Sejarah Hari Jadi Surabaya yang Diperingati Setiap 31 Mei

Sejarah Hari Jadi Surabaya yang Diperingati Setiap 31 Mei

Katherine Yovita - detikJatim
Jumat, 16 Mei 2025 03:00 WIB
Semarak Surabaya Vaganza dalam memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731
Semarak Surabaya Vaganza dalam memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731. Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim
Surabaya -

Setiap tanggal 31 Mei, warga Kota Surabaya memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) sebagai momen istimewa untuk mengenang sejarah panjang dan semangat kepahlawanan yang melekat kuat pada identitas Kota Pahlawan.

Tahun ini, Surabaya genap berusia 732 tahun, usia yang merefleksikan perjalanan panjang sebuah kota yang sarat akan nilai perjuangan, budaya, dan transformasi. Untuk menyemarakkan HJKS ke-732, Pemerintah Kota Surabaya telah menyiapkan berbagai rangkaian acara.

Mulai dari kegiatan UMKM, pasar malam, parade budaya, festival kuliner, hingga konser musik akan digelar sepanjang bulan Mei. Acara-acara ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga wadah promosi potensi lokal, memperkuat kebanggaan warga terhadap kotanya. Namun, tahukah bagaimana asal-usul tanggal 31 Mei dipilih sebagai Hari Jadi Kota Surabaya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Hari Jadi Kota Surabaya Diperingati Setiap 31 Mei?

Penetapan 31 Mei sebagai Hari Jadi Kota Surabaya tidak lepas dari peristiwa bersejarah pada 31 Mei 1293. Berdasarkan catatan dari Pemerintah Kota Surabaya, tanggal tersebut merujuk pada momen kemenangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, dalam pertempuran melawan pasukan Mongol di kawasan yang kini dikenal sebagai Surabaya.

Kisahnya bermula saat Kertanegara, Raja Singasari, menghina utusan dari Kaisar Mongol, Kubilai Khan, pada tahun 1289. Akibat penghinaan itu, Kaisar mengirim pasukannya ke Jawa sebagai bentuk balasan.

ADVERTISEMENT

Namun, sebelum pasukan Mongol tiba, Kertanegara sudah lebih dulu terbunuh oleh pemberontakan Jayakatwang dari Kediri pada 1292. Mengetahui hal ini, Raden Wijaya, menantu Kertanegara, memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol dengan berpura-pura bekerja sama untuk menggulingkan Jayakatwang.

Setelah Jayakatwang dikalahkan, barulah Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol pada 31 Mei 1293 dan berhasil mengusir mereka dari tanah Jawa. Pertempuran inilah yang menjadi dasar historis penetapan Hari Jadi Kota Surabaya.

HJKS Pernah Diperingati Setiap 1 April

Sebelum tanggal 31 Mei ditetapkan secara resmi, Hari Jadi Kota Surabaya sempat dirayakan setiap 1 April, merujuk pada berdirinya Gemeente Soerabaia, pemerintahan kota zaman kolonial Belanda pada 1 April 1906.

Namun, penetapan tersebut dianggap tidak mencerminkan akar historis lokal dan semangat perjuangan rakyat Surabaya. Banyak pihak, terutama warga Surabaya, menolak penggunaan "weton Belanda" karena tidak mencerminkan jati diri bangsa. Maka, dilakukan kajian historis oleh sejarawan dan budayawan lokal.

Akhirnya, DPRD Kota Surabaya mengesahkan Surat Keputusan No. 02/DPRD/Kep/75 tertanggal 6 Maret 1975, yang menetapkan 31 Mei 1293 sebagai Hari Jadi Kota Surabaya berdasarkan peristiwa heroik pertempuran Raden Wijaya.

Surabaya Melahirkan Banyak Pahlawan

Julukan Kota Pahlawan yang disematkan pada Surabaya bukan tanpa alasan. Kota ini menjadi saksi berbagai peristiwa besar perjuangan bangsa, terutama dalam pertempuran 10 November 1945 melawan sekutu, yang kemudian menjadi tonggak diperingatinya Hari Pahlawan Nasional.

Warisan semangat juang tokoh nasional menjadi nilai luhur yang terus ditanamkan dalam pembangunan karakter masyarakat Surabaya hingga kini. Berikut tokoh pejuang yang lahir dari Kota Surabaya sebagai berikut.

  • Bung Tomo - orator pertempuran 10 November 1945
  • KH Mas Mansur - ulama dan pejuang kemerdekaan
  • Gubernur Suryo - Gubernur Jawa Timur pertama
  • Mayjen Sungkono - tokoh militer dan pejuang kemerdekaan

HJKS bukan sekadar peringatan seremonial, tetapi refleksi perjalanan panjang dari masa kerajaan hingga menjadi salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia. Dengan semangat "Surabaya Hebat", peringatan HJKS ke-732 diharapkan menjadi momentum memperkuat jati diri, semangat kolaborasi, dan membangun masa depan gemilang.




(auh/irb)


Hide Ads