Pasar Pon Trenggalek merupakan salah satu ikon ekonomi rakyat yang telah mengakar sejak zaman kolonial Belanda. Berdiri lebih dari satu abad, pasar ini menjadi saksi perjalanan sejarah perdagangan di Kabupaten Trenggalek, mulai dari masa kejayaannya, masa rehabilitasi, hingga musibah kebakaran hebat yang hampir meruntuhkan seluruh bangunannya.
Kini, Pasar Pon Trenggalek hadir dalam wajah baru yang megah dan modern setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2021. Transformasi ini diharapkan mampu mengangkat citra pasar tradisional agar tetap diminati masyarakat di tengah gempuran e-commerce dan perubahan tren belanja masyarakat.
Meski tampilannya telah berubah total, Pasar Pon Trenggalek masih memegang peranan penting sebagai pusat ekonomi rakyat. Pemerintah daerah juga terus berupaya menghidupkan kembali geliat perdagangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu caranya melalui penurunan retribusi hingga 75%, serta penyelenggaraan event rutin yang melibatkan pelaku UMKM. Lantas, bagaimana perjalanan panjang pasar bersejarah ini hingga mampu bertahan sampai sekarang?
Sejarah Pasar Pon Trenggalek
Pasar Pon dikenal sebagai pasar tradisional terbesar dan tertua di Kabupaten Trenggalek. Keberadaannya tercatat sejak masa kolonial dan menjadi pusat perdagangan utama di wilayah tersebut. Nama "Pon" diambil dari salah satu hari dalam penanggalan Jawa, yang menandai hari tersibuk aktivitas jual beli pada masa itu.
Sejak awal berdiri, pasar ini menjadi penyumbang besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Ribuan keluarga menggantungkan hidup dari aktivitas jual beli di pasar ini, mulai dari pedagang sayur, pakaian, makanan, hingga pedagang grosir.
Pedagang di Pasar Pon Trenggalek Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim |
Pada awal abad ke-20, Pasar Pon Trenggalek masih berbentuk pasar kecil yang terintegrasi dengan terminal bus kota. Suasana pasar kala itu sangat ramai, menjadi pusat mobilitas sekaligus pusat perdagangan.
Perubahan besar kemudian terjadi pada dekade 1960-1970, terutama pada masa kepemimpinan Brigjen Soetran. Terminal dipindah ke lokasi lain, sehingga Pasar Pon dapat dikembangkan sebagai pusat perdagangan yang lebih tertib dan permanen.
Memasuki era 1980-an, kebijakan pemisahan jenis komoditas diberlakukan. Komoditas basah seperti ikan, daging, dan sayuran ditempatkan di lokasi berbeda yang kini dikenal sebagai Pasar Basah.
Pemisahan ini bertujuan meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan pasar. Meski terpisah, keduanya tetap menjadi satu kesatuan kawasan perdagangan yang penting bagi masyarakat Trenggalek.
Musibah Kebakaran 2018
Salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Pasar Pon terjadi pada 25 Agustus 2018. Kebakaran besar melanda pasar dan menghanguskan hampir seluruh bangunan lama. Ratusan pedagang kehilangan tempat usaha dan terpaksa dipindahkan ke lokasi penampungan sementara.
Kebakaran Pasar Pon Trenggalek Tahun 2018 Foto: Adhar Muttaqin |
Musibah ini tidak hanya melumpuhkan aktivitas ekonomi, tetapi menjadi pukulan psikologis bagi masyarakat yang selama puluhan tahun bergantung pada keberadaan pasar. Pasca-kejadian, Pemkab Trenggalek bergerak cepat dengan mengajukan anggaran revitalisasi yang akhirnya disetujui melalui APBN.
Revitalisasi besar-besaran dilakukan pada 2019-2020. Fokus pembangunan tidak hanya pada fungsi, tetapi juga estetika bangunan agar mampu menciptakan pasar tradisional yang bersih, nyaman, dan aman. Hasil kerja panjang itu kemudian diresmikan langsung Presiden Joko Widodo pada November 2021.
Peresmian Pasar Pon Foto: Adhar Muttaqin |
Wajah Baru Pasar Pon, Ikon Kota dengan Sentuhan Arsitektur Eropa
Pasar Pon kini tampil megah dengan gaya arsitektur Victorian klasik yang dikombinasikan sentuhan lokal. Bangunan dua lantai ini menghadirkan suasana pasar wisata yang lebih rapi, terang, dan Instagramable, sehingga menarik minat generasi muda untuk kembali berbelanja di pasar tradisional.
Bangunan Pasar Pon Trenggalek Foto: Adhar Muttaqin |
Pembagian zonasi pedagang di Pasar Pon Trenggalek lebih tertata, sehingga pengunjung dapat lebih mudah menemukan berbagai kebutuhan mereka. Penataan ini juga membuat suasana pasar lebih rapi dan nyaman bagi semua pengunjung.
Lantai 1
- Pedagang los kering
- Kios makanan
- Sembako dan kebutuhan harian
- Oleh-oleh khas Trenggalek
Lantai 2
- Pedagang tekstil
- Komoditas basah seperti ikan dan daging
- Beberapa pedagang sayur
Penempatan komoditas basah di lantai atas Pasar Pon Trenggalek menjadi terobosan desain yang efektif untuk menjaga kebersihan lantai dasar sekaligus mengurangi risiko timbulnya bau dan serangga.
Selain itu, fasilitas pendukung di Pasar Pon Trenggalek juga tergolong lengkap, mencakup area parkir luas, tangga dan lift untuk memudahkan akses, kamera pengawas (CCTV) untuk keamanan, serta ruang terbuka di luar yang dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan kuliner malam.
Lokasi Strategis di Jantung Kota
Pasar Pon terletak di Jalan Panglima Sudirman, Kelurahan Surodakan, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek. Posisinya yang berada di pusat kota membuat akses menuju lokasi sangat mudah, baik bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
Selain itu, letaknya yang dekat dengan kantor pemerintahan, perbankan, dan berbagai fasilitas umum membuat jalur menuju pasar selalu ramai dilalui, sehingga aktivitas di sekitarnya tetap hidup sepanjang hari.
Upaya Menghidupkan Kembali Geliat Pasar
Meski tampilan baru Pasar Pon telah menarik perhatian publik, tantangan tetap ada. Persaingan dengan pusat perbelanjaan modern dan platform belanja daring membuat jumlah pengunjung tidak selalu stabil, khususnya pada siang hari.
Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim |
Namun pengelola Pasar Pon tidak tinggal diam. Berbagai strategi diterapkan untuk membantu pedagang dan menarik pengunjung, antara lain penurunan retribusi hingga 75% guna meringankan beban pedagang.
Selain itu, pasar juga kerap menggelar pertunjukan seni dan budaya di area luar, menjadikan area depan sebagai pujasera angkringan pada malam hari, serta menyelenggarakan event rutin seperti Pasar Tumpah Ramadan yang selalu menarik ribuan pengunjung.
Upaya-upaya tersebut menunjukkan bahwa Pasar Pon bukan hanya tempat berdagang, tetapi juga ruang publik yang hidup, aktif, dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/irb)
















































