Tawa ratusan penonton drama teatrikal dalam acara Malam Renungan AIDS Nusantara, memecah keheningan di Gedung Cak Durasim Surabaya. Mereka sangat terhibur dengan penampilan teatrikal yang dibawakan oleh Kelompok Dukungan Surabaya Suara Berdaya Surabaya (KBS SDS) serta Pendukung Sebaya Kota Surabaya.
Ada tiga cerita bertema HIV/AIDS yang disajikan untuk menghibur sekaligus mengedukasi para penonton. Kepiawaian para pemeran membawakan cerita yang dekat dengan keseharian mampu menarik perhatian ratusan orang yang datang.
"Kami memilih teater karena dulu ketika kami terpuruk, kami tidak ada teman, teater kami jadikan sarana terapi untuk mengembalikan rasa percaya diri yang pernah hilang karena diagnosa HIV," kata Pembina KDS SBS Indra Suwadi kepada detikJatim, Jumat (4/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski dikemas ringan, sketsa yang dibawakan mampu menggugah rasa kepedulian. Salah satu cerita yang dibawakan adalah pekerja seks komersil transeksual yang belum bisa menerima dirinya positif HIV/AIDS.
"Kemudian ada cerita tentang calon pengantin perempuan yang positif HIV. Tujuan saya mementaskan ini untuk memberi edukasi kepada teman-teman yang positif HIV ketika mau menikah harus terbuka akan kondisinya," terang Indra.
"Karena tidak adil jika orang yang HIV positif menikah dengan HIV negatif tanpa ada keterbukaan. Menurut saya sangat tidak adil dan tidak bagus dilakukan," sambungnya.
Sketsa lain yang ditulis Indra dan dipentaskan dalam acara ini adalah seorang ibu hamil yang didiagnosis positif HIV tanpa tahu apa-apa. Rupanya, kebiasaan bergonta-ganti pasangan seksual suaminya di masa lalu menjadi penyebab sang istri tertular.
"Kalau dulu, saya main teater untuk melawan stigma dan diskriminasi eksternal. Tapi yang saya pentaskan hari ini adalah bagaimana cara melawan stigma internal," ujar Indra.
Seluruh sketsa yang ditulis oleh Indra memiliki penyelesaian konflik yang apik. Ia berhasil membuat para tokoh dalam cerita menuntaskan permasalahan sekaligus mengedukasi masyarakat jika menghadapi situasi serupa.
Dian (22) tampak antusias sepanjang pementasan berlangsung. Ia yang berencana menikah di umur 25 ini mengaku mendapat banyak pengetahuan baru tentang HIV/AIDS setelah menonton drama teatrikal ini.
"Teater seperti ini ringan dan menghibur, tapi penuh pelajaran. Aku jadi paham soal bagaimana kasus-kasus HIV AIDS terjadi di sekitar kita," tutur Dian.
"Kemudian yang terpenting, soal keterbukaan dan dukungan. Daripada kita memberikan stigma, lebih baik kita mendukung orang-orang di sekitar kita yang positif HIV AIDS agar terus percaya diri," tukasnya.
(abq/iwd)