Sederet Masjid Ikonik di Surabaya Wajib Dikunjungi

Sederet Masjid Ikonik di Surabaya Wajib Dikunjungi

Alifia Kamila - detikJatim
Selasa, 23 Apr 2024 18:30 WIB
Masjid Agung Sunan Ampel
Masjid Ampel Surabaya (Foto: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
Surabaya -

Surabaya memiliki berbagai masjid legendaris yang lekat sebagai ikon Kota Pahlawan. Selain untuk beribadah, beberapa di antaranya bisa digunakan untuk wisata religi.

Bukan tanpa alasan beberapa masjid berikut ini dianggap sebagai ikon dari Surabaya. Sebab, masjid-masjid ini juga memiliki sejarah panjang serta bangunan yang memanjakan mata.

Sehingga bisa dijadikan alternatif untuk dikunjungi bersama keluarga. Setidaknya, ada lima masjid ikonik di Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak 5 masjid ikonik di Kota Surabaya:

1. Masjid Ampel

Masyarakat Surabaya pasti sudah tak asing dengan tokoh Sunan Ampel. Salah satu sunan dari wali songo ini membangun Masjid Ampel pada tahun 1421. Ini menjadikan Masjid Ampel sebagai salah satu masjid tertua di Surabaya.

Sunan Ampel diperintahkan oleh Raja Brawijaya untuk menyebarkan agama Islam di Jawa. Karena kesanggupannya, Raden Mohammad Ali (nama asli Sunan Ampel) diberi tanah seluas 12 ha di Ampel Denta.

ADVERTISEMENT

Dalam membangun masjid ini, Sunan Ampel dibantu oleh dua sahabatnya, Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji. Masjid ini dibangun dengan perpaduan desain Jawa Kuno dengan sentuhan Arab. Di dalamnya, terdapat 16 tiang dengan panjang 17 meter. Angka 17 disimbolkan sebagai jumlah rakaat salat.

Saat memasuki bulan Ramadan, Masjid Ampel selalu ramai didatangi. Jumlah pengunjung bisa meningkat hingga dua kali lipat. Bahkan pada malam 10 hari terakhir Ramadan, pengunjung dapat mencapai 20 ribu orang.


2. Masjid Rahmat

Selain membangun Masjid Ampel di daerah Ampel Denta, Sunan Ampel terlebih dahulu membangun Masjid Rahmat. Kala itu, Sunan Ampel baru saja tiba dari kawasan Majapahit. Saat melintasi Kembang Kuning, Sunan Ampel memutuskan untuk singgah dan menyebarkan agama Islam.

Namun, Sunan Ampel harus berduel dengan Mbah Wirasoeroyo. Ia merupakan tokoh di Kembang Kuning yang memeluk agama Hindu. Dari duel tersebut, Sunan Ampel berhasil memenangkannya sehingga Mbah Wirasoeroyo mengikuti ajaran Sunan Ampel untuk menganut Islam.

Dahulu, Masjid Rahmat hanya berbentuk gubuk dengan atap dari bambu dan jerami. Sunan Ampel menyebarkan ajarannya di surau ini. Seiring dengan berpindahnya Sunan Ampel dan wafatnya Mbah Wirasoeroyo, masjid ini menjadid tidak terurus. Masjid Rahmat baru ditemukan kembali beberapa puluh tahun kemudian oleh penduduk sekitar. Kini, Masjid Rahmat ditetapkan sebagai situs cagar budaya Pemerintah Kota Surabaya.


3. Masjid Kemayoran

Masjid Roudhotul Musyawarah atau lebih dikenal dengan Masjid Kemayoran menjadi masjid tertua di Surabaya setelah Masjid Ampel. Berdiri sejak 1932, Masjid Kemayoran merupakan hadiah dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Mulanya pada abad ke-18, masjid ini terletak di Alun-Alun Surabaya (saat ini kawasan Tugu Pahlawan) dengan nama Masjid Surapringga. Namun, Pemerintah Hindia Belanda menggusur paksa Masjid Surapringga.

Penggusuran tersebut mendapat perlawanan. Bahkan, peristiwa itu merenggut nyawa salah satu imam masjid bernama Kiai Badrun. 70 tahun berlalu, pihak Hindia Belanda menyesali penggusuran masjid itu dan gugurnya Kiai Badrun.

Ini membuat pemerintah Belanda memberikan kompensasi dengan menghibahkan tanah dan menginisasi pembangunan ulang masjid pengganti Masjid Surapringga. Hingga kini, Masjid Kemayoran masih kokoh berdiri.


4. Masjid Al-Akbar

Masjid Al-Akbar merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal. Masjid ini selalu menjadi jujugan baik bagi warga Surabaya hingga wisatawan untuk beribadah. Ini karena Masjid Al-Akbar dapat menampung hingga 30 ribu jamaah.

Diresmikan pada 2000, pembangunan Masjid Al-Akbar melibatkan tim arsitek dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Proses pembangunan dimulai sejak tahun 1995. Namun, krisis moneter sempat menunda pembangunannya untuk sementara waktu. Hingga pada 1999, proses pembangunan kembali dilanjutkan dan selesai pada tahun 2001.

Masjid Al-Akbar juga memiliki fasilitas penunjang, seperti Taman Asmaul Husna. Taman ini berdesain futuristik dengan mengangkat nilai religius. Ini dibuktikan dari adanya pilar berbentuk piramida yang bertuliskan 99 nama baik Allah SWT.


5. Masjid Cheng Hoo

Masjid Cheng Ho menjadi masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama muslim Tionghoa. Ini menjadi simbol pedamaian antarumat beragama. Nama Cheng Hoo diambil dari laksamana muslim asal China. Nama ini digunakan untuk menghormati sosoknya.

Cheng Hoo melakukan pelayaran untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama Islam di kawasan Asia Tenggara. Terlebih, ia juga menjadi utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit. Sosok Cheng Hoo juga berjasa dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.

Masjid Cheng Hoo Surabaya mengadopsi gaya arsitektur khas China yang didominasi dengan warna merah. Bangunan utamanya memiliki luas sebesar 11 x 9 meter persegi. Angka ini ternyata memiliki filosofi. Angka 11 melambangkan ukuran kabah ketika baru dibangun dan angka 9 merujuk pada jumlah wali songo.

Selain itu, masjid ini juga tidak memiliki pintu. Ini menunjukkan keterbukaan terhadap siapapun yang ingin beribadah di dalamnya tanpa memandang etnis tertentu.


Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads