Soesilo Toer, menggelar tur keliling memperingati satu abad kelahiran sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Sekitar 15 kota di Jateng dan Jatim akan disinggahi adik kandung Pram itu, tak terkecuali di Kota Blitar.
Di Kota Blitar, Soesilo memperingati 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer dengan menggelar diskusi secara sederhana di Pasar Wage Kota Blitar, Rabu (5/2). Ia lantas membeberkan menggelar tur keliling memperingati seabad kelahiran kakaknya itu.
Soesilo mengaku tak lagi dilibatkan dalam setiap perayaan besar hari ulang tahun Pram, panggilan Pramoedya di Blora, Jawa Tengah. Seperti saat ini, Soesilo memilih tur keliling kota untuk menghibur hatinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya itu sekarang yang mimpin acara (peringatan pram) bukan saya. Dulu, sejak saya pulang ke Blora tahun 2004 semua acara yang mimpin saya. Ini 1 abad pram tapi saya tidak diajak, makanya saya sama mas irwan diajak keliling Jawa Timur itu, untuk melupakan kekecewaan hati saya," kata Soesilo, Kamis (6/2/2025).
Pria yang karib disapa Soes itu menyebut sempat didatangi anak dan cucu Pram ke rumahnya. Namun, tidak ada pembahasan sama sekali mengenai acara perayaan 100 tahun Pram yang akan digelar secara meriah itu.
"Saya tanya dapat tugas apa tapi enggak dijawab. Ya sudah, saya pergi keliling. Ini cara saya mengulangtahuni Pram dengan cara saya, jadi tidak masalah kalau tidak diundang," terangnya.
Menurutnya, tur keliling Kota itu menjadi cara tersendiri untuk merayakan 100 tahun Pram. Termasuk sebagai cara mengapresiasi Pram sebagai kakak tertua, dan sebagainya.
"Kita kan manusia bebas. Ini cara bagaimana saya menghargai pram sebagai kakak tertua, temen seperjuangan, musuh saya, pengganti orang tua dan sebagainya," katanya.
Dalam turnya, Soes menyebut memiliki misi untuk mengenalkan sosok Pram dan segala motto hidupnya. Bahkan ada beberapa kata mutiara yang digunakan sebagai bagian dari hidupnya. Salah satunya yakni kebebasan yang selalu didambakan.
"Pram itu kan mendambakan kebebasan. Anda jadi manusia kalau berpikir bebas, manusia yang bermain dengan kata, manusia yang bisa hidup dari kerja, kita menghargai kata Pram hidup harus berani. Kebebasan adalah iman, itu yang saya pakai cara hidup saya," kata pria yang hampir berusia 88 tahun itu.
Soes merupakan salah satu dari 9 orang adik Pram. Ada 2 orang adik Pram yang meninggal, termasuk si bungsu yang meninggal akibat kelaparan saat penjajahan Jepang.
Menurut Soes, Toer bersaudara memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Ada yang hanya lulusan SD, lulusan SMP dan 2 lulusan perguruan tinggi. Soes salah satunya yang menjadi lulusan perguruan tinggi di Uni Soviet.
"Selain tamatan (pendidikan) yang beda. Pencerahannya (dalam menulis) juga beda - beda. Pram pencerahannya minum kopi dan rokok, tapi kalau saya dulu 17 tahun ingin nikah," jujurnya dengan tertawa.
Soes mengaku senang dengan antusias anak muda yang kenal dengan sosok Pram. Menurutnya, setiap Kota memiliki antusiasme yang berbeda-beda. Namun, masih cukup banyak generasi muda yang gemar membaca buku. Termasuk buku karya Toer bersaudara.
"Kalau dilihat sambutannya lumayan banyak anak muda, yang beli buku juga cukup banyak. Yang jelas ini cara saya, jadi ya terserah saya kan cuma adiknya (Pram)," pungkasnya.
(abq/iwd)