10 Batik Khas Jawa Timur dan Filosofinya

10 Batik Khas Jawa Timur dan Filosofinya

Sri Rahayu - detikJatim
Rabu, 02 Okt 2024 09:47 WIB
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani (tengah) mewarnai kain batik di sentra batik Tropical Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (3/6/2024). Pemda setempat menciptakan berbagai program yang mendukung upaya pengembangan ekosistem batik lokal di antaranya melalui pelatihan dan festival batik sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/Spt.
Batik Banyuwangi. Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Surabaya -

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki keunikan dan keragaman yang mencerminkan identitas daerah masing-masing. Di Jawa Timur, batik tidak hanya menjadi sebuah karya seni, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam.

Beragam motif dan teknik yang digunakan dalam pembuatan batik khas Jawa Timur memberikan gambaran tentang kehidupan, budaya, dan kearifan lokal masyarakat setempat. Salah satu ciri khas batik Jawa Timur adalah penggunaan warna cerah dan motif yang kaya simbolisme.

Motif-motif seperti sidomukti, sido luhur, dan sido asih sering digunakan dalam batik Jawa Timur. Setiap motif memiliki makna yang dalam, misalnya sidomukti melambangkan harapan untuk mencapai kemakmuran dan keberhasilan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan sido luhur merepresentasikan cita-cita untuk meraih derajat yang tinggi dan dihormati. Melalui motif-motif ini, para perajin batik tidak hanya mengekspresikan kreativitas , tetapi menyampaikan harapan dan doa bagi pemakainya.

10 Batik Khas Jawa Timur dan Filosofinya

Dilansir dari jurnal Universitas Negeri Yogyakarta berjudul Makna Simbolik Motif Batik Pring di Desa Sidomuktiz Magetanz Jawa Timur, yang ditulis Kartika Listyawardhani Sukarnoi, istilah batik diambil dari dua kata "amba" yang artinya menulis, dan "titik" yang artinya pembuatan batik sebagian dilakukan dengan menulis dan tulisan berupa titik.

ADVERTISEMENT

1. Batik Tuban

Batik Tuban, yang sering disebut batik Kerek oleh masyarakat setempat, berasal dari daerah Kerek, yang dikenal sebagai sentra produksi batik besar di Tuban. Motif-motif khas batik ini meliputi guntingan, lok chan, dan macanan.

Salah satu motifnya, batik panji lori, memiliki filosofi tentang pentingnya menjaga alam yang memberikan kehidupan bagi manusia. Dahulu, batik ini hanya dikenakan kalangan bangsawan, namun kini sudah dapat dipakai siapa saja tanpa memandang status sosial.

Warna-warna tradisional batik Tuban awalnya meliputi biru, merah mengkudu, hitam, dan kuning. Seiring waktu, variasi warna batik Tuban semakin berkembang, termasuk putihan (warna dasar putih dengan motif biru tua dan hitam), serta pipitan (putih dengan tambahan merah dan biru tua) yang memperkaya estetika batik ini.

Batik Tuban juga dikenal dengan sebutan batik tenun gedog karena proses pembuatannya yang unik. Para perajin menanam pohon kapas untuk diolah menjadi benang, yang kemudian ditenun menjadi kain. Setelah kain jadi, motif batik yang khas digambar pada kain tersebut menciptakan batik yang memancarkan keindahan dan warisan budaya.

2. Batik Magetan

Dua motif batik Magetan yang paling terkenal adalah pring sedapur dan sidomukti. Motif pring sedapur menampilkan pola pohon bambu yang memanjang dengan tampilan indah, serta mengandung filosofi tentang keharmonisan hidup.

Pohon bambu dipilih sebagai motif karena batik Magetan pertama kali dikembangkan di Dusun Papringan, Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, yang memiliki banyak pohon bambu.

Sementara itu, motif sidomukti memberikan kesan yang lebih tenang dan formal pada kain batik, sehingga sering dianggap lebih cocok untuk dipakai para pejabat dalam acara resmi.

3. Batik Madura

Batik Madura dikenal dengan warna-warna cerah dan mencolok seperti merah, hijau, kuning, dan biru, yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Warna merah melambangkan karakter masyarakat Madura yang tegas, hijau menggambarkan pengaruh agama Islam di wilayah tersebut, kuning merepresentasikan pertanian, dan biru mencerminkan laut yang mengelilingi Pulau Madura.

Motif batik Madura sering menampilkan gambar bunga dan daun, serta corak titik-titik putih yang menyerupai butiran garam. Motif-motif ini menggambarkan kekayaan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat Madura. Motif yang paling populer antara lain Sekarjagat, Gorek Basi, Daun Memba, Kempeng Saladerih, Keraben Sapeh, dan Padih Kepa'i.

Dengan perpaduan warna dan motif yang unik, batik Madura tidak hanya menjadi identitas budaya Madura, tetapi juga mengandung filosofi yang menggambarkan kehidupan dan tradisi masyarakatnya.

4. Batik Probolinggo

Dilansir dari jurnal Universitas Panca Marga berjudul Filosofi Ragam Corak Batik Pandalungan Sebagai Identitas Kultural Kota Probolinggo, yang ditulis Nurul Jannah Lailatul Fitria, batik Probolinggo merupakan bagian dari batik Pandalungan yang memiliki corak khas dengan pengaruh daerah sekitar seperti Pasuruan dan Situbondo, yang berada di Tapal Kuda.

Ciri khas batik ini terletak pada kombinasi warna terang dan gelap, yang mencerminkan perpaduan budaya Suku Madura dan Suku Jawa. Warna-warna cerah seperti hijau, merah, dan kuning melambangkan keberanian, sedangkan warna gelap seperti hitam, maroon, dan ungu mewakili ketenangan.

Warna-warna pada batik Pandalungan kerap kali dipadukan dengan teknik gradasi, memberikan efek bayangan yang unik. Kombinasi warna terang dan gelap ini menghasilkan keindahan tersendiri, yang juga diperkaya dengan tambahan warna modern seperti tosca dan jingga.

Setiap corak dan warna memiliki makna filosofi yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai kultural yang ada di Kota Probolinggo. Batik Pandalungan juga dikenal sebagai simbol identitas kultural Kota Probolinggo.

Motif-motifnya menggambarkan kekayaan lokal seperti cerita rakyat, tradisi, kesenian, dan sumber daya alam. Filosofi yang terkandung dalam setiap corak mencerminkan budaya dan kearifan lokal, menjadikan batik ini sebagai penanda kuat identitas budaya Probolinggo.

5. Batik Kediri

Batik Kediri memiliki beragam motif dengan filosofi mendalam. Salah satu motif utamanya adalah garuda muka, yang menampilkan wajah burung Garuda, simbol dari kendaraan Dewa Wisnu dalam mitologi Hindu. Motif ini melambangkan perlindungan, kebijaksanaan, serta kekuatan yang mengangkat nilai budaya dan spiritual masyarakat Kediri.

Sementara motif SLG memiliki pola simetris dengan hiasan utama yang tersusun dalam ukuran dan jarak yang sama. Pola ini melambangkan keteraturan, keseimbangan, dan ketepatan, mencerminkan karakter masyarakat yang tertib dan teratur dalam menjalankan tradisi serta kehidupan sehari-hari.

Motif bolleches ditandai dengan titik-titik kecil yang menyebar di seluruh kain, diselingi motif utama berbentuk bunga dan daun. Motif ini melambangkan kesederhanaan yang menyatu dengan alam, menunjukkan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan, serta simbol kesejahteraan yang tumbuh dari kebersamaan.

6. Batik Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo dikenal memiliki beragam motif batik yang unik dan khas. Motif-motif tersebut umumnya didominasi gambar flora dan fauna yang memancarkan keindahan serta kehalusan seni dalam setiap goresannya.

Salah satu motif batik yang paling terkenal dari Sidoarjo adalah motif merak. Motif ini melambangkan kekuatan dan ketangguhan di satu sisi, serta keanggunan di sisi lainnya, yang diharapkan dapat tercermin pada siapa pun yang mengenakan batik tersebut.

7. Batik Lamongan

Batik Lamongan memiliki berbagai motif yang mencerminkan kekayaan budaya lokal, salah satunya adalah batik sendang. Batik ini berasal dari Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran, dan telah ada sejak abad ke-15.

Batik sendang mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Lamongan, menggambarkan kedalaman jiwa serta nilai-nilai yang dijunjung penduduk setempat. Selain itu, batik sukun dari Kecamatan Modo baru-baru ini diresmikan sebagai ikon daerah tersebut.

Diharapkan batik ini dapat semakin memperkenalkan budaya Modo ke masyarakat luas. Motif sukun melambangkan pertumbuhan dan keberlanjutan, seperti pohon sukun yang selalu memberikan manfaat.

Batik Daliwangun terinspirasi dari burung dali dan pohon wangun merupakan salah satu motif yang juga mencerminkan hubungan erat, antara alam dan kehidupan masyarakat Lamongan. Filosofi dari batik ini adalah tentang keseimbangan alam, keberanian, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan hidup.

8. Batik Banyuwangi

Motif batik Banyuwangi sebagian besar terinspirasi dari kondisi alam di daerah tersebut. Terdapat 21 motif batik Banyuwangi yang telah diakui secara nasional. Beberapa di antaranya motif gajah oling, alas kobong, kangkung setingkes, dan kopi pecah.

Motif gajah oling meski namanya mengandung kata gajah, sebenarnya tidak menggambarkan hewan tersebut secara harfiah. Gajah dalam konteks ini diartikan sebagai sesuatu yang besar, sementara "oling" berarti mengingat. Jika digabungkan, makna dari motif ini adalah ajakan bagi manusia untuk selalu mengingat kebesaran Sang Pencipta.

Selain gajah oling, motif lain seperti alas kobong dan kangkung setingkes juga memiliki nilai filosofis yang mendalam, menggambarkan hubungan erat antara manusia dan alam, serta pentingnya menjaga keseimbangan hidup. Semua motif tersebut mencerminkan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun di Banyuwangi.

9. Batik Jember

Batik labako adalah batik tulis khas Jember yang memiliki motif utama berupa daun tembakau, mencerminkan komoditas unggulan daerah ini, yaitu tembakau. Motif daun tembakau menjadi ciri khas batik Jember dan sering ditemukan pada berbagai pakaian seragam, seperti yang dikenakan guru, siswa, dan aparatur pemerintah setempat.

Selain daun tembakau, batik labako juga dihiasi dengan kombinasi motif lainnya, seperti kakao, bunga-bunga, kopi, dan durian. Motif-motif ini menggambarkan kekayaan alam dan produk unggulan Jember, yang memperkuat identitas daerah dalam setiap helai batiknya.

Nama labako sendiri diambil dari tari tradisional Jember, yaitu tari lahbako, yang melambangkan budaya dan kehidupan masyarakat petani tembakau. Filosofinya mencerminkan semangat kerja keras, ketekunan, serta ikatan erat masyarakat Jember dengan alam dan produk yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat.

10. Batik Pacitan

Batik pace merupakan batik khas dari Pacitan yang memiliki motif utama berupa tanaman pace atau mengkudu. Selain itu, motif lainnya yang sering muncul adalah ayam bekisar, ikan laut, kacang tanah, dan bunga matahari. Keanekaragaman motif ini mencerminkan kekayaan alam dan kearifan lokal masyarakat Pacitan.

Salah satu motif batik Pacitan adalah motif kawung pace, yang biasa digunakan untuk kemeja lengan pendek dan pakaian santai. Batik ini dibuat dari kain mori primissima dengan pewarna biru dari naftol dan cokelat dari soga, menciptakan tampilan batik yang elegan namun tetap kasual.

Motif lainnya adalah pace truntum, yang sering digunakan untuk baju dan kain panjang. Pewarnaan motif ini menggunakan indigosol untuk warna biru dan soga untuk cokelat, yang memberikan kesan klasik dan anggun.

Filosofi dari batik pace adalah simbol ketahanan, kesuburan, dan harmoni. Tanaman pace, yang dikenal karena khasiatnya dalam pengobatan, melambangkan kekuatan dan ketahanan. Sementara motif lainnya, seperti ayam bekisar dan ikan laut, merepresentasikan kelimpahan sumber daya alam serta hubungan erat masyarakat Pacitan dengan alam.

Di samping itu, proses pembuatan batik itu sendiri merupakan bagian dari filosofi yang dipegang masyarakat Jawa Timur. Proses yang panjang dan penuh ketelitian dalam menciptakan batik mengajarkan nilai kesabaran, ketekunan, dan dedikasi.

Para perajin batik, yang sering kali merupakan generasi penerus, menjalani proses pembelajaran yang tidak singkat untuk menguasai teknik dan tradisi batik. Hal ini menciptakan rasa hormat terhadap budaya dan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang.

Keberadaan batik khas Jawa Timur juga berkontribusi dalam pengembangan ekonomi lokal. Banyak desa di Jawa Timur, seperti Laweyan, Kauman, dan Sidoarjo, telah menjadikan batik sebagai salah satu mata pencaharian utama masyarakat.

Dengan dukungan pemerintah dan berbagai lembaga, batik tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke mancanegara, sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah. Batik khas Jawa Timur bukan hanya sekadar kain bercorak, tetapi juga merupakan cerminan dari kekayaan budaya dan filosofi masyarakatnya.

Dengan setiap goresan canting dan warna yang dipilih, batik mengisahkan perjalanan sejarah, harapan, dan impian masyarakat Jawa Timur. Melalui pelestarian dan pengembangan batik, generasi mendatang diharapkan dapat terus mengenali dan mencintai warisan budaya yang telah ada sejak lama.

Artikel ini ditulis oleh Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads