Tradisi Unik Kota Surabaya, Sebagian Mulai Pudar

Tradisi Unik Kota Surabaya, Sebagian Mulai Pudar

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Jumat, 31 Mei 2024 20:02 WIB
Kirab tumpeng sedekah bumi lestarikan budaya surabaya
Ilustrasi sedekah bumi di Surabaya (Foto file: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Surabaya -

Kota Surabaya menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai. Memperingati Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) 2024, yuk mengingat kembali berbagai tradisi unik di Kota Pahlawan yang saat ini mulai memudar.

Bagi para penjelajah budaya, menelusuri tradisi unik di Kota Pahlawan bagaikan membuka sebuah peti harta karun. Tradisi ini bukan hanya tentang ritual dan kebiasaan, tetapi juga tentang kisah sejarah, filosofi, dan nilai-nilai luhur yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat.

Yuk, selami lebih dalam kekayaan budaya Kota Surabaya dengan menjelajahi beberapa tradisi unik yang tak boleh dilewatkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tradisi Unik di Kota Surabaya

Dilansir dari berbagai sumber, berikut sejumlah tradisi unik di Kota Surabaya yang beberapa di antaranya mulai punah.

1. Sedekah Bumi

Di tengah hiruk pikuk Kota Pahlawan, tradisi leluhur masih lestari dipegang erat oleh masyarakat Surabaya. Salah satunya adalah tradisi Sedekah Bumi yang rutin digelar di kawasan Sambikarep. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas limpahan hasil panen yang melimpah serta doa untuk memohon rezeki yang lebih berkah di masa depan.

ADVERTISEMENT

Sebagai wujud rasa syukur, masyarakat Sambikarep membuat tumpeng raksasa yang berisi berbagai hasil bumi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tumpeng ini kemudian menjadi simbol kelimpahan dan dibagikan kepada seluruh warga yang hadir. Momen ini menjadi ajang kebersamaan dan mempererat rasa persaudaraan antar warga.

Lebih dari sekadar rasa syukur, tradisi Sedekah Bumi juga mengandung makna harapan. Masyarakat Sambikarep percaya bahwa dengan melakukan tradisi ini, mereka akan mendapatkan rezeki yang lebih berlimpah dan terhindar dari mara bahaya. Doa dan harapan ini dipanjatkan bersama dalam suasana penuh syukur dan kebersamaan.

2. Gulat Okol

Gulat Okol merupakan tradisi pertunjukan unik yang memamerkan pertarungan gulat dua orang di atas tumpukan jerami. Tradisi ini, yang dulunya diadakan di musim kemarau sebagai ritual penarik hujan, kini dilestarikan sebagai bentuk hiburan dan ajang silaturahmi antar warga.

Berbeda dengan gulat pada umumnya, Gulat Okol menghadirkan pertarungan seru di atas tumpukan jerami atau karung goni. Para pegulat saling beradu kekuatan dan strategi untuk menjatuhkan lawannya. Tradisi ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung makna mendalam sebagai upaya memohon kelancaran panen dan mempererat tali persaudaraan antar masyarakat.

Lebih dari sekadar tradisi, Gulat Okol menjadi simbol semangat pantang menyerah dan kegigihan masyarakat dalam menghadapi berbagai rintangan. Tradisi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian budaya dan tradisi leluhur.

3. Larung Ari-ari

Larung Ari-Ari, sebuah tradisi adat unik dari Surabaya, Jawa Timur. Upacara ini melibatkan penghanyutan ari-ari, atau plasenta, bayi yang baru lahir ke laut. Biasanya dilakukan oleh masyarakat pesisir Surabaya sebagai bentuk harapan untuk masa depan yang penuh keberkahan.

Para orang tua percaya bahwa melarung ari-ari ke laut akan membawa rezeki yang lancar, seperti aliran air laut yang tak pernah berhenti. Prosesi ini tidak hanya sekadar menghanyutkan ari-ari, tetapi juga diiringi dengan lantunan tembang Macapat Dhandang Gula yang khas.

Saat dilarung, ari-ari ditempatkan bersamaan dengan berbagai simbol seperti kendil, bunga tujuh rupa, kain putih, dan jarum. Upacara Larung Ari-Ari menjadi tradisi turun-temurun yang mencerminkan kepercayaan dan harapan masyarakat Surabaya dalam menyambut kelahiran kehidupan baru.

4. Pitonan

Di Surabaya, tradisi menyambut kelahiran bayi bukan hanya larung ari-ari saja. Ada satu tradisi unik lainnya yaitu Pitonan. Tradisi ini dilakukan ketika bayi berusia tujuh bulan sebagai bentuk rasa syukur atas kesehatan dan keselamatan sang anak.

Pitonan, yang berasal dari kata Jawa "pitu" yang berarti tujuh, merupakan perayaan yang digelar oleh keluarga untuk mendoakan kelancaran rejeki, keselamatan, dan masa depan yang cerah bagi sang anak.

Dalam tradisi ini, berbagai doa dan harapan dipanjatkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan sang anak di masa depan. Pitonan menjadi pengingat bagi orang tua untuk terus bersyukur atas karunia anak mereka dan mendoakan yang terbaik untuk masa depannya.

5. Temu Manten Pegon

Tradisi Temu Manten Pegon, sebuah ritual pernikahan adat Surabaya yang sarat akan perpaduan budaya, kini semakin jarang dijumpai. Pertemuan antara calon pengantin pria dan wanita ini dulunya menjadi simbolis dimulainya kehidupan baru bagi pasangan, namun kini tergantikan oleh modernisasi dan tingginya biaya pelaksanaannya.

Meski demikian, bagi mereka yang masih melestarikan tradisi ini, Temu Manten Pegon menawarkan pengalaman budaya yang kaya. Ritual ini diwarnai dengan berbagai unsur budaya, mulai dari Surabaya, Tionghoa, hingga Arab, yang tercermin dalam busana pengantin, prosesi adat, dan pertunjukan yang meriah.

Salah satu daya tarik utama Temu Manten Pegon adalah arak-arakan pengantin yang semarak. Pengantin pria dan wanita, diiringi oleh keluarga dan rombongan, berjalan diiringi alunan musik tradisional dan menjadi tontonan bagi warga sekitar. Momen ini menjadi simbolis kebahagiaan dan kemeriahan pernikahan, sekaligus menjadi pengingat akan kekayaan budaya Surabaya.

6. Undukan Doro

Tradisi unik terakhir yang sudah berlangsung puluhan tahun lamanya adalah Undukan Doro. Tradisi ini melibatkan adu balap burung dara, di mana para pemiliknya akan menerbangkan merpati jantan mereka menuju betina yang dijadikan umpan. Merpati jantan yang paling cepat mencapai betinanya lah yang keluar sebagai pemenang.

Sayangnya, tradisi ini tak luput dari praktik perjudian. Para penonton tak hanya menikmati adu kecepatan merpati, tapi juga memasang taruhan untuk menentukan pemenang. Hal ini menjadi sisi kelam dari Undukan Doro, di mana tradisi budaya diwarnai dengan perjudian.

Jika dilihat dari sisi perlombaan semata, Undukan Doro adalah tradisi yang unik dan menarik untuk disaksikan. Adu kecepatan merpati jantan yang menegangkan dan penuh strategi menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta burung dara.

Dengan berbagai tradisi unik yang menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah Kota Pahlawan, mari bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan ini. Melalui apresiasi dan partisipasi aktif, kita bisa memastikan bahwa nilai luhur dan kisah berharga dari tradisi ini terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang. Selamat merayakan Hari Jadi Kota Surabaya!


Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads