Kisah Kepahlawanan dr Soebandi yang Namanya Abadi di Jember

Urban Legend

Kisah Kepahlawanan dr Soebandi yang Namanya Abadi di Jember

Yakub Mulyono - detikJatim
Kamis, 05 Sep 2024 14:55 WIB
Perjuangan para pahlawan saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah kisah Letkol Sroedji.
Letkol dr. Raden Mas Soebandi (Foto: Istimewa)
Jember -

Warga Jember tentu sudah tidak asing lagi dengan nama dr. Soebandi. Nama tersebut kebanyakan melekat dalam ingatan warga Jember sebagai nama rumah sakit dan jalan protokol.

Nama rumah sakit dan jalan protokol itu sebenarnya diambil dari sosok pahlawan yang berada di Jember itu sendiri.

Letnan Kolonel (Letkol) dr. Raden Mas Soebandi adalah seorang dokter sekaligus pejuang yang menjadi sosok penting dalam serangan Agresi Militer Belanda 1 dan 2 di Jember.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soebandi lahir pada 17 Agustus 1917 di Klakah, Lumajang. Dia adalah putra sulung dari ayahnya Raden Soeradi Wignjosoekarto yang merupakan kepala masinis Stasiun Klakah, dengan Raden Ajeng Siti Mariam.

dr soebandiRSUD dr Soebandi (Foto: Tangkapan Layar)

"Dahulu, beliau menempuh sekolah di Hollandsche Indlandsche School (HIS) di Lumajang. Karena dia berasal dari keluarga ningrat, maka oleh pemerintah kolonial diperbolehkan melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Probolinggo dan lulus tahun 1935. Selanjutnya Soebandi melanjutkan ke Aglemeene Middlebare School (AMS) di Surabaya lulus tahun 1938," kata salah satu Dosen Sejarah di Universitas Jember, Suharto, kepada detikJatim, Kamis (5/9/2024).

ADVERTISEMENT

Menurut Suharto, Soebandi memang telah memiliki cita-cita menjadi seorang dokter sejak masih duduk di bangku sekolah bahkan sejak masih usia belia.

"Jadi untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang dokter, beliau ini melanjutkan sekolah di Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS) Surabaya, sekolah kedokteran yang menjadi cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga," jelasnya.

Suharto menceritakan pada tahun 1942, ketika Jepang masuk ke Indonesia, kuliah Soebandi sempat terhenti karena saat itu Jepang berhasil melumpuhkan Hindia Belanda setelah memenangi perang Asia Timur Raya dan membubarkan semua lembaga pendidikan bentukan kolonial Belanda termasuk NIAS.

"Nah di sini, bapak Soebandi sempat putus asa karena merasa mimpinya menjadi dokter telah sirna. Tapi kemudian harapan kembali muncul ketika awal tahun 1943 Jepang membuka sekolah tinggi kedokteran Ika Daigaku di Jakarta, menggantikan STOVIA yang dibubarkan," katanya.

"Saat itu juga, Soebandi bergegas ke Jakarta melanjutkan kuliahnya hingga akhirnya pada 12 November 1943 dinyatakan lulus sebagai dokter. Nah waktu kuliah di NIAS inilah beliau bertemu dengan ibu Rr Soekesi dan kemudian dinikahi pada 1944," sambung Suharto.

Soebandi, lanjutnya, dikatakan memiliki kecerdasan di atas rata-rata dari pemuda lainnya. Dia juga mendapatkan dukungan dari orang tuanya untuk menjadi dokter.

"Pada masa itu, dokter menjadi sebuah profesi langka karena semata-mata ingin membantu agar masyarakat mendapat layanan kesehatan yang layak," jelasnya.

Selepas lulus dari sekolah dokter, Soebandi kembali ke Jawa Timur dan terjun di dunia militer dengan mengikuti pendidikan tentara PETA (Pembela Tanah Air) pada tahun 1944. Dirinya lulus sebagai perwira kesehatan.

Tak tanggung-tanggung, selang beberapa lama kemudian, Soebandi langsung menjabat sebagai Kepala Kesehatan di Batalyon PETA wilayah Karesidenan Malang.

Suharto juga menceritakan, Kiprah Soebandi sebagai sosok dokter dan pejuang di Jember dimulai saat dia ditunjuk sebagai Kepala Rumah Sakit Djawatan Kesehatan Tentara (DKT) yang saat ini bernama RS Baladhika Husada.

"Pada masa itu seorang tentara yang sekaligus dokter sangat amat langka. Sehingga tenaga dr. Soebandi sangat dibutuhkan. Bahkan, tenaganya itu juga dibutuhkan hingga ke daerah lain termasuk Jawa Tengah dan Jawa Barat," ucap Suharto.

Soebandi sendiri gugur saat berjuang melawan Belanda di Jember. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama jalan dan rumah sakit di Jember yakni RSUD dr Soebandi.

Di tahun 2013 nama dr Soebandi diabadikan menjadi nama sekolah kesehatan di Jember yakni STIKES dr. Soebandi yang kemudian pada tahun 2020 berubah menjadi Universitas dr. Soebandi.

Pada tahun 2023 sebagai penghargaan atas jasanya, didirikanlah Museum Letkol dr. R.M. Soebandi yang ada di Universitas dr. Soebandi.




(irb/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads