Genap berusia 732 tahun, Surabaya mendapat kado spesial dengan penurunan angka kemiskinan hingga stunting yang cukup drastis. Hal ini disampaikan Wali Kota Eri Cahyadi dalam resepsi Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732.
Eri menyebut, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Surabaya juga menurun. Berdasarkan data BPS tahun 2024 menjadi 4,9 persen, sedangkan tahun 2023 setinggi 6,79 persen.
"Jadi target kita adalah di bawah tiga sebenarnya ya. Hari ini sudah mencapai empat dari sembilan. Ini kita akan turunkan lagi di bawah tiga di tahun ini," ujar Eri usai resepsi HJKS ke-732 di halaman Balai Kota, Sabtu (31/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memprioritaskan lapangan pekerjaan untuk warga Surabaya sebagai upaya menekan angka pengangguran terbuka. Warga luar kota, menjadi nomor dua.
"Karena itu saya bilang, saya mohon maaf ya kepada warga non-Surabaya yang pindah ke Surabaya yang dapat KTP sejak tahun 2022. Saya tidak bisa menghitung mereka yang punya KTP di 2022 meminta pekerjaan meminta apa, kami mohon maaf," jelasnya.
"Saya akan mengutamakan dulu orang Surabaya dulu menggunakan kekuatan APBD Surabaya, Padat Karya Surabaya itu untuk warga Surabaya. Karena hari ini penduduk kita naik dan itu rata dari luar Surabaya," tambahnya.
Dalam kesempatan ini, Eri menyebut, angka kemiskinan di Surabaya turun hingga 3,9 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin tahun 2021 sebanyak 5,23 persen, 2022 turun menjadi 4,72 persen, 2023 turun lagi menjadi 4,65 persen dan tahun 2024 kembali turun menjadi 3,96 persen.
"Kemiskinan Surabaya turun menjadi 3,9 persen, terendah sejak sebelum masa COVID-19 kita lebih rendah hari ini," imbuhnya.
Selanjutnya, angka stunting yang juga mengalami penurunan. Berdasarkan survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, prevalensi stunting di Kota Pahlawan tercatat di level 1,6 persen atau terendah di Indonesia.
"Stunting kita turun jadi 1,6 persen, dan inilah yang membuat kita harus bisa terus menjadi satu keluarga besar," katanya.
Lalu, bidang pendidikan, ditargetkan seluruh anak-anak dari keluarga miskin dapat bersekolah sampai perguruan tinggi. Sehingga bisa meningkatkan derajat keluarga dan semakin menekan angka kemiskinan.
"Target Surabaya ini adalah seluruh warga miskin dan pramiskin itu bisa sekolah sampai dengan kuliah selesai. Karena kami tetap punya program satu keluarga miskin, satu sarjana. Tapi apakah kami ingin warga miskin dibantu terus. Kami berharap dan ingin warga miskin berubah tidak menjadi miskin," pungkasnya.
(auh/hil)