Geguritan merupakan salah satu bentuk sastra tradisional Jawa yang kaya akan nilai estetika dan makna kehidupan. Puisi berbahasa Jawa ini tidak hanya memikat lewat pilihan kata yang indah, tetapi juga memuat pesan-pesan moral, spiritual, serta filosofi hidup masyarakat Jawa sejak zaman dahulu.
Hingga kini, geguritan masih sering dibacakan dalam berbagai acara sebagai media menyampaikan harapan, nasihat, dan perenungan hidup. Keberadaannya menjadi bukti sastra tradisional tetap relevan di tengah perkembangan zaman. Berikut penjelasan tentang pengertian, ciri-ciri, dan nilai budaya geguritan bahasa Jawa.
Apa Itu Geguritan?
Secara etimologis, kata "geguritan" berasal dari kata "gurit" dalam bahasa Jawa, yang berarti sajak atau puisi. Mengutip laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, geguritan didefinisikan sebagai karya sastra Jawa berbentuk puisi modern yang bersifat imajinatif dan tidak selalu terikat oleh aturan baku, seperti guru gatra (jumlah larik), guru wilangan (jumlah suku kata), dan guru lagu (bunyi akhir tiap larik).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, banyak geguritan yang masih mempertahankan bentuk klasiknya dengan mengikuti aturan-aturan tersebut secara ketat. Keunikan geguritan terletak pada kemampuannya menyampaikan nilai budaya melalui bahasa Jawa yang puitis, simbolik, dan penuh makna.
Fungsi dan Peran Geguritan dalam Budaya Jawa
Dalam tradisi masyarakat Jawa, geguritan bukan sekadar karya sastra untuk dinikmati keindahan bahasanya. Lebih dari itu, geguritan memiliki fungsi dan peran penting dalam budaya Jawa, sebagai berikut.
- Sebagai media ekspresi perasaan: cinta, sedih, rindu, gembira, dan sebagainya.
- Sebagai sarana pendidikan moral dan karakter: banyak geguritan memuat pesan kebijaksanaan, etika, dan sopan santun.
- Sebagai hiburan dan seni pertunjukan: sering dibacakan atau dinyanyikan dalam acara budaya, wayang, atau pentas seni.
- Sebagai dokumentasi nilai-nilai budaya Jawa: seperti kearifan lokal, filosofi hidup, hingga spiritualitas.
Contoh Geguritan Bahasa Jawa
Geguritan bahasa Jawa hadir dalam berbagai tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari alam, cinta tanah air, pendidikan, hingga nasihat hidup. Melalui susunan kata yang indah dan penuh makna, geguritan menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai luhur dengan cara yang menyentuh.
Setiap tema dalam geguritan biasanya ditulis dengan irama dan diksi khas Jawa yang menjadikannya mudah diingat sekaligus sarat pesan moral. Berikut ini beberapa contoh geguritan bahasa Jawa yang menggambarkan pesan kehidupan dan kebijaksanaan lokal.
Geguritan Tema Alam
1. Bumiku
Kabentang indahe bumiku
Tan katon ijo royo-royo
Para kewan pada manut mring ndarane
Ana ing sawah anggarap siti
Nanging, saiki ora koyo mbiyen
Nanging, saiki bumiku wis rusak
Koyo-koyo wis ora ana ijo-ijoan meneh
Karono ulahe manungsa
Terjemahan:
Keindahan bumiku
Yang tampak hijau segar
Hewan-hewan itu menurut
Letaknya di sawah
Namun, kini tidak seperti dulu
Namun, kini bumiku telah rusak
Saya merasa tidak ada tanaman hijau lagi
Itulah yang dilakukan manusia
2. Sawah
Lemahmu kang ombo
Warnamu kang ijo
Penak yen disawang
Sawah
Anggonku nandur pari
Saben dino pak tani ngeramut kowe
Ana bekecot, ulo, tikus lan sapenunggalane
Terjemahan:
Tanahmu basah
Warnamu hijau
Senang melihatnya
Sawah
Saya menanam padi
Setiap hari petani menjagamu
Ada serangga, ular, tikus dan lain sebagainya
3. Rerepen Sore
Wulan cahaya salaka
ngrenggani langitnya
tur lintang tan winical
lir ngayap ratunya
Terjemahan:
Bulan bersinar perak
menghiasi angkasa
dan bintang tidak terbilang
bagaikan menghadap ratunya
Geguritan Tema Pendidikan
1. Golek Ngelmu
Ngelmu iku ora gampang tinemune
Gampang kanggo para siswa
Kang tlaten lan sregep sinau
Sregep menyang sekolah
Mempeng nggarap tugas
Lang ngelingi piwelange wong tua
Guwang rasa wegah, rasarasen ing batin
Golek ngelmu iku kanthi nyanding buku wacan
Saka maca buku wacan kita tambah pinter
Mula ngelmu iku kudu digoleki terus
Mesti tekan negara Cina
Lan sak butule nyawa.
Terjemahan:
Pengetahuan tidak mudah ditemukan
Mudah bagi siswa
Dia rajin dan bersemangat untuk belajar
Pergi ke sekolah dengan rajin
Selalu mengerjakan tugas
Lang teringat nasehat lelaki tua itu
Singkirkan keengganan, perasaan batin
Temukan pengetahuan dengan membaca buku teks
Dari membaca buku pelajaran kita menjadi lebih pintar
Oleh karena itu ilmu harus dicari
Harus mencapai Tiongkok
Dan ketika jiwa mati.
2. Guruku
Aku saben dino nganggo seragam
Aku arep budhal sekolah
Tekan dalan dipoyoki kancaku
Guruku saben dino kesel
Amarga aku ora tau mlebu sekolah
Aku sering bolos lan colut
Guruku saben dino tekan sekolah
Kanggo menehi tugas lan ngajar
Supaya murid-murid dadi pinter.
Terjemahan:
Saya memakai seragam setiap hari
Saya ingin pergi ke sekolah
Di tengah perjalanan aku diejek oleh temanku
Guru saya lelah setiap hari
Karena aku tidak pernah bersekolah
Saya sering absen dan terlambat
Guru saya datang ke sekolah setiap hari
Untuk menugaskan dan mengajar
Sehingga siswa menjadi pintar.
3. Esuk budhal sekolah
Sore nyekel buku
Awan daknggo turu
Mung arep nggayuh cita-citaku
Yen dak roso ora ono wektu dinggo senenge atiku
Aku sinau saben dina
Tansah manut dhawuhe wong tuwaku
Supaya aku dadi bocah pinter
Terjemahan:
Berangkat ke sekolah di pagi hari
Sore hari memegang buku
Saya biasa tidur di siang hari
Hanya ingin mencapai mimpiku
Jika saya merasa tidak ada waktu untuk menggunakan hati saya
Saya belajar setiap hari
Selalu menuruti perintah orang tuaku
Agar aku bisa menjadi anak yang cerdas
Geguritan Tema Pahlawan
Pahlawanku
Indonesiaku
Pitung puluh pitu tahun mardika
Bebas saka landa
Amarga pahlawan kang tumandang nggawa senjata
Saiki
Perang wis purna
Cah enom ora entuk males
Perjuangane saiki dudu ngalahake mungsuh
Nanging, ngalahake rasa males sajroning dhiri pribadhi
Terjemahan:
Indonesiaku
Tujuh puluh tujuh tahun kemerdekaan
Bebas dari Belanda
Karena pahlawan itu datang dengan membawa senjata
Sekarang
Perang sudah berakhir
Generasi muda jangan malas
Perjuangannya saat ini bukanlah mengalahkan musuh
Namun mengalahkan rasa malas dalam diri pribadi
Perjuangan
Ora ana perjuangan pahlawan kang entheng
Getih lan nyawa, kuwi bayaran
Kanggo nagari Indonesia
Mula,
Kita lan wong tuwa
Kudu angreksa apa kang wis ana
Ora oleh sambat apa meneh ngersula
Terjemahan:
Tidak ada perjuangan seorang pahlawan yang ringan
Darah dan jiwa, itulah harganya
Untuk negara Indonesia
Pertama,
Kami dan orang tua
Anda harus menjaga apa yang sudah Anda miliki
Jangan mengeluh atau mengeluh
Itu dia detikers, tiga tema geguritan bahasa jawa yang bisa dicontoh saat membuat tugas geguritan bahasa jawa.
(ihc/irb)