Di ujung timur Madura, tepatnya Sumenep, dentuman musik saronen berpadu dengan derap kaki kuda yang menari. Inilah Jaran Serek, kesenian tradisional warisan Keraton Sumenep yang sarat makna dan filosofi.
Di masa lalu, pertunjukan ini menjadi hiburan bagi kalangan bangsawan serta penanda kebesaran budaya Madura. Namun, seiring berjalannya waktu, Jaran Serek sempat redup dan nyaris punah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, berkat semangat masyarakat serta dukungan Pemerintah Kabupaten Sumenep, kuda-kuda penari itu kembali menapak di tanah asalnya. Tradisi ini pun kembali hidup, menari di antara irama saronen dan semangat pelestarian budaya yang tak pernah padam.
Asal-usul Jaran Serek
Jaran Serek merupakan kesenian tradisional yang lahir dari tanah Sumenep. Pada masa lampau, pertunjukan ini hanya digelar untuk menyambut tamu-tamu agung kerajaan.
Kuda-kuda pilihan menari mengikuti irama saronen, alat musik tiup khas Madura, sebagai simbol penghormatan dan kemegahan Keraton Sumenep. Seiring berjalannya waktu, warisan kerajaan ini tak lagi terbatas di lingkungan bangsawan.
Masyarakat Sumenep mulai menampilkan Jaran Serek dalam berbagai acara, seperti pernikahan, selametan, pawai karnaval di sekolah, hingga perayaan Khotmil Qur'an. Kini, siapapun dapat menikmati pesona kuda menari yang meliuk mengikuti tabuhan saronen yang ritmis dan penuh semangat.
Keistimewaan Jaran Serek terletak pada kelihaian sang kuda mengikuti alunan musik, seolah paham setiap dentuman dan tiupan nada. Kuda-kuda itu tampil anggun dalam balutan hiasan warna-warni, lonceng, dan ornamen berumbai yang membuat penampilan semakin memukau.
Sebagai upaya pelestarian, Pemerintah Kabupaten Sumenep menetapkan Festival Jaran Serek sebagai agenda tahunan dalam kalender budaya daerah. Melalui festival ini, Sumenep berupaya menjaga napas tradisi agar Jaran Serek tetap hidup dan terus menari di hati masyarakatnya.
Selain itu, upaya pelestarian juga dilakukan dengan mendaftarkan Jaran Serek menjadi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai warisan budaya tak benda. Pematenan ini merupakan bentuk kepedulian Disbudporapar Sumenep pada warisan budaya, agar tidak punah serta tidak diklaim kesenian daerah lain.
Meski Pemerintah Kabupaten Sumenep dan masyarakat setempat berupaya menghidupkan kembali kesenian ini. Namun, terdapat tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah regenerasi.
Tantangan ini membuat Pemkab Sumenep berupaya untuk terus mendorong generasi muda dan mempromosikan seni budaya Jaran Serek ke berbagai daerah agar daya tariknya semakin dikenal hingga mancanegara.
Daya Tarik Wisata
Kearifan lokal yang dimiliki seni Jaran Serek mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Sumenep. Terlebih sewaktu pementasan Jaran Serek setahun sekali. Berikut daya tarik lain dari kesenian ini.
1. Musik Tradisional yang Mengiringi
Iringan musik saronen menjadi elemen yang tidak dapat dipisahkan dari seni Jaran Serek. Alunan nada keras dan ritmis dari alat musik mampu membangkitkan semangat bagi pemain dan penonton.
2. Kostum dan Ornamen Memukau
Para penari dan pengiring akan dikenakan pakaian warna-warni bercorak khas Madura. Kuda yang digunakan dihiasi kain berumbai, lonceng, dan mahkota.
3. Simbol Kegagahan dan Keberanian
Jaran Serek menjadi simbol kegagahan serta keberanian masyarakat Madura. Gerakan kuda yang lincah dan agresif menjadi cerminan masyarakat Madura.
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(irb/hil)











































