Tak hanya dipercaya sebagai tempat pelarian Airlangga, Sendang Made di Jombang juga memunculkan mitos tentang tuah Sendang Made yang diyakini sebagian orang. Cerita yang melegenda itu memunculkan mitos tentang tuah Sendang Made. Sendang yang ditetapkan sebagai situs purbakala oleh pemerintah ini mempunyai 7 sumber air dengan nama berbeda.
"Di Sendang Made ada tujuh petilasan. Yaitu petilasan Eyang Joyodilengkung penjaga pintu masuk kerajaan zaman dulu, Airlangga dan istrinya, prajurit Joko Tungkul, serta lima dayang-dayangnya bernama Ayu Sekar Melati, Sengkleh, Kenanga, Gading dan Klebat," kata Juru Kunci Sendang Made Supono alias Mbah Pono (61) kepada detikJatim.
Tujuh sendang tersebut adalah Sendang Drajat, Condong, Kamulyan, Pangilon, Gede, Pomben dan Sendang Payung. Sebagian orang meyakini beberapa sendang mempunyai khasiat. Pengunjung yang ritual di tempat ini juga datang dari luar Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sendang Drajat untuk mandi orang yang punya keinginan naik pangkat, tampil cantik, bisnisnya lancar, melamar pekerjaan. Ritualnya membawa bunga setaman, mandi dan berdoa," terang Mbah Pono.
![]() |
Mbah Pono menjelaskan Sendang Condong biasa menjadi tempat ritual orang-orang yang mempunyai bisnis di bidang kuliner atau saat akan menggelar hajatan pernikahan dan khitan. Yakni dengan membawa tumpeng untuk kenduri, lalu membawa pulang air dari Sendang Condong.
"Dengan harapan masakannya enak setelah dicampur air Sendang Condong. Kalau Sendang Kamulyan untuk pengobatan orang sakit," kata Mbah Pono.
Sendang Pangilon mempunyai air paling jernih di antara 6 sendang lainnya karena kedalamannya sekitar 5 meter. Sendang Gede saat ini dimanfaatkan warga sekitar untuk mengairi sawah.
"Sendang Pomben untuk minum Airlangga dan rombongannya. Sampai sekarang digunakan minum warga sini," ungkap Mbah Pono.
Juru Pelihara Situs Sendang Made Badri menuturkan sumber air ini konon menjadi tempat suci sejak dahulu kala. Menurut Badri, sendang ini menjadi tempat Raja Airlangga bertapa, menimba ilmu dari gurunya, Mbah Jenggot dan menyusun kekuatan untuk mendirikan Kerajaan Kahuripan.
![]() |
"Sendang Made sejak dulu sudah ada untuk peribadatan, dulu namanya Sendang Darma. Sendang Drajat khusus mandi orang kerajaan pada masa lalu, Sendang Gede untuk semua kalangan, Sumber Payung untuk para penyanyi," jelasnya.
Airlangga adalah putra pasangan Raja Udayana dan Mahendradatta. Ayahnya menjadi Raja Bedahulu di Gianyar, Bali dari Wangsa Warmadewa. Ibunya putri Raja Sri Makutawangsawardhana, penguasa Kerajaan Medang periode Jatim dari Wangsa Isyana.
Makutawangsawardhana merupakan cucu Mpu Sindok, raja pertama Kerajaan Medang periode Jatim yang berkuasa pada 929-947 masehi. Airlangga berkuasa dengan mendirikan Kerajaan Kahuripan atau Daha atau Panjalu tahun 1009-1042 masehi.
Airlangga yang baru berusia 16 tahun menikah dengan Galuh Sekar, putri Dharmawangsa Tguh yang tak lain pamannya sendiri. Dharmawangsa Tguh merupakan penguasa Kerajaan Medang periode Jatim yang berpusat di Watan, sekarang diperkirakan menjadi wilayah Maospati, Magetan.
Saat pernikahan itu berlangsung, Raja Wurawari dari Lwaram, sekarang wilayah Cepu, Blora menyerbu Kerajaan Medang. Airlangga dan istrinya pun kabur untuk menyelamatkan diri bersama pembantunya, Mpu Narotama, beberapa dayang atau gadis pelayan istana dan prajurit. Konon mereka tinggal selama 3 tahun di Sendang Made.
(irb/iwd)