4 Kebudayaan Lokal dari Pasuruan yang Masih Eksis

4 Kebudayaan Lokal dari Pasuruan yang Masih Eksis

Katherine Yovita - detikJatim
Minggu, 09 Feb 2025 03:03 WIB
Tradisi petik laut di pantai utara pesisir Pasuruan
Tradisi Petik Laut Pasuruan (Foto file: Muhajir Arifin/detikJatim)
Surabaya -

Kota Pasuruan merupakan salah satu kota yang berada tepat di jalur utama transportasi dan perdagangan Surabaya - Bali. Lokasinya yang cukup Strategis membuat Kota ini mampu memberikan kontribusi penting pada pergerakan perdagangan dan perindustrian.

Di tengah hiruk pikuk kegiatan perdagangan dan masyarakat, Kota Pasuruan tidak melupakan kearifan lokalnya. Beragam ritual adat, seni pertunjukan, serta kebiasaan masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Tradisi yang diwariskan secara turun temurun ini, tidak hanya menjadi identitas masyarakat Pasuruan, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang hendak mengenal lebih dalam tradisi Kota Pasuruan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut merupakan beberapa tradisi dan kearifan lokal yang ada di Kota Pasuruan yang dikutip langsung dari laman resmi pemerintahan Kota Pasuruan.

4 Kearifan Lokal Kota Pasuruan

1. Petik Laut

ADVERTISEMENT
Tradisi petik laut di pantai utara pesisir PasuruanTradisi petik laut di pantai utara pesisir Pasuruan Foto: Muhajir Arifin/detikJatim

Salah satu tradisi yang masih diwariskan hingga saat ini di Pasuruan adalah Petik Laut. Tradisi ini bertujuan sebagai bentuk ungkapan syukur para nelayan atas hasil laut yang melimpah. Tradisi Petik Laut biasanya dilaksanakan setiap tahun di pesisir pantai, tepatnya setiap 1 suro.

Petik Laut diikuti oleh ratusan nelayan yang sudah siap dengan kapal masing-masing, yang dihiasi berbagai corak bendera dan umbul-umbul. Tidak sedikit warga dan wisatawan yang ikut serta dalam acara ini untuk memeriahkan suasana.

Umumnya, Tradisi Petik Laut dibuka dengan kegiatan Khotmil Qur'an dan Lomba Albanjari. Setelah itu, keluarga dan kerabat para nelayan akan masuk ke kapal, dan melaju beriringan menuju ke tengah laut untuk melarungkan sesaji berupa kepala kambing atau sapi, buah-buahan, berbagai jenis kue, dan nasi tumpeng yang dihias dalam bentuk replika perahu.

Tradisi Petik Laut bukan hanya simbol warisan leluhur saja, melainkan merupakan bentuk refleksi akan ucapan syukur atas hasil kerja keras dan berkah yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa, sehingga masyarakat dapat hidup dengan sejahtera.

2. Pencak Silat Kuntu Mancilan

https://pasuruankota.go.id/Pencak Silat Kuntu Mancilan Foto: Istimewa (pasuruankota.go.id/)

Kearifan lokal dari Kota Pasuruan selanjutnya adalah Pencak Silat Kuntu Mancilan. Pencak Silat sendiri merupakan salah satu warisan seni bela diri yang identik dengan Jawa Timur. Pencak Silat Kuntu Mancilan sudah eksis sejak zaman kolonial, karena sempat digunakan sebagai taktik untuk melawan penjajah. Hal tersebut selaras dengan kata "Kuntu" yang memiliki arti "Bangkitlah", dalam konteks ini maksudnya agar masyarakat bangkit untuk melawan Belanda.

Silat Kuntu Mancilan didirikan sekitar tahun 1817 oleh seorang ulama dan pejuang bernama Hasan Wiroi atau yang biasanya dikenal dengan sebutan Mbah Hasan. Dalam rangka mempersiapkan pemuda-pemudi melawan Belanda, Mbah Hasan mendirikan padepokan silat di Kampung Mancilan.

Ia menggalang kekuatan dari masyarakat terutama pemuda-pemuda dari pesantren untuk dibekali dengan ilmu bela diri agar siap menghadapi ancaman-ancaman dari pemerintah kolonial. Hingga saat ini, Perguruan Silat Kuntu Mancilan masih populer dan telah menghasilkan para pesilat berprestasi yang mengharumkan nama Kota Pasuruan.

3. Tari Pasuruan Kondang

https://pasuruankota.go.id/Tari Pasuruan Kondang Foto: Istimewa (pasuruankota.go.id/)

Tari Pasuruan Kondang merupakah salah satu kearifan lokal Kota Pasuruan yang mengandung makna, meski Pasuruan adalah kota yang tidak terlalu besar, tetapi penduduknya berdaya dan punya potensi.

Munculnya tarian ini terinspirasi dari lagu daerah yang berjudul "Pasuruan Kondang" yang diciptakan oleh seniman Pasuruan yakni, Slamet Juhanto dengan notasi gamelan. Tarian ini memiliki ciri khas di mana penarinya menggunakan busana yang mencerminkan burung kepodang.

4. Tari Terbang Bandung

https://pasuruankota.go.id/Tari Terbang Bandung Foto: Istimewa (pasuruankota.go.id/)

Kesenian Tari Terbang Bandung sebenarnya diawali sebagai bentuk teater. Dilihat dari namanya, "Terbang" merujuk pada alat musik tradisional yang terbuat dari kulit binatang, dimainkan dengan cara dipukul, mirip seperti rebana. Sementara itu, istilah "Bandung" diambil dari kata "Banding".

Dengan demikian, dapat disimpulkan tari terbang bandung merupakan seni pertunjukan menggunakan instrumen terbang yang saling ditandingkan. Selain terbang, pertunjukan ini juga menggunakan instrumen seperti kedengcong atau sejenis kendang dan jidor sebagai iringan.

Hingga pada tahun 1980, seorang seniman bernama Haryoto Toyyib merubah kesenian Terbang Bandung yang awalnya berupa sandiwara atau teater menjadi sebuah tarian. Diketahui bahwa durasi asli dari tarian ini awalnya mencapai lebih dari 10 menit.

Itu dia detikers beragam budaya lokal yang masih eksis di Kota Pasuruan.

Artikel ini ditulis Katherine Yovita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ihc/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads