Menyambut puncak perayaan Nyepi tahun baru saka 1947, ribuan umat Hindu suku Tengger di Lumajang menggelar pawai ogoh-ogoh. Mereka mengarak ogoh-ogoh di jalan raya Senduro Lumajang.
Belasan ogoh-ogoh ini diarak sepanjang jalan raya senduro diiringi musik tradisional bale ganjur dan diwarnai aksi atraksi para peserta. Pawai ogoh-ogoh dengan beragam bentuk tersebut dilakukan sebagai bentuk pengusiran bala atau roh jahat.
Selain itu juga untuk menyucikan lingkungan dari malapetaka sehingga perayaan nyepi berjalan aman dan tentram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pawai ogoh ogoh merupakan simbol dari si butha kala yakni makhluk yang mengganggu manusia," ujar panitia pawai ogoh ogoh Wira Dharma kepada detikJatim, Jumat (28/3/2025).
Pawai ogoh ogoh diarak mengelilingi rute kurang lebih 4 kilometer yang berakhir di lapangan Pura Mandara Giri Semeru kecamatan Senduro Lumajang.
Usai diarak belasan ogoh-ogoh ini akan dibakar di Pura Mandhara Giri Semeru sebagai simbol pemusnahan roh jahat sekaligus pembersihan diri.
"Patung butha kala ini nantinya akan dimusnahkan sehingga tidak lagi mengganggu manusia," pungkas Wira.
(dpe/iwd)