Tuban mempunyai tradisi kuliner khas Ramadan yang tetap lestari. Salah satu kuliner unik yang hanya muncul di bulan Ramadan adalah Bubur Suro Sunan Bonang.
Suasana penuh berkah nampak terlihat di halaman kompleks makam Sunan Bonang yang selalu sibuk dengan aktivitas warga sekitar yang sibuk membuat kuliner bubur Suro Sunan Bonang.
Bubur khas di zaman Sunan Bonang yang berwarna kuning emas ini ternyata tak hanya sekadar makanan biasa, tetapi juga memiliki nilai makna dan sejarah bagi warga Tuban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas waktu Zuhur selama bulan Ramadan, bisa kita jumpai suasana meriah di halaman masjid Makam Sunan Bonang yang selalu dipenuhi oleh aktivitas warga yang tengah memasak Bubur Suro Sunan Bonang.
![]() |
Mereka ada yang mempersiapkan tungku kayu bakar, merendam beras serta mempersiapkan berbagai bahan dan bumbu untuk diproses hingga menjadi bubur yang punya nilai cita rasa tinggi. Berbagai rempah khas untuk bubur ini membuat daya tarik sendiri para pemburu takjil.
Dalam pembuatan bubur suro ini membutuhkan sekitar 12 kg beras, 5 kilogram tulang sapi, ditambah bumbu dapur dan rempah hingga santan dimasak dalam dua wajan besar. Dibutuhkan sekitar 2 jam untuk membuat bubur suro Sunang Bonang ini dan akan berakhir saat akan azan salat Asar.
Proses pembagian bubur gratis ini juga sangat cepat. Setelah salat Asar, warga sekitar maupun para pengunjung dan peziarah makam Mbah Bonang bisa langsung berkerumun antre di bawah tenda.
"Bubur Suro Sunan Bonang ini dibagikan gratis kepada warga hingga para peziarah yang berada di Masjid Astana setelah salat Asar," ucap pengurus Mabarrot makam Sunan Bonang Hidayaturrohman.
Hidayaturrohman menuturkan bubur suro Mbah Bonang ini menjadi simbol kebersamaan dan keberkahan setiap bulan Ramadan tiba.
Bagi pengunjung wisata religi Tuban saat Ramadan, jika ingin merasakan kelezatan bubur ala timur tengah ini bisa hadir di komplek makam Sunan Bonang setiap sore di bulan Ramadan.
"Alhamdulilah bisa salat Magrib bersama dan makan bubur suro di teras masjid Astana, memang nikmat banget," tutur salah satu peziarah, Haji Nur.
(abq/iwd)