIN (hasil seleksi artefak yang dilakukan di laboratorium arkeologi BRIN di Punung). Hasilnya adalah tata koleksi yang sistematis dan edukatif.

Musum Song Terus PacitanKoleksi di Musum Song Terus Pacitan Foto: Situs Indonesia Heritage Agency

Museum Song Terus dirancang bukan sekadar untuk menyimpan benda, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran. Terdapat enam zona pamer yang mengurai perjalanan kehidupan manusia prasejarah Gunung Sewu.

Mulai pengenalan kawasan hingga capaian peradaban, serta fasilitas penunjang seperti ruang audio visual (kapasitas kurang lebih 40 orang), auditorium, galeri temporer, perpustakaan, mess, kedai, musala, dan akses disabilitas.

Menariknya, pengelola memilih kebijakan tiket masuk gratis, sebuah langkah yang mempertebal fungsi museum sebagai sumber belajar publik.

Musum Song Terus PacitanKoleksi Musum Song Terus Pacitan Foto: Situs Indonesia Heritage Agency

Koleksi yang dipamerkan di Museum Song Terus mencakup fosil flora dan fauna, serpihan tulang, alat batu dan alat tulang, manik-manik, perkutor, hingga ilustrasi dokumenter tentang kegiatan penelitian terdahulu.

Di antara koleksi unggulan adalah rangka "Mbah Sayem" dan material dari Song Keplek yang membantu menyusun narasi kronologis perkembangan manusia prasejarah di wilayah ini. Pengaturan koleksi berdasarkan periode dan tema memudahkan pengunjung memahami konteks temuan.

Song Terus bukan sekadar lokasi arkeologis, ia adalah titik temu antara masa lalu yang masih berbisik dari dalam gua dan upaya masa kini untuk memahami, memelihara, serta membagikan warisan itu pada generasi mendatang.

Untuk siapa pun yang ingin melihat jejak manusia purba di tanah Jawa, Song Terus menawarkan bukti-bukti yang dapat disentuh dan cerita-cerita yang menunggu untuk diceritakan lagi.

Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads