Memasuki Desa adat Kemiren, pengunjung akan disambut dengan senyum ramah dan hangat para penghuni Desa, dengan pakaian serba hitam dilengkapi udeng para lelaki menyajikan kopi murni, mengenakan kebaya hitam dan kain batik, para perempuan mempersiapkan berbagai menu suguhan seperti kue semprit, opak jepit, pecel pitik dengan sambel tempong.
Diiringi suara angklung pukul bertalu yang dimainkan oleh dua orang lelaki diketinggian hampir 10 meter, seluruh pengunjung dibawa hanyut pada era lampau. Rumah-rumah adat nan asri, kian menawarkan sensasi jadoel yang menghanyutkan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno pun tampak hanyut dalam suasana desa adat Osing yang kental, hangat dan menghibur. Bagaimana tidak, penari Gandrung dan ritual lempar beras kuning menjadi sambutan sakral bagi Mentri satu ini. Dengan paket lengkap, Desa Adat Osing ini menawarkan wisata kelas dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terpilih sebagai 50 besar desa wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 setelah bersaing dengan 6.016 desa wisata di Indonesia.
"Hari ini saya sangat berbahagia melakukan visitasi ke salah satu dari 6.016 desa wisata se-Indonesia. Ini pengalaman yang sangat berbeda dan saya bisa katakan, pengalaman saya ini world class tourism," kata Sandiaga.
"Saya lihat ini bagian dari produk pariwisata kita yang bisa ditawarkan kepada dunia. Mudah-mudahan desa wisata di Kemiren ini bisa kita tawarkan ke UN Tourism (Organisasi Pariwisata Dunia)," tambahnya.
Desa Wisata Adat Osing, kata dia, merupakan destinasi yang lengkap. Desa tersebut memiliki keindahan alam, kesenian yang menawan, kebudayaan yang terus dijaga turun temurun. Apalagi, desa wisata tersebut telah memperoleh sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan pada 2021 dari Kemenparekraf.
"Saya ucapkan selamat dan saya nyatakan Desa Wisata Adat Osing sebagai desa wisata terbaik di Indonesia 2024," imbuhnya.
Desa Kemiren juga menjadi bagian dari kawasan Ijen Geopark sebagai culture site. Kemiren memiliki budaya yang beraneka ragam. Mulai dari adat istiadat, bahasa, manuskrip, kesenian, tradisi lisan, ritual, pengetahuan, teknologi dan permainan tradisional.
Pengembangan desa ini juga melibatkan warganya. Banyak homestay yang didirikan warga lokal dengan arsitektur osing dan keramahan warganya membuat nyaman terasa di kampung sendiri.
Selain juga didukung amenitas yang baik, mulai toilet umum hingga pelayanan publiknya berbasis digital melalui aplikasi Smart Kampung.
Datang ke desa ini, wisatawan akan disajikan dengan daya tarik wisata yang beragam seperti edukasi, kuliner dan budaya. Adanya pasar kampoeng osing, warung makan Pesantogan Kemangi dan kawasan rumah adat osing, untuk memanjakan wisatawan.
Atraksi seni budaya, kentalnya adat tradisi yang hidup berdampingan, membuat pengalaman wisata yang mengesankan.
Di desa ini keberadaan Gandrung begitu melekat, karena selain maskot pariwisata dan tari selamat datang, tak lepas dari kiprah maestro gandrung Temu yang asli Desa Kemiren. Ada juga, burdah, angklung paglak dan mocoan lontar yusup sebagai salah satu warisan budaya tak benda.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengaku pemkab terus mendukung pengembangan desa-desa di Banyuwangi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Menurut Ipuk, tidak semua desa bisa dikembangkan jadi desa wisata. Namun harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki.
"Seperti Desa Kemiren ini memang kaya akan budaya dan tradisi, maka ini yang kita dorong melalui beragam event yang rutin digelar dalam Banyuwangi Festival. Mulai Ngopi Sepuluh Ewu, Tumpeng Sewu, hingga Barong Ider Bumi. Ini semata-mata agar perekonomian warga semakin bergeliat," kata Ipuk.
Masuknya Desa Kemiren dalam 50 besar desa wisata ADWI 2024, Ipuk berharap akan menjadi penyemangat desa wisata lainnya di Banyuwangi untuk terus berbenah.
(abq/fat)