Sejarah Nama Probolinggo hingga Sederet Nama Wali Kota

Sejarah Nama Probolinggo hingga Sederet Nama Wali Kota

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Kamis, 30 Mei 2024 15:00 WIB
Air Mancur Bundaran Gladak Serang Probolinggo
Air Mancur Bundaran Gladak Serang Probolinggo/Foto: Istimewa (Dok:probolinggokota.go.id)
Kota Probolinggo -

Probolinggo salah satu kota di Jawa Timur yang berbatasan dengan sebelah utara Selat Madura. Terletak di wilayah Tapal Kuda, kota dengan julukan Bumi Banger ini memiliki lebih dari 240 ribu penduduk.

Kota Probolinggo jadi kota terbesar keempat di Jawa Timur setelah Surabaya, Malang dan Kediri.

Sejarah Kota Probolinggo

Dilansir dari situs resmi Kota Probolinggo, sejarah wilayah ini dimulai saat zaman pemerintahan Majapahit keempat bernama Raja Hayam Wuruk bergelar Sri Nata Rajasanagara. Kala itu, Probolinggo dikenal dengan nama Banger. Nama ini diambil dari sebuah sungai yang menjadi tetenger atau penanda wilayah bagi warga setempat yaitu Kali Banger.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dahulu, Banger adalah sebuah pedukuhan kecil di bawah pemerintahan seorang akuwu di Sukodono. Riwayat nama Banger bisa dilihat dalam buku Negarakertagama yang ditulis olh Prapanca, seorang pujangga tersohor dari Kerajaan Majapahit.

Selaras dengan perkembangan politik kekuasaan atau kenegaraan pada era Majapahit, pemerintahan di Banger juga berubah. Dari awalnya berupa komplek pedukuhan alit di Muara Kali Banger, daerah ini kemudian menjadi pakuwon yang memiliki akuwu sendiri di bawah kuasa Kerajaan Majapahit.

ADVERTISEMENT

Wilayah yang terletak di perbatasan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Blambangan ini kemudian turut dikuasai oleh Bre Wirabumi atau Minakjinggo yang kala itu menjadi Raja Blambangan. Perebutan Banger kemudian jadi makin sengit hingga terjadi perang saudara antara Minakjinggo melawan Raja Majapahit kelima, Prabu Wikramawardhana. Peristiwa ini dikenal dengan Perang Paregreg.

Kemudian di masa penjajahan tepatnya saat pemerintahan VOC berkuasa, pemimpin Mataram Sunan Pakubuwono II dipaksa membuat perjanjian setelah para kompeni dapat meredakan wilayahnya. Isi perjanjian tersebut adalah Mataram bersedia menyerahkan seluruh daerah di sebelah timur Pasuruan termasuk Banger pada VOC di tahun 1743.

VOC kemudian mengangkat bupati pertama Banger bernama Kyai Djojolenolo di tahun 1746 dengan gelar tumenggung. Ia merupakan keturunan dari Kyai Boen Djolodrijo atau Kiem Boen, Patih Pasuruan pada masa itu.

Terkenal dengan politik adu dombanya, VOC kemudian mempengaruhi Kyai Djojolenolo untuk menangkap atau membunuh Panembahan Semeru bernama Patih Tengger yang memusuhi kompeni. Padahal Patih Tengger merupakan keturunan dari Tumenggung Wironagoro atau Untung Suropati, Bupati Pasuruan tempat ayahnya menjadi patih.

Menyadari tindakannya salah, Kyai Djojolenolo kemudian ngalih atau menyingkir, meninggalkan istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger di tahun 1768 kemudian memilih untuk lenolo atau mengembara. Hal ini dilakukannya sebagai sikap menentang kompeni.

Kepemimpinan Banger kemudian dilanjutkan oleh Raden Tumenggung Djojonegoro, putra dari Bupati Surabaya ke-10, Raden Tumenggung Tjondronegoro. VOC kembali mempengaruhi Djojonegoro dengan politik adu dombanya untuk mencari dan menangkap Kyai Djojolenolo yang dianggap berkhianat. Bupati pertama Banger ini kemudian dimakamkan di Pemakaman Sentono Desa Mangunharjo.

Kepemimpinan Tumenggung Djojonegoro membawa kemajuan bagi Banger. Wilayahnya tampak makin makmur dan makin banyak dihuni penduduk. Sekitar tahun 1770, ia juga mendirikan rumah ibadah bernama Masjid Jami'.

Karena masyarakat senang dengan caranya mempin, mereka mengganjar bupati ini dengan julukan Kanjeng Djimat sebagai bentuk cinta mereka. Tumenggung Djojonegoro pula yang mengubah nama Banger menjadi Probolinggo.

Nama tersebut diambil dari dua kata, Probo dan Linggo. Probo maknanya sinar, Linggo berarti tugu, gada, atau tongkat. Sehingga, Probolinggo berarti sinar yang menyerupai tugu, gada, atau tongkat. Setelah meninggal, Kanjeng Djimat kemudian dimakamkan di pesarean belakang Masjid Jami'.

Sederet Nama Wali Kota Probolinggo

Sejak tahun 1929, Probolinggo dipimpin oleh seorang wali kota. Sebelum membahas sejarahnya, ini nama-nama Wali Kota Probolinggo dari masa ke masa:

1. Ferdinand Edmond Meijer (1928-1937)
2. L. A. de Graaff (1937-1940)
3. L. Noe (1940-1942)
4. Raden Soedono (1943-1945)
5. Gatot (1950-1959)
6. Nurudin Madhar Iljas (1959-1961)
7. Soendaroe Prawiro Adiredjo (1961-1965)
8. Sawal Sastrosoemarto (1965-1966)
9. M. Soeparto (1966-1967)
10. Asdiroen Wirjokoesoemo (1967-1968)
11. Soenarto S. (1968-1970)
12. Drs. Harto Harjono (1970-1980)
13. Drs. Soesanto Hariasmoro (1980-1981)
14. R. Djoewito Moeljodisastro, S.H. (1981-1985)
15. Drs. Latief Anwar (1985-1990)
16. Sarwanto (1990-1992)
17. H. Soeprapto (1993-1998)
18. Drs. H. Banadi Eko, M.Si. (1998-2004)
19. H. M. Buchori (2004-2014)
20. Rukmini Buchori (2014-2019)
21. dr. Bambang Agus Suwignyo (2019)
22. Hadi Zainal Abidin (2019-2024)
23. Dr. Nurkholis, S.Sos, M.Si, CIPA, CICHM (2024)

Artikel ini ditulis oleh Ardian Dwi Kurnia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads