Menurut laman Balai Bahasa Jawa Timur, Jumat Legi masih sangat lestari di masyarakat Jawa Timur. Tradisi ini sarat akan makna spiritual dan kerifan lokal yang dipadukan dengan nilai nilai keagamaan sehingga mencerminkan akulturasi budaya dan agama yang unik.
Berikut uraian singkat tradisi Jum'at Legi yang dirangkum dari berbagai sumber
Sejarah dan Makna Tradisi Malam Jumat Legi
Balai Bahasa Jawa Timur juga menyampaikan bahwa akar tradisi Malam Jumat Legi di Desa Kemlagi, dapat ditelusuri hingga masa Kerajaan Majapahit. Pengaruh Hindu masih terasa dalam tradisi ini, seperti ritual Wasilah (mengirim doa kepada leluhur) dan Kenduri Sajen Sandingan (memberikan sajian makanan kepada arwah leluhur di perempatan jalan).
Namun, seiring masuknya Islam, tradisi ini mengalami transformasi. Para ulama NU mengadopsi tradisi lama dan memadukannya dengan nilai-nilai Islam. Wasilah diubah menjadi doa kepada para ulama dan leluhur yang telah meninggal, dan Kenduri Sajen Sandingan diubah menjadi sedekah kepada fakir miskin. Pembacaan mantra diganti dengan tausiyah dan pengajian.
Kapan Jumat Legi Desember 2024?
Kalender Jawa memiliki pasaran Legi, Pahing, Wage, Pon, dan Kliwon. Pasaran inilah yang jika digabung dengan hari biasa akan membentuk weton. Weton adalah gabungan dari hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu) dengan pasaran. Contohnya weton Jumat Legi.
Berdasarkan kalender Jawa, ada dua bulan dalam penanggalan Jawa pada Desember 2024, yaitu Jumadilawal dan Jumadilakir. 1 Jumadilakir 1958 jatuh pada 3 Desember 2024.
Maka dari itu, Jumat Legi bertepatan dengan bulan Jumadilakir yang merupakan bulan keenam dalam penanggalan Jawa. Berikut hari Jumat Legi di bulan Desember 2024.
Jumat Legi, Jumadilakir 1958 = Jumat 20 Desember 2024
Jumat Legi ini jatuh pada minggu ketiga bulan November 2024. Dalam kalender Hijriah, Jumat Legi November 2024 bertepatan dengan 18 Jumadil Akhir 1446 Hijriah
Tradisi Jumat Legi
Di Indonesia, masyarakat Jawa dan Madura memiliki budaya dan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu tradisi yang dianggap sakral adalah Jumat Legi atau Jumat Manis, yang dipandang sebagai malam yang memiliki nilai keagamaan tinggi. Pada malam ini, masyarakat biasanya melaksanakan amalan khusus seperti khotmil Qur'an atau ziarah kubur (nyekar).
Tradisi dan kepercayaan ini telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang yang terus berkembang seiring waktu. Meskipun terdapat perbedaan dalam interpretasi dan praktiknya, Jumat Legi tetap menjadi momen yang sarat makna dan kebaikan bagi masyarakat Jawa dan Madura.
Menurut Balai Bahasa Jawa Timur, tradisi ini telah mengalami penyesuaian dengan nilai-nilai Islam. Beberapa praktik yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Wasilah
Doa dipanjatkan kepada para ulama dan leluhur yang telah meninggal, bukan lagi langsung kepada arwah leluhur.
2. Kenduri Sajen Sandingan
Makanan yang disajikan dibagikan kepada fakir miskin dan warga yang hadir, bukan lagi digunakan sebagai sesaji untuk arwah leluhur.
3. Pembacaan Mantra
Tradisi pembacaan mantra digantikan dengan tausiyah dan pengajian yang mengajarkan nilai-nilai Islam dan moral.
Sementara itu, menurut jurnal FIP Universitas Negeri Malang (UM) berjudul Tradisi Slametan Jumat Legi Upaya Mempertahankan Solidaritas Sosial Masyarakat Desa yang ditulis oleh Zulkarnain, tradisi Jumat Legi sering diwujudkan melalui kegiatan berikut.
1. Ziarah Kubur
Ziarah kubur menjadi ritual yang rutin dilakukan masyarakat Jawa Timur setiap Jumat, terutama Jumat Legi. Pada hari tersebut, masyarakat berbondong-bondong ke makam keluarga dengan membawa bunga dan alat seperti clurit atau cangkul untuk membersihkan makam yang tertutup rumput. Selain itu, mereka juga mengirimkan doa kepada arwah keluarga yang telah meninggal. Jika pada hari biasa makam cenderung sepi, maka pada Jumat Legi, suasananya menjadi ramai dengan peziarah.
2. Slametan Jumat Legi
Slametan Jumat Legi biasanya dilakukan pada malam hari, tepatnya antara waktu Maghrib dan Isya. Beberapa warga bahkan rela pulang lebih awal dari tempat kerja untuk mempersiapkan acara ini. Masyarakat menyiapkan nasi berkat atau jajanan lain dengan berbelanja ke pasar. Acara diawali dengan sambutan, dilanjutkan dengan penyampaian maksud slametan, tahlil, dan doa. Setelah itu, nasi berkat dimakan bersama, sementara jajanan dibagikan kepada warga yang hadir.
3. Yasinan dan Tahlilan
Selain slametan, kegiatan Yasinan dan Tahlilan juga dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai bagian dari tradisi menyambut Jumat Legi. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan setelah acara slametan selesai.
Tradisi ini tidak hanya memiliki manfaat spiritual tetapi juga mempererat hubungan sosial dan solidaritas masyarakat desa.
Keistimewaan Jumat Legi
Dilansir dari situs resmi Desa Dero di Kabupaten Ngawi, Malam Jumat Legi atau Jumat Manis memiliki nilai yang tinggi dalam aspek keagamaan dan budaya. Keistimewaan hari Jumat sendiri telah dijelaskan dalam sebuah hadits:
"Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jum'at. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku," (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Nasa'i).
Sementara itu, Jumat Legi atau Jumat Manis dipandang sebagai waktu yang sangat berharga oleh masyarakat Jawa dan Madura.
Pada malam Jumat Legi, ada keyakinan bahwa setiap kebaikan akan membawa keberkahan dan pahala yang berlipat. Meski shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dapat dilakukan setiap saat, pada malam ini, masyarakat lebih intens dalam melakukannya sebagai wujud penghormatan.
Dalam tradisi Jawa, Jumat Legi memiliki simbolisme mendalam. Jumat diidentikkan dengan air, yang merupakan unsur kehidupan, sedangkan Legi melambangkan timur atau udara, elemen penting dalam keberlangsungan hidup. Waktu ini dipandang sebagai pengingat akan awal mula manusia, mengajak masyarakat untuk kembali merenungi asal-usul mereka.
Jumat Legi juga sarat akan nilai moral dan religius. Tradisi ini mengajarkan masyarakat untuk menjadi individu yang lebih baik, menghormati leluhur, dan senantiasa mengingat Tuhan sebagai sumber kehidupan. Nilai-nilai ini mendorong masyarakat untuk menjalani kehidupan dengan sikap positif dan melakukan kebaikan.
Dari sudut pandang agama Islam, hari Jumat memiliki keutamaan sebagai hari yang mulia. Pada hari ini, pahala amal kebaikan dilipatgandakan, dan umat Islam dianjurkan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jumat Legi menjadi kesempatan untuk mempertebal keimanan dan menumbuhkan cinta terhadap agama.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/irb)