Gedung PT Pelni Surabaya Saksi Bisu Berita Proklamasi Tersebar di Surabaya

Tempo Doeloe

Gedung PT Pelni Surabaya Saksi Bisu Berita Proklamasi Tersebar di Surabaya

Sri Rahayu - detikJatim
Kamis, 23 Jan 2025 16:42 WIB
Gedung PT Pelni Surabaya pada zaman dahulu merupakan kantor berita Domei pada pendudukan Jepang.
Gedung PT Pelni Surabaya pada zaman dahulu merupakan kantor berita Domei pada pendudukan Jepang. (Foto: Sri Rahayu/detikJatim)
Surabaya -

Gedung PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Surabaya. Bangunan yang berada di Jalan Pahlawan 112 itu merupakan saksi bisu berita proklamasi pertama kali diterima di Surabaya.

Inisiator Beganding Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo menjelaskan gedung Pelni pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 hingga 1945 diubah menjadi kantor berita Domei. Gedung tersebut punya fungsi sebagai pusat informasi dan juga propaganda Jepang.

"Setelah 1942, gedung pelayaran ini sempat digunakan oleh Kantor Berita Jepang, Domei Tsushinsha. Di sinilah sandi morse kabar proklamasi pada 17 Agustus 1945 dikirimkan," jelas Kuncar kepada detikJatim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Kuncar, berita proklamasi yang diterima di Surabaya saat itu berbentuk sandi morse pada Jumat 17 Agustus 1945 sekitar sore hari.

Saat itu, lanjut Kuncar, dua markonis yang menerima bernama Jacob dan Soewardi. Berita bersejarah itu kemudian diteruskan ke bagian redaksi yang bertugas saat itu Bintarti dan Soetomo (Bung Tomo).

ADVERTISEMENT

Oleh Kantor pihak Domei, berita Proklamasi itu kemudian dibuat selebaran. Berita proklamasi pun dengan cepat tersebar secara luas di Kota Surabaya dan bahkan jadi headline berita.

Gedung PT Pelni Surabaya pada zaman dahulu merupakan kantor berita Domei pada pendudukan Jepang.Gedung PT Pelni Surabaya pada zaman dahulu merupakan kantor berita Domei pada pendudukan Jepang. (Foto: Sri Rahayu/detikJatim)

"Domei bahkan menyebarkan kabar proklamasi melalui selebaran yang ditempel di tembok-tembok. Redaksi Soeara Asia di (kantornya) sebelahnya menjadikan kabar ini sebagai headline koran pada 18 Agustus 1945," terang Kuncar.

Sebelum menjadi kantor berita, Gedung Pelni awalnya bernama Gedung Stoomvaart Maatschappij Nederland (SMN). Gedung ini dirancang oleh arsitek Belanda Frans Johan Louwrens Ghijsels pada 1929 dan diresmikan pada 18 Januari 1932.

Arsitektur modern dengan fondasi beton bertulang dan fasad batu Andesit Padalarang membuat bangunan itu tetap kokoh hingga kini. Pada masa itu, lantai pertama digunakan sebagai ruang operasional, sementara lantai kedua menjadi ruang makan dan kantor yang disewakan.

Gedung tersebut terus mengalami perubahan fungsi setelah masa perang, termasuk sempat digunakan oleh PT Djakarta Lloyd pada 1964, dan akhirnya dibeli oleh PT Pelni pada 1991.

Pada tahun 1996, melalui Surat Keputusan Wali Kota Surabaya No. 188.45/251/402.1.04/1996/22, gedung ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Penetapan ini diperkuat oleh pemerintah kota Surabaya pada 2017 yang melakukan renovasi ringan untuk mempertahankan keaslian bangunan.

"Keberadaan gedung ini bukan hanya mencerminkan sejarah panjang PT Pelni, tetapi juga menjadi simbol penting dari perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan," ungkap Kuncar.

Sebagai cagar budaya, gedung ini masih digunakan untuk kegiatan operasional Pelni hingga saat ini. Bagian depan gedung, yang dulu menjadi loket penjualan tiket kapal dan pengiriman barang, kini berfungsi sebagai ruang pelayanan.

Sedangkan di lantai pertama, terdapat aula yang memamerkan replika armada kapal SMN, seperti Marnix van St. Aldegonde. Adapun di lantai kedua, yang sebelumnya difungsikan sebagai ruang makan dan kantor, kini dimanfaatkan sebagai ruang arsip yang menyimpan dokumen perjalanan armada kapal Pelni, melengkapi cerita panjang gedung ini.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads