Situs Trowulan merupakan kawasan bersejarah yang menjadi saksi kejayaan Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara. Terletak di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, situs ini menyimpan berbagai peninggalan arkeologis yang kaya akan nilai-nilai historis.
Banyak dari peninggalan tersebut telah dipugar dan kini menjadi objek wisata sejarah dan penelitian arkeologi. Tidak heran jika Trowulan kerap dikenal sebagai daerah yang menyimpan potret masa lalu Indonesia.
Lantas, ada apa saja yang bisa ditemukan di Situs Trowulan? Yuk, simak berbagai peninggalan bersejarah yang menjadi bukti kemegahan Majapahit di masa lampau!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5 Situs di Trowulan
1. Kolam Segaran
Kolam Segaran merupakan salah satu situs bersejarah yang berada di Kompleks Trowulan. Memiliki luas mencapai 6,5 hektare, menjadikan Kolam Segaran sebagai satu-satunya bangunan kolam kuno terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia.
Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, Kolam Segaran merupakan hasil teknologi basah yang mencerminkan kemampuan Kerajaan Majapahit dalam beradaptasi dengan lingkungannya.
Menariknya, dinding kolam dibuat dari bahan bata yang tidak menggunakan bahan perekat, melainkan hanya menggunakan teknik gesek, hingga bata tersebut melekat satu sama lain, sebuah metode konstruksi yang tak pernah gagal membuat para arkeolog kagum hingga kini.
Kini, lebih dari sekedar destinasi wisata yang menawarkan rekreasi bersejarah, serta tempat melaksanakan ritual bagi masyarakat sekitar, kolam ini juga berfungsi sebagai waduk dan dermaga kapal.
2. Candi Tikus
Sebelum ditemukan pada tahun 1914, kondisi Candi Tikus sempat terkubur dalam tanah. Sementara itu, secara istilah, disebut "Tikus" karena disebutkan bahwa tempat candi ini ditemukan merupakan sarang tikus.
Bentuknya yang menyerupai kolam dengan undakan dan pancuran, membuat para ahli arkeolog menduga bahwa candi ini dulunya digunakan sebagai petirtaan untuk ritual penyucian. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa bangunan ini juga berfungsi sebagai sistem penampungan dan distribusi air bagi masyarakat sekitar Trowulan di masa Kerajaan Majapahit.
Candi ini memiliki 46 pancuran dengan bahan dasar batu andesit. Selain itu, situs bersejarah ini juga dikenal sebagai tempat dilaksanakannya ritual bagi para umat Hindu dan Buddha.
3. Candi Brahu
Selanjutnya, Candi Brahu merupakan salah satu situs bersejarah yang berada di Dusun/Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan. Dilihat dari bentuk arsitekturnya yang menyerupai stupa, Candi Brahu diyakini sebagai candi bercorak Buddha.
Diperkirakan berdiri pada abad ke-15, Candi Brahu merupakan salah satu candi tertua yang ditemukan di sekitar kompleks Trowulan. Nama "Brahu" sendiri berasal dari kata "Waharu" atau "Warahu" yang tercantum dalam prasasti Alasantan yang dikeluarkan oleh Raja Mpu Sindok pada tahun 939 Masehi dan terletak 45 meter di sebelah barat candi.
Selain itu, disebutkan bahwa usia candi ini bahkan mengalahkan Petirtaan Jolotundo di Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto. Apabila merujuk pada pahatan angka tahun 977 masehi, petirtaan ini diperkirakan dibuat pada masa Ratu Sri Isyana Tunggawijaya, putri Mpu Sindok.
4. Gapura Bajang Ratu
Gapura Bajang Ratu atau Candi Bajang Ratu merupakan salah satu situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit yang berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Candi ini memiliki gaya arsitektur berupa gapura paduraksa, yakni pintu gerbang beratap tinggi yang menunjukkan ciri khas masa Kerajaan Majapahit.
Dilansir dari laman resmi Pariwisata Kabupaten Mojokerto, secara fungsional candi ini didirikan untuk menghormati Jayanegara. Adapun perkiraan ini didukung oleh sebuah relief Sri Tanjung di bagian kaki gapura yang menggambarkan cerita peruwatan.
Bentuknya yang ramping dan tinggi, memberikan kesan anggun yang menyimpan nilai historis yang kuat. Tak heran, Gapura Bajang Ratu menjadi salah satu ikon penting dalam jejak kejayaan Kerajaan Majapahit di Trowulan.
5. Gapura Wringin Lawang
Situs bersejarah di Kompleks Trowulan selanjutnya adalah Gapura Wringin Lawang atau yang juga dikenal sebagai Candi Wringin Lawang. Candi ini berlokasi di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.
Disebut "Wringin Lawang" atau yang juga berarti "Pintu Beringin", konon nama ini dipilih karena masyarakat meyakini bahwa dulu ada dua pohon beringin yang mengapit bangunan gapura. Diperkirakan berdiri pada abad ke-14, candi ini dikenal memiliki keindahan arsitektur yang menawan dengan gaya candi bentar atau tipe gerbang terbelah.
Melansir dari laman resmi Kabupaten Mojokerto, fungsi asli bangunan ini masih mengundang banyak perdebatan, namun salah satu yang paling populer adalah gerbang ini diduga menjadi pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gadjah Mada.
(irb/hil)