Barong Ider Bumi, Tradisi Suku Osing Digelar Tiap Tanggal 2 Syawal

Barong Ider Bumi, Tradisi Suku Osing Digelar Tiap Tanggal 2 Syawal

Eka Rimawati - detikJatim
Jumat, 12 Apr 2024 03:03 WIB
Tradisi Barong Ider Bumi Suku Osing Banyuwangi
Barong Ider Bumi (Foto: Dok. Istimewa)
Banyuwangi -

Alunan musik tradisional khas Banyuwangi bertalu-talu, diiringi lenggak lenggok penari barong dan atraksi pencak. Ritual tersebut merupakan rangkaian acara Barong Ider Bumi.

Tradisi yang digelar setiap tanggal 2 Syawal di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi ini menjadi agenda rutin yang selalu digelar oleh warga Osing. Tak sedikit pula masyarakat umum dan wisatawan yang sengaja datang untuk menyaksikan tradisi budaya pada Kamis (11/4/2024).

Dibuka dengan tabuhan Bonang yang berlokasi di depan rumah pelestari Barong Tresno Budoyo. Ritual adat Barong Ider Bumi selalu menjadi daya tarik tersendiri. Pasalnya, ritual yang diyakini mampu menolak bala ini sangat ditunggu masyarakat Desa Kemiren.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh masyarakat adat Desa Kemiren Suhaimi menceritakan, ritual adat Barong Ider dipercaya pertama kali muncul sekitar tahun 1840an. Saat itu di Desa Kemiren sedang terserang wabah yang berimbas pada banyak warga yang menjadi korban. Tak jarang warga pun mengalami gagal panen karena tanaman diserang hama.

"Kemudian muncul masa paceklik juga dengan waktu yang sangat panjang sehingga sesepuh desa kala itu meminta saran kepada Mbah Buyut Cili yang dipercaya sebagai leluhur Desa Kemiren. Pencerahan itupun datang melalui mimpi. Warga desa diminta melakukan arak-arakan Barong sebagai penolak bala yang dilakukan keliling kampung." ungkap Suhaimi.

ADVERTISEMENT

"Ritual adat Barong Ider Bumi diawali dengan para tokoh pelestari Barong mengirim doa di petilasan Buyut Cili," imbuh Suhaimi.

Secara turun temurun, tradisi ini lestari hingga hari ini. Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Taufik Rohman menyampaikan ungkapan terimakasih kepada warga yang masih melestarikan tradisi leluhur tersebut.

"Terimakasih kepada masyarakat yang sudah bergotongroyong mensukseskan event ini. Acara ini sudah terselenggara setiap tahun dan selalu menjadi daya tarik wisatawan luar daerah." kata Taufik.

Arak-arakan dimulai dari Desa Kemiren timur menuju Kemiren Barat dengan jarak tempuhnya sekitar 2 km. Sepanjang jalan, tokoh adat melakukan tradisi sembur uthik-uthik yaitu menebarkan uang logam sekitar Rp. 999 koin yang dicampur beras kuning dan beraneka macam bunga di dalam bokor yang menjadi simbol penolak bala.

Dalam penutupan rangkaian ritual tersebut diakhiri dengan selamatan kampung. Prosesi ini memakai tumpeng pecel pitik (aYAMN) yang merupakan kuliner tradisional khas Banyuwangi.

Kuliner pecel pitik ini berbahan utama ayam kampung muda. Setelah disembelih, ayam kampung dibersihkan dan dipanggang secara utuh di perapian menggunakan kayu bakar. Dengan bumbu terdiri dari, cabai rawit, terasi, daun jeruk, dan gula. Setelah diracik dan dihaluskan, bumbu dicampur dengan parutan kelapa muda.

Penyajiannya cukup menarik karena ayam yang telah dipanggang lantas disuwir menggunakan tangan dan dicampur dengan parutan kelapa muda dan bumbu pecel.




(abq/fat)


Hide Ads