Di tepian Sungai Brantas, berdiri Kota Kediri yang sejak lama dikenal sebagai pusat industri kretek Nusantara. Di kota inilah tumbuh salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, pabrik rokok Tjap Gudang Garam, sebuah ikon yang bukan hanya berperan dalam industri tembakau, tetapi membentuk wajah ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Kediri sejak era awal kemerdekaan.
Gudang Garam menjadi simbol perjalanan panjang industri kretek Jawa Timur, yang bermula dari ketekunan, kemandirian, dan tradisi masyarakat setempat. Dari sebuah usaha keluarga sederhana, perusahaan ini berkembang menjadi raksasa industri yang berpengaruh hingga ke kancah nasional.
Sejarah Gudang Garam
PT Gudang Garam Tbk berdiri pada 1958 di Kediri, yang didirikan Surya Wonowidjojo (Tjoa Jien Hwie), seorang pengusaha visioner kelahiran Fujian, Tiongkok, yang sejak muda menetap di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jauh sebelum dikenal sebagai pemimpin industri, Surya meniti kariernya di NV Tjap 93, pabrik rokok milik pamannya. Berbekal ketekunan, ia menjadi direktur pada usia sekitar 20 tahun, prestasi yang mencerminkan kemampuan manajerialnya.
Berdirinya gudang garam yang bermula dari sebuah industri rumahan. Foto: Website Resmi Gudang Garam |
Pada 1956, Surya mengambil langkah berani dengan keluar dari NV Tjap 93, dan mendirikan usahanya sendiri. Ia membeli sebidang tanah di Kediri sebagai perkebunan tembakau sekaligus tempat produksi rokok.
Dari lokasi inilah lahir merek rokok pertamanya Inghwie, yang pada masa awal diproduksi secara manual oleh para pekerja rumahan di sekitar Kediri. Para buruh linting ini kelak menjadi cikal bakal tenaga kerja Gudang Garam.
Dua tahun berselang, Surya mengganti nama usahanya menjadi perusahaan rokok Tjap Gudang Garam, nama yang kelak menjelma menjadi legenda dalam dunia kretek Indonesia.
Pekerja gudang garam 1960 Foto: Website Resmi Gudang Garam |
Nama Gudang Garam memiliki makna filosofis yang dalam. Gudang melambangkan tempat penyimpanan rezeki, sedangkan garam menggambarkan unsur penting kehidupan yang selalu dibutuhkan.
Filosofi ini menjadi dasar nilai-nilai perusahaan, yaitu kerja keras, mutu, serta tanggung jawab sosial. Produksi yang awalnya hanya ribuan batang per hari, terus meningkat seiring tingginya permintaan pasar, terutama di Jawa dan Sumatra.
Dalam kurun lebih dari setengah abad, Gudang Garam tak hanya bertahan, tetapi berkembang menjadi simbol modernisasi industri kretek, sebuah perpaduan nilai tradisional dan manajemen industri yang memperkuat Kediri sebagai pusat rokok nasional.
Masa Keemasan Gudang Garam
Periode transformasi besar terjadi pada era 1970-an hingga 1980-an, terutama setelah wafatnya Surya Wonowidjojo pada 1985. Kepemimpinan kemudian dilanjutkan generasi kedua, termasuk Susilo Wonowidjojo, yang membawa perusahaan memasuki fase industrialisasi modern.
Gudang Garam pada 1969Foto: Website Resmi Gudang Garam |
Salah satu langkah penting adalah pengadopsian Sigaret Kretek Mesin (SKM). Kehadiran mesin-mesin ini melipatgandakan kapasitas produksi, didukung oleh peluncuran produk populer seperti Gudang Garam International dan Surya, yang mendominasi pasar nasional.
Pada masa ini, Gudang Garam mengembangkan pabrik secara besar-besaran hingga ke Ngadirejo dan Tulungrejo. Perluasan ini menjadikan perusahaan sebagai salah satu penyedia lapangan kerja terbesar di Jatim, terutama sebagai wadah bagi buruh linting perempuan yang bekerja di sektor Sigaret Kretek Tangan (SKT).
Gudang garam menjadi Perusahaan Terbuka 1971 Foto: Website Resmi Gudang Garam |
Transformasi perusahaan berlanjut pada 1990 ketika resmi menjadi perusahaan terbuka (Tbk.), menandai dimulainya era modern dalam tata kelola keuangan dan transparansi bisnis.
Puncak Kejayaan 1990-2020
Pada dekade 1990-an hingga awal 2020-an, Gudang Garam mencapai masa keemasan. Perusahaan berulang kali mencetak laba hingga triliunan rupiah, bahkan sempat menembus lebih dari Rp 10 triliun per tahun. Gudang Garam menjadi salah satu emiten paling menguntungkan di Bursa Efek Indonesia.
Gudang garam 1990, melantai di bursa sahamFoto: Website Resmi Gudang Garam |
Selain itu, kontribusinya terhadap perekonomian Kediri sangat besar. Industri rokok ini tercatat menyumbang hingga 70% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Kediri, serta membuka puluhan ribu lapangan pekerjaan.
Pada periode yang sama, Gudang Garam juga aktif melakukan diversifikasi bisnis, salah satunya dengan ikut mendanai pembangunan Bandara Dhoho Kediri, serta infrastruktur pendukung seperti jalan tol menuju bandara.
Hal ini menegaskan peran perusahaan sebagai motor ekonomi regional. Lebih dari sekadar perusahaan, Gudang Garam menjadi pusat kehidupan sosial. Ribuan keluarga di Kediri menggantungkan hidup pada industri ini.
Kawasan sekitar pabrik berkembang menjadi komunitas yang dinamis. Perusahaan juga berkontribusi dalam pembangunan fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, sarana olahraga, dan akses jalan.
Arsitektur Industri dan Warisan Budaya di Kediri
Selain kontribusi ekonomi, Gudang Garam meninggalkan jejak arsitektur industri yang kuat di Kediri. Kompleks pabrik ini, yang awalnya berdiri di lahan sewaan seluas 1.000 mΒ² di Jalan Semampir, kini berkembang menjadi area industri raksasa yang menjadi landmark kota.
1. Kompleks Arsitektur Pabrik Gudang Garam
Kompleks ini memadukan fungsi industri dan nilai sejarah. Di satu sisi, perusahaan mengadopsi teknologi modern untuk mesin SKM. Di sisi lain, area Sigaret Kretek Tangan (SKT) tetap mempertahankan bangunan khas industri abad pertengahan.
Skala bangunan masif, menunjukkan kapasitas produksi besar dan kebutuhan ruang bagi ribuan pekerja linting. Fungsionalitas tinggi, dengan ventilasi optimal dan pencahayaan alami agar pekerja tetap nyaman. Ciri arsitektur klasik industri, yang membuat kawasan pabrik menjadi monumen sejarah hidup.
2. Warisan Padat Karya dan Identitas Kota
Warisan Gudang Garam tidak hanya berbentuk bangunan, tetapi juga nilai budaya dan struktur sosial. Benteng terakhir industri kretek SKT, yang masih mempertahankan metode linting tangan dan menyerap tenaga kerja perempuan dalam jumlah besar.
Ikon Kota Kediri, dengan logo Gudang Garam yang melekat sebagai identitas masyarakat. Pengaruh besar pada tata ruang kota, terutama kawasan Semampir yang berkembang menjadi pusat kegiatan ekonomi pendukung industri rokok.
Arsitektur dan warisan industri Gudang Garam menjadi simbol perjalanan panjang kretek Indonesia, kisah tentang tradisi, inovasi, dan ketangguhan yang membentuk wajah Kediri hingga kini.
Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/irb)
















































