- Mitos Orang Jawa 1. Duduk di Depan Pintu Menghalangi Jodoh 2. Keluar Rumah Saat Magrib Bisa Diculik Wewe Gombel 3. Duduk di Atas Bantal Bisa Menyebabkan Bisulan 4. Bersiul di Malam Hari Bisa Memanggil Setan 5. Makan Sambil Tiduran Bisa Berubah Jadi Ular 6. Nyapu Tidak Bersih Akan Mendapat Suami Brewokan 7. Dilarang Memakai Baju Hijau di Pantai Selatan 8. Menyapu Tapi Tidak Diselesaikan 9. Dilarang Memotong Kuku di Malam Hari 10. Pamali Mengambil Makan Sebelum Orang Tua 11. Makan Buah dengan Bijinya Bisa Tumbuh di Kepala 12. Meludah di Sumur Bisa Sumbing 13. Kuku Jari Bergaris 14. Larangan Memakan Makanan Gandeng 15. Larangan Menggunakan Sisir yang Ompong 16. Larangan Menunjuk Makam atau Kuburan 17. Larangan Memakan Brutu atau Pantat Ayam karena Menyebabkan Bodoh
Mitos ini bukanlah hal asing, khususnya di Jawa, dan menjadi bagian dari tradisi lisan yang berkembang di tengah masyarakat. Hingga kini banyak orang yang masih mempercayai dan menaati mitos tersebut, namun banyak juga yang beranggapan hal tersebut hanyalah petuah orang zaman dahulu dan tidak ada kaitannya dengan kesialan atau nasib buruk.
Mitos Orang Jawa
Menurut ahli antropologi Levi-Strauss, mitos merupakan cerita yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan dan biasanya berkaitan dengan dewa-dewi, hewan, maupun manusia. Berikut 15 mitos populer yang masih sering terdengar dalam kehidupan masyarakat Jawa.
1. Duduk di Depan Pintu Menghalangi Jodoh
Mitos yang paling sering didengar ialah larangan bagi perempuan untuk duduk di depan pintu karena akan menghalangi jodoh atau pasangan. Namun, jika dilihat dari sisi lain, pesan positif yang bisa diambil adalah duduk di depan pintu dianggap tidak sopan karena bisa menghalangi orang lewat.
2. Keluar Rumah Saat Magrib Bisa Diculik Wewe Gombel
Orang tua zaman dahulu sering melarang anak-anak keluar rumah saat magrib dengan alasan mereka bisa diculik wewe gombel, makhluk gaib yang dipercaya suka menculik anak-anak. Jika ditelisik maknanya, mitos ini digunakan untuk mengingatkan anak-anak agar pulang ke rumah sebelum waktu magrib dan tidak keluar rumah saat magrib.
3. Duduk di Atas Bantal Bisa Menyebabkan Bisulan
Mitos ini juga sering diucapkan orang tua dengan tujuan mengajarkan bahwa bantal sebaiknya hanya digunakan sebagai alas kepala, bukan sebagai tempat duduk. Hal ini juga terkait dengan etika dan kebersihan.
4. Bersiul di Malam Hari Bisa Memanggil Setan
Banyak orang tua yang memperingatkan agar tidak bersiul di malam hari karena dipercaya bisa memanggil makhluk halus. Namun, alasan praktisnya mungkin lebih kepada menghindari kebisingan yang bisa mengganggu orang lain saat sedang beristirahat.
5. Makan Sambil Tiduran Bisa Berubah Jadi Ular
Mitos ini memberikan pesan bahwa makan sambil tiduran tidak baik untuk kesehatan, seperti bisa menyebabkan tersedak atau gangguan pencernaan. Selain itu, membawa makanan ke tempat tidur juga dapat membuat tempat tidur kotor.
Baca juga: 30 Kata-kata Bijak Bahasa Jawa |
6. Nyapu Tidak Bersih Akan Mendapat Suami Brewokan
Mitos ini sering diucapkan kepada perempuan ketika sedang menyapu rumah. Jika diartikan, ini merupakan petuah yang digunakan untuk memotivasi anak gadis agar menyapu dengan teliti dan tidak asal-asalan. Meskipun mitos ini tidak benar, menjaga kebersihan rumah memang penting untuk kenyamanan dan kesehatan.
7. Dilarang Memakai Baju Hijau di Pantai Selatan
Salah satu mitos yang masih sangat dipercaya dan dipatuhi hingga saat ini ialah larangan memakai baju berwarna hijau ketika berkunjung ke pantai selatan. Warna hijau sering dikaitkan dengan mitos Nyi Roro Kidul.
Penguasa laut selatan ini diyakini akan marah jika melihat seseorang mengenakan warna hijau. Namun, secara logis, hijau dilarang digunakan karena warnanya menyatu dengan laut dan bisa menyulitkan tim penyelamat dalam menemukan korban kecelakaan di pantai.
8. Menyapu Tapi Tidak Diselesaikan
Menurut mitos, jika seorang gadis menyapu lantai dan tidak menyelesaikannya, gadis tersebut dipercaya akan ditinggalkan jodohnya. Makna terselubung dari mitos ini adalah untuk mendorong semangat kerja yang rajin, terutama dalam hal membersihkan rumah.
