Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang kaya sejarah dan kebudayaan. Sebagai wilayah yang memiliki peran penting sejak masa kerajaan hingga perjuangan kemerdekaan, Blitar menyimpan jejak panjang perjalanan bangsa Indonesia.
Penetapan hari jadi Kabupaten Blitar tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang wilayah ini sebagai pusat pemerintahan sejak masa lampau. Berbeda dengan daerah lainnya, nama "Blitar" tidak secara eksplisit disebut dalam prasasti-prasasti kuno sebagai pusat kekuasaan pada awalnya.
Namun, sejumlah nama desa yang tercantum dalam prasasti tersebut kini menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Blitar, yang menunjukkan bahwa daerah ini telah memiliki peranan penting dalam dinamika kehidupan masyarakat sejak lebih dari 10 abad lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berita yang lebih pasti mengenai tumbuhnya Blitar sebagai pusat pemerintahan muncul pada masa Kerajaan Majapahit, terutama di bawah pemerintahan Raden Wijaya.Dilansir dari situs resmi pemerintah Kabupaten Blitar, berikut sejarah Kabupaten Blitar.
Blitar pada Masa Awal Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit yang berdiri pada tahun 1293 M dengan pusat pemerintahan di dekat Mojokerto menjadi era penting dalam perjalanan sejarah Blitar. Raden Wijaya sebagai raja pertama banyak membangun wilayah kekuasaan termasuk di daerah Blitar.
Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan suci di Desa Kotes, Kecamatan Gandusari, berangka tahun 1222 dan 1223 Saka (1300-1301 M). Temuan ini membuktikan bahwa sejak awal abad ke-XIV, wilayah Blitar telah dianggap strategis dan diprioritaskan dalam pembangunan kerajaan.
Selain itu, sejumlah prasasti yang berada di sepanjang lembah Gunung Kawi bagian barat menunjukkan bahwa daerah ini dikenal sebagai wilayah subur, layak huni, dan penting dalam strategi pertahanan kerajaan.
Letak geografis yang dikelilingi pegunungan dan tanah vulkanik subur menjadikan Blitar tempat bagi pertumbuhan masyarakatnya secara cepat. Ketersediaan sumber daya manusia yang banyak menjadi faktor pendukung dalam pertahanan maupun serangan kerajaan pada masa lalu.
Hubungan Khusus Raja Jayanegara dengan Desa Blitar
Peran Blitar semakin menonjol pada masa pemerintahan Raja Jayanegara (1309-1328 M), raja kedua Majapahit. Melalui Prasasti Blitar I 1246 Saka (5 Agustus 1324 M), disebutkan Raja Jayanegara memberikan anugerah kepada penduduk Desa Blitar karena kesetiaan mereka dalam membantu mengatasi sejumlah pemberontakan.
Pada masa itu, kerajaan Majapahit menghadapi perlawanan dari Nambi, Kuti, dan Seni sehingga raja sempat mengamankan diri ke Desa Bedander dengan perlindungan pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada. Prasasti ini bukan hanya sebagai bukti pemberian tanah.
Tetapi menjadi penanda Blitar ditetapkan sebagai daerah swantantra atau daerah dengan hak administratif khusus. Pada 5 Agustus 1324 M dari prasasti tersebut, kemudian ditetapkan hari lahir Kabupaten Blitar. Karena inilah momen resmi pengakuan wilayah Blitar sebagai unit pemerintahan di bawah kekuasaan Majapahit.
Nama Blitar dalam Naskah Klasik dan Bukti Arkeologi
Setelah masa Jayanegara, nama Blitar berkali-kali disebut dalam kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca, terutama disebut sebagai wilayah yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk selama perjalanan keliling Jawa Timur antara 1357-1363 M. Dalam periode ini Blitar telah memiliki struktur pemerintahan, penduduk, dan kekayaan budaya yang mapan.
Bukti arkeologis yang menguatkan, antara lain hadirnya Candi Penataran, salah satu candi negara terbesar dari masa Majapahit, yang berada di Kabupaten Blitar dan dibangun secara bertahap mulai dari masa Jayanegara hingga era Raja Wikramawardhana (1389-1429 M).
Selain Candi Penataran, peninggalan penting lainnya Candi Sawentar dan Candi Kotes dari masa Singasari, serta Candi Gambar Wetan dari abad XV. Semua peninggalan ini menunjukkan sepanjang abad XIV-XV, Blitar memegang peranan penting baik dalam aspek politik, budaya, maupun ekonomi Kerajaan Majapahit.
Wilayah Blitar dalam Perjalanan Pemerintahan Nusantara
Sebelum masa Majapahit, wilayah Blitar juga sudah muncul dalam prasasti-prasasti zaman kerajaan Mataram Kuno (Balitung) dan Dinasti Isyana. Beberapa prasasti terkenal seperti Pandelegan (1117), Panumbangan (1120), Geneng (1128), Tuliskriyo (1202), dan lain-lain menyebut daerah-daerah yang kini masuk wilayah Blitar.
Pada masa Kerajaan Singasari (abad XIII), Kabupaten Blitar kembali disebut dalam Prasasti Petung Ombo (1260), yang memperlihatkan peranan wilayah ini dalam struktur kerajaan.
Semua catatan sejarah ini menunjukkan kesinambungan pentingnya wilayah Blitar jauh sebelum era kemerdekaan Indonesia. Pusat-pusat pemukiman kuno, jalur perdagangan, serta aktivitas keagamaan di wilayah ini menjadi penanda kebesaran Blitar dalam sejarah Nusantara.
Penetapan 5 Agustus 1324 Sebagai Hari Jadi Kabupaten Blitar
Dengan mempertimbangkan berbagai fakta sejarah seperti prasasti kuno, peran penting Blitar dalam struktur pemerintahan Majapahit, serta bukti arkeologis kuat berupa candi-candi peninggalan kerajaan, maka pemerintah daerah menetapkan 5 Agustus 1324 M sebagai Hari Lahir Kabupaten Blitar.
Tanggal ini diambil dari penanggalan Prasasti Blitar I yang dikeluarkan Raja Jayanegara sebagai penanda pengesahan Blitar sebagai daerah swantantra di bawah Kerajaan Majapahit. Penetapan ini menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur, sekaligus memastikan generasi masa kini memahami akar sejarah Blitar.
Momentum peringatan hari jadi Kabupaten Blitar menjadi semangat untuk membangkitkan kebanggaan masyarakat dalam menjaga warisan budaya dan meneruskan cita-cita pembangunan daerah.
Sejarah hari jadi Kabupaten Blitar bukan sekadar seremonial penetapan tanggal lahir, tetapi merupakan refleksi panjang perjalanan peradaban di Jawa Timur. Semoga informasi ini bermanfaat detikers.
(ihc/irb)