9. Dilarang Memotong Kuku di Malam Hari
Mitos dilarang memotong kuku pada malam hari ini berasal dari masa lalu ketika penerangan di malam hari belum sebaik sekarang. Sehingga memotong kuku pada malam hari bisa menyebabkan kecelakaan seperti kulit yang ikut terpotong atau insiden lain yang mungkin terjadi.
10. Pamali Mengambil Makan Sebelum Orang Tua
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, seorang anak dilarang mengambil dan memakan makanan terlebih dahulu sebelum orang tuanya. Selain itu, terdapat juga larangan lain seperti ketika kita diberi seseorang makanan, jangan memakannya sebelum orang yang memberi itu makan atau mempersilakan.
Meskipun tidak ada ancaman kejadian buruk jika melanggar, mitos ini mengajarkan nilai sopan santun. Di mana, anak muda harus mendahulukan orang tua untuk mengambil makanan sebagai bentuk penghormatan.
11. Makan Buah dengan Bijinya Bisa Tumbuh di Kepala
Mitos lain yang sering diucapkan masyarakat Jawa ialah larangan memakan buah dengan bijinya karena bisa tumbuh di kepala. Mitos ini kerap digunakan untuk mengajarkan anak-anak agar tidak serakah dan membuang biji buah di tempat yang sesuai, agar bisa tumbuh menjadi pohon baru, yang secara tidak langsung mengajarkan tentang kelestarian alam.
12. Meludah di Sumur Bisa Sumbing
Mitos selanjutnya ialah larangan meludah di dalam sumur karena dapat menyebabkan kelainan bibir atau biasa disebut bibir sumbing. Jika dikaji lebih lanjut, bibir sumbing merupakan jenis kelainan yang didapatkan anak sejak di dalam kandungan.
Meskipun demikian, mitos ini mengajarkan kepada anak-anak zaman dahulu untuk bersikap sopan dan tidak sembarangan meludah di sumur. Sebab, sumur digunakan sebagai sumber kehidupan seperti mandi, mencuci, masak, hingga sebagai air minum.
13. Kuku Jari Bergaris
Kuku jari bergaris jika di masyarakat Jawa memiliki suatu pertanda. Jika garis putih tersebut berada di jari kanan, menunjukkan ada seseorang yang sedang menyukai kita.
Sedangkan, jika kuku tersebut berada di sebelah kiri, itu pertanda ada seseorang yang membenci atau tidak suka kepada kita. Hal ini tentu hanyalah sebuah mitos karena kuku yang bergaris disebabkan karena kurangnya nutrisi pada tubuh terutama kuku.
14. Larangan Memakan Makanan Gandeng
Memakan makanan yang gandeng juga merupakan larangan masyarakat Jawa yang ditujukan untuk anak gadis yang belum menikah. Mereka beranggapan seorang gadis yang belum menikah memakan makanan tersebut, bisa mengakibatkan hal buruk.
Masyarakat mempercayai, gadis tersebut ketika menikah akan melahirkan bayi yang kembar siam. Mitos ini sebenarnya mengajarkan untuk tidak rakus dan makan dengan suapan besar ketika makan, terutama di depan umum.
15. Larangan Menggunakan Sisir yang Ompong
Mitos lain yang beredar di masyarakat Jawa ialah larangan menggunakan sisir yang ompong atau patah karena dapat menyebabkan kemiskinan dan cerai dengan suaminya. Mitos ini masih sering dipercaya beberapa orang.
Padahal, makna sesungguhnya ketika sisir sudah rusak atau patah, kita harus menggunakan sisir baru karena sudah tidak layak digunakan dan menyebabkan kerusakan pada rambut. Makna lain, harga sisir pada masa lalu tergolong mahal. Tidak mengganti sisir yang rusak berarti tidak mampu membeli yang baru dan tergolong masyarakat miskin.
16. Larangan Menunjuk Makam atau Kuburan
Mitos selanjutnya ialah larangan menunjuk makam atau kuburan hingga membaca batu nisan. Ketika tidak sengaja menunjuk makam, kita harus menggigit jari telunjuk, kemudian membuang ludahnya.
Larangan ini pada dasarnya mengajarkan anak-anak pada zaman dahulu untuk bersikap sopan. Pasalnya, makam merupakan tempat yang penuh duka dan tidak seharusnya dijadikan candaan.
17. Larangan Memakan Brutu atau Pantat Ayam karena Menyebabkan Bodoh
Mitos yang hingga kini masih dipercaya adalah tidak memakan bagian pantat ayam atau brutu, karena dapat menyebabkan bodoh dan mudah lupa. Beberapa orang menyebutkan mitos ini tidak benar adanya, dan merupakan alasan orang tua zaman dahulu agar mereka bisa memakan brutu yang rasanya sangat nikmat tanpa berbagi pada sang anak.
Mitos-mitos ini, meski tampak sederhana dan kadang tidak masuk akal, sering kali mengandung pesan moral dan ajaran yang relevan bagi kehidupan sehari-hari. Masyarakat Jawa menggunakan mitos sebagai cara untuk menyampaikan nilai-nilai sopan santun.
Juga untuk menjaga kebersihan dan menghormati alam serta sesama. Meskipun banyak dari mitos tersebut kini sudah tidak lagi dipercayai secara harfiah, nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya masih dapat diambil untuk memperkaya kehidupan masyarakat.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus merdeka di detikcom.
(ihc/irb